NovelToon NovelToon
My Posesif Brother

My Posesif Brother

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Asmawi97

"Aletha jangan pulang terlambat!"

"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"


"ALETHA!"


"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."

Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.

Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Davin berjalan bak seorang model di koridor sekolah yang dipenuhi para siswa dan siswi.

Sesekali tersenyum membalas beberapa siswi yang terlihat senyum padanya.

Davin lalu memasuki ruangan paling besar dan megah yang berada di sekolah tersebut. Ruangan Presdir Wiratama, ruangan pamannya.

"Halo Paman." Davin tersenyum pada paman nya yang tengah duduk di kursi kebesaran nya. Dia lalu mendudukan dirinya di sofa yang berada di ruangan paman nya itu.

"Eoh Davin. Kapan sampai?" Deri bangkit dari duduk nya dan menghampiri keponakan nya itu.

"Baru saja. Aku langsung kemari. Habis nya Paman terus menelepon ku." jawab Davin sedikit kesal.

Deri hanya tertawa. "Maaf. Paman hanya tidak sabar ingin bertemu dengan mu."

"Maksudnya agar Paman cepat pulang ke Bali kan?"

Deri terkekeh. "Itu kau mengerti."

"Ya ampun... Setelah ini, Paman dan keluarga akan menetap di Bali. Dan mengurus perusahaan utama yang berada di sana. Dan sesuai kesepakatan, sekolah ini akan kamu yang memimpin nya Davin."

Davin menganggukkan kepala nya mengerti. Memang itu tujuannya datang ke Jakarta. Sang paman, Deri Wiratama, terus mendesak nya untuk menggantikan dirinya memimpin Yayasan sekolah grup Wiratama yang berada di Jakarta.

"Tapi Paman. Tidak bisakah, nanti saja aku menerima jabatan ini?" Tanya Davin ragu. Takut juga jika paman nya itu marah.

"Apa maksudmu?"

Davin sedikit menunduk menghindari tatapan pamannya. "Aku ingin memulai semuanya dari awal. Aku tidak mau menerima jabatan ini begitu saja. Nanti mereka malah meremehkan ku."

"Apa nya yang meremehkan? Kau itu cucu keluarga Wiratama. Tentu saja sekolah ini layak kau miliki. Memang nya siapa yang akan meremehkan mu ha?"

Davin tersenyum. Dia hanya merasa, selama ini hidup nya terlalu mudah karena campur tangan keluarganya yang jelas berkuasa. Davin tidak pernah merasakