Istri mana yang tidak bahagia bila suaminya naik jabatan. Yang semula hidup pas-pasan, tiba-tiba memiliki segalanya. Namun, itu semua tidak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang akhirnya mengangkat derajat keluarga nyatanya justru melenyapkan kebahagiaan Jihan.
Suami yang setia akhirnya mendua, ibu mertua yang penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.
Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya.
Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula Fahmi hadir kembali bersamaan dengan wanita masa lalu Aidan.
Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22~ JADI KAMU ORANGNYA?
Hari ini aku up dobel ya 🤗 aku mau ngucapin terima kasih banyak karena berkat konsisten kalian semua yang baca dari bab 1 sampai 20, novel ini lolos penilai 20 bab terbaik. Yuk kawal terus menuju penilaian bab 40 terbaik, semoga lolos. 🙏🤗🤗🙈🙈
*******
"Dokter cariin saya?"
Aidan gelagapan, ia harus menjawab apa sekarang. Ini semua gara-gara ulah kakak iparnya. Dalam sekejap ia berpikir keras mencari jawaban yang tepat.
"Ah, iya. Apa kamu ada waktu sebentar? Ada yang mau aku bicarakan."
"Sebenarnya saya sudah mau pulang, tapi kalau Dokter ada yang mau disampaikan, silahkan. Saya bisa menunggu," ujar Jihan.
Aidan tersenyum tipis, "Em, saya cuma ingin memberikan saran, bagaimana kalau kamu pindah dan cari kontrakan dekat sini? Dengan begitu kamu gak akan kerepotan lagi setiap hari bolak-balik dari tempat yang jauh, belum lagi kamu harus membawa kue kue yang kamu bikin."
"Terima kasih atas usulannya, Dok, dan kebetulan saya memang ada rencana untuk pindah dan cara kontrakan di dekat sini." Ucap Jihan, berkat hasil kerjasamanya dengan Nayra sekarang ia bisa mencari kontrakan yang lebih besar dari sebelumnya.
"Kapan rencananya mau cari kontrakannya?" Tanya Aidan.
"Niatnya sih mau telusuri sekitar sini dulu sebelum pulang, kalau dapat bisa pindah besok." Jawab Jihan.
"Kalau begitu, ayo saya temani." Tawar Aidan.
"Dok, gak... ." Jihan hendak menolak, namun ucapannya terpotong begitu putranya datang.
"Bunda, kapan kita pindahnya?" Tanya Dafa, semalam sang bunda memberitahukan perihal rencana ingin mencari kontrakan baru.
"Ini Om mau temani Bunda kamu kok buat cari kontrakan," timpal Aidan.
"Yeaayy!" Anak lelaki itu berseru senang. "Ayo Om, Bunda, kita pergi sekarang." Ia memegang sebelah tangan Aidan dan menariknya keluar dari toko.
"Dafa... ." Jihan hanya dapat menghela nafas tanpa bisa mencegah putranya. Ia benar-benar tidak enak jika lagi dan lagi harus merepotkan. Selama mengenal dokter Aidan, ia sudah menerima banyak sekali bantuan lelaki itu, belum lagi semua bentuk perhatian yang diberikannya pada Dafa.
"Ayo Bunda!" Teriak Dafa.
"Sebentar, Bunda pamitan dulu sama Tante Nayra."
.
.
.
"Alhamdulillah, akhirnya dapat juga." Ujar Aidan. Setelah lebih dari satu jam berkeliling, mereka akhirnya menemukan kontrakan yang sesuai. Dan sekarang Jihan telah memegang kunci kontrakannya.
"Terima kasih, Dok. Ini juga berkat Dokter yang bantu mencari, kalau tadi saya sendiri mungkin belum ketemu, soalnya belum hapal betul jalan daerah sini."
"Sama-sama, saya senang bisa membantu." Aidan pun mengantar ibu dan anak itu pulang.
Terdengar adzan berkumandang ketika mobil Aidan baru saja terparkir di depan kontrakan Jihan, ia pun gegas berpamitan sebab harus menunaikan sholat magrib.
Ia memilih singgah di sebuah musholla yang tak begitu jauh dari kontrakan Jihan, tadi niatnya ingin menumpang sholat, namun urung begitu memikirkan segala konsekwensi yang mungkin saja bisa terjadi. Terlebih Jihan adalah seorang Janda.
Setelah menunaikan kewajibannya, Aidan pun langsung pulang ke rumah. Ia disambut oleh kedua orangtuanya yang menatapnya penuh curiga.
"Assalamualaikum," ucap Aidan. Ada perasaan tak nyaman ditatap sedemikian oleh papa dan mamanya.
"Waalaikumsalam,"
Aidan menghampiri, lalu mencium punggung tangan kedua orangtuanya itu bergantian.
