📣Mungkin kalian akan mengalami keram perut, bengek, diabetes, dan gangguan Bucin akun lainnya....
---Niat lari dari perjodohan, justru terjebak dalam Penthouse milik calon tunangan.
Queen masuk menjadi PRT tunangannya setelah lari dari rumah orangtuanya dengan alasan tak mau dijodohkan.
Sama-sama tak mengenal, Queen dan Dhyrga Miller tinggal di atap yang sama... Yok intip keseruan mereka yang bakal bikin kamu senyum-senyum sendiri.(Musim pertama)
---Raja tumbuh menjadi makhluk yang tampan, ia pandai meretas, lompat kelas, bahkan menduduki kursi Presdir di usia muda. Terlebih, ia memiliki tunangan super cantik bernama Kimmy Zoya.
Namun, hidup tak semulus wajah cantik kekasihnya, ia harus menghadapi bagaimana lika-likunya hubungan mereka.(Musim ke dua)
Yok, baca selengkapnya di sini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Paris
Rambut pendek membuatnya lebih terlihat dewasa. Queen cantik dengan outfit musim dingin.
Dari bulan Oktober hingga Desember, musim gugur di Paris masih menawarkan cuaca yang menyenangkan namun dengan udara yang cenderung lembab.
Musim dingin sangat dingin. Salju terkadang turun disertai hujan dan suhu udara bisa di bawah 0 derajat celcius, terutama di daerah dataran tinggi.
Kurang lebih empat belas jam waktu kotor California ke Paris. Pagi jam sembilan Queen terbang dan sampai ke Paris sore hari.
Tentu saja, sebab Prancis lebih cepat 6 jam dari Washington, Distrik Kolombia, Amerika Serikat.
Queen belum meminta izin ke orang tuanya tapi nanti jika mereka telepon Queen akan segera memberi tahukan di mana dirinya bernapas saat ini.
Queen keluar dari jet pribadi milik ayahnya, ia berjalan gontai menuju mobil yang langsung menjemputnya tepat di depan pesawat.
Sapaan dan sambutan khidmat Queen terima, dan Queen masih dikagumi juga di kenal oleh banyak orang di belahan dunia, salah satunya Paris.
Ryan lah yang menyetir, Queen masuk mobil lalu orang-orang suruhan ayah Queen memindahkan koper ke bagasi.
"Kita langsung ke mansion Nona?" Ryan menoleh ke belakang menunggu jawaban dari Queen, pria itu mengenakan pakaian kasual karena Queen yang mengaturnya.
"Iya. Tapi, sebelum pulang ke rumah Daddy, kita mampir dulu ke kafe Odette yah Bang." Pinta Queen.
"Baiklah." Ryan menyalakan mesin mobil dan melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Queen buka jendela mobilnya demi menikmati momen ini.
Indahnya kota Paris menyentuh kepingan hati milik Queen hingga tiba-tiba menghangatkan dadanya.
Udara Paris telah terhirup dan berhasil mendesir kan puing-puing kenangan yang telah lalu.
Tak ada percakapan, Queen asyik mengenang masa lampau yang dia lewati bersama Dhyrga Miller delapan tahun silam.
Di sini, di kota ini.
Jalan raya, gedung tinggi, gang estetika, kafe di pinggir jalan, bahkan toko buku Instragramable, semuanya telah berubah sebagian, tapi ada yang masih sama tak berubah seperti rasa rindunya.
Di sudut jalan ada toko boneka yang sempat Queen dan Dhyrga singgahi, dulu Dhyrga membelikannya tiga buah.
Mengenang masa itu tak sadar lengkungan bibir Queen terangkat. "Di sini pertama kalinya, Dhyrga kasih aku boneka Bang." Ujarnya lirih.
Ryan memang serba tahu keluhan Nona nya, sebab Queen percaya pada pria berwajah oriental itu. "Nona benar-benar menyukainya?"
"Entah lah." Dengus Queen.
Jee Yeon terus menghubungi dirinya, Arnold pun selalu ada di sisinya tapi tidak membuat Queen melupakan kenangan indah bersama Dhyrga di Penthouse dua tahun lampau.
Ingatan saat pertama kali Queen masuk Penthouse Dhyrga, semalaman tidur di pangkuan Dhyrga, memasak dan menyuapkan sesendok nasi goreng untuk Dhyrga, di gendong dari kolam renang hingga ke kamar oleh Dhyrga, sampai usapan jemari Dhyrga saat merayunya di bioskop.
Terngiang dan tak lekang oleh zaman. Dhyrga berhasil membuatnya jatuh cinta setelah tinggal bersama dalam satu atap selama lebih dari satu bulan.
"Di sini kan Nona?" Ryan menggunakan map untuk menemukan kafe yang Queen maksud.
"Yah benar." Queen tersenyum. Ini kafe yang sama dan berpenampilan sama seperti delapan tahun lalu.
Sebuah kafe instagramable di Paris yang terletak di Latin Quarter Paris, tepatnya ada di belakang toko buku paling terkenal.
Biasanya Dhyrga mengajaknya ke sini setelah membeli buku-buku. Kafe yang mungil dan menyegarkan netra sebab letaknya tak jauh dari jalan. Kita bisa melihat lalu lalang nya pasangan muda mudi sambil menyeruput secangkir kopi.