"Mama tahu loh kapan aja kamu ada shift malam, dan hari ini seharusnya kamu pulang cepat. Tapi kenapa kamu sampai rumah malam begini?" Tanya sang mama, yang dulunya juga seorang dokter dan kini sudah memilih pensiun.
"Ai, kamu bukanlah lagi anak kecil yang pantas kami khawatirkan. Tapi sebagai orang tua, Papa dan Mama berhak tahu kan kamu pergi kemana? Bukan cuma malam ini, belakangan ini kamu jadi sering telat pulang tanpa memberi kabar." Tanya sang papa.
Aidan mengusap tengkuknya, haruskah ia mengatakan apa penyebabnya ia jadi sering telat pulang.
"Aku singgah ke tempat Mas Rian, Pa, Ma." Akhirnya jawaban itu yang dipilih Aidan, untuk mengatakan tentang Jihan ia masih ragu.
"Oke, tapi setiap hari, apa itu gak berlebihan?" Tanya mama Kiara.
"Em... ." Aidan mengatupkan bibirnya, bingung harus mulai mengatakannya dari mana.
"Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dari kami."
.
.
.
Pagi hari...
Jihan sampai di toko sedikit telat, sebab harus membawa barang-barangnya terlebih dahulu ke kontrakannya yang baru.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam." Balas Nayra, lalu menyambut uluran tangan Dafa yang hendak mencium tangannya.
"Mbak, maaf ya telat. Tadi langsung ke kontrakan yang baru dulu soalnya." Ujar Jihan seraya meletakkan wadah berukuran besar yang berisi kue di atas meja. Pagi ini pun ia merasa cukup lelah, semalam ia tetap harus membuat kue dan pegawai yang biasa membantunya membuat kue tak bisa membantu hingga selesai sebab mendapat telepon ibunya dilarikan ke rumah sakit. Alhasil ia mengerjakan sendirian dan selesai cukup larut malam, setelah itu ia mengemas barang-barangnya.
"Iya gak apa-apa, santai aja. Oh ya, kamu dapat kontrakan di mana?"
"Gak begitu jauh dari sini, Mbak. Kemarin dibantuin cari sama Dokter Aidan." Jawab Jihan.
"Oh, pantesan kemarin dia tiba-tiba hilang gitu aja. Tahunya pergi sama kamu," Nayra tersenyum. Kemarin saat berpamitan pulang, Jihan tidak mengatakan akan pergi bersama Aidan.
"Assalamualaikum," kedatangan sepasang paruh baya menyita perhatian keduanya.
"Waalaikumsalam," Nayra segera menghampiri begitu melihat yang datang ternyata adalah om dan tante dari suaminya, dan merupakan orangtua Aidan.
"Apa kabar Tante, Om?" Tanya Nayra, sedikit merasa heran sebab ini pertama kalinya orangtua Aidan datang sepagi ini. Dan sudah lama juga mereka tidak pernah datang.
"Alhamdulillah baik," jawab mama Kiara, tatapannya lalu berpindah pada wanita berhijab yang berdiri tak jauh dibelakang Nayra.
Jihan menundukkan kepalanya hormat sambil tersenyum ketika wanita paruh baya yang tak dikenalnya itu menatapnya.
Mama Kiara mengedarkan pandangannya, sejenak ia memperhatikan anak lelaki yang berdiri di samping Jihan, tak melihat wanita berhijab selain Jihan ia pun kembali menatap wanita itu dengan lekat.
"Apa kamu yang namanya Jihan?" Tanyanya. Semalam setelah didesak, Aidan akhirnya mengatakan tentang wanita berhijab yang bernama Jihan, dan merupakan pegawai di toko Nayra. Karena wanita itulah putranya jadi sering pulang telat.
"Iya Tante," jawab Jihan.
"Oh, jadi kamu orangnya? Yang menyebabkan anak saya Aidan jadi sering pulang telat."
Deg...
Bukan saja hanya Jihan yang terkejut mendengar ucapan wanita paruh baya itu, Nayra pun tak kalah terkejutnya.
"Sepertinya Tante salah paham, Aidan sendiri yang... ." Nayra berusaha menjelaskan, namun ucapannya lebih dulu dipotong.
"Tante gak salah paham, Nay. Aidan sudah cerita semuanya!"
.
.
.
Cover diganti admin NT ya.
Visual
hadech mama Kiara jangan galak2 dong bisa jantungan itu si Jihan papa Denis berasa Dejavu g tu anaknya mau mepet janda 🤭🤭🤭
ayo om dokter Pepet terus jangan kasih kendor dah pasti dibantuin nyomblangin kok ama bang Rian n Nayra 🤭🤭🤭