Ryan keluar dari mobil antik ala bangsawan kuno itu, ia berjalan memutar dan membuka pintu mobil milik sang Nona. "Mari Nona."
"Makasih." Queen turun lantas mengedarkan pandangan, bernapas dengan dalam menikmati udara penuh kenangan.
"Aku merindukan masa-masa kecil ku Bang." Kata Queen, gadis itu mengayunkan kaki menuju salah satu kursi.
"Please have a seat Miss."
Silahkan duduk Nona. Ucap satu orang pria dengan pakaian kasual musim dingin.
"Thanks." Queen duduk di ikuti oleh Ryan yang duduk di sisi kanannya.
"Coffee?" Tawar pria itu.
"Well, one coffee latte. And, ..."
Yah, satu kopi latte. Dan, ... Queen berpikir sejenak memilih pesanannya.
"Give me a cup of hot chocolate."
Berikan aku secangkir coklat panas. Pintanya.
"All right, please wait."
Baiklah, silahkan menunggu. Pria itu kembali masuk ke dalam kafe.
Queen membuka tas selempang miliknya, meraih ponsel terbarunya untuk membuka sosial media. Sekali-kali Queen juga ingin upload foto terkini setelah dua tahun tidak muncul.
"Bang, kita foto berdua yok." Queen mendekati Ryan sembari mengangkat benda tipisnya ke atas.
Keduanya berpose senyum. Mereka memang sangat dekat karena selalu bersama.
Baru dua kali cekrek, senyum manis Queen meredup tatkala wajah damai seseorang pria tampak di retinanya secara tiba-tiba.
Degup, degup, degup, ....
Berdebar hebat detak jantung Queen hingga ponsel di tangannya hampir saja terjatuh.
"Nona, kau tidak apa-apa?" Ryan menangkap ponsel Queen dari belakang tubuh gadis itu hingga terkesan memeluk.
Queen terjaga dari lamunannya. Dia toleh Ryan sejenak kemudian kembali menatap Dhyrga yang duduk bersama seorang gadis di meja seberang.
Queen tercengang.
Ternyata ini bukan lah ilusi, Dhyrga Miller benar-benar berada di hadapannya. Menghirup udara yang sama dengan dirinya.
Detik ini.....
"Emmh, two hot chocolates." Satu gadis di sisi Dhyrga mengatakan itu pada pelayan kafe.
Queen mengalihkan pandangan ke mejanya sendiri dengan masih menderu dera napasnya. Hampir saja jantung satu-satunya copot dari tempatnya.
"Dhyrga di sini Bang Ryan." Queen menatap Ryan yang lantas ingin mengalihkan pandangan ke arah Dhyrga tapi kemudian Queen meraih pipi Ryan.
"Jangan menatap ke arahnya. Atau dia akan sadar kalo kita membicarakannya." Cegah Queen.
"Hmm?" Ryan membeku.
"Dia di sini Bang, gimana ini? Menyapa, atau pergi saja hah?" Queen gusar. Jemarinya gemetar, dua tahun tak bersua, keringat dingin kian memuai.
"Bukannya Nona merindukan pertemuan dengan nya?" Cetus Ryan. Aneh juga jika sekarang Queen justru ingin menghindar.
"Tapi tidak saat, dia menggandeng cewek lain juga Bang Ryan!" Greget Queen pelan tertahan.
Sedikit Ryan melirik kecil ke arah Dhyrga demi memastikan sosok tampan lelaki itu, dan memang benar adanya Dhyrga duduk di meja seberang bersama gadis cantik.
"Apa mereka pacaran?" Tanya Ryan.
"Pastinya begitu." Hati Queen memanas seketika, bahkan matanya mulai berkaca-kaca. Mungkin ini alasan Dhyrga tak pernah datang ke acara ulang tahunnya.
"Gimana kalo kita pulang saja?" Bibir Queen meleyot, entah lah, sakit rasanya melihat Dhyrga Miller bersama gadis lain.
"Tapi minuman kita sudah datang." Ryan menatap pelayan perempuan yang menuju meja mereka.
Pelayan meletakkan dua cangkir, satu kopi latte dan satunya coklat panas. Wanita itu tersenyum, mempersilahkan Queen dengan bahasa isyarat.
Queen teringat. Gadis bisu remaja yang dahulu melayani Queen dan Dhyrga kini telah menjadi seorang wanita dewasa.
"Terimakasih." Queen menundukkan kepalanya tanda ia juga mengucapkan itu.
"Kita minum, lalu bayar, dan cabut dari sini." Queen menyeka sedikit peluh yang tak tahu malu tergelincir di sudut netra nya.
"Tapi sekiranya tidak perlu ketara kalo Nona menghindar darinya, bukannya rumah kalian tetanggaan? Kalau tidak sekarang, besok atau lusa juga pasti akan bertemu lagi."
"Huff!" Queen melepas napas. "Kenapa Queen ke sini di waktu yang salah? Harusnya Queen nggak usah ngeliat mereka kan, harusnya Queen langsung pulang ke Indonesia." Lirihnya, ada satu butir lagi air mata yang menggelinding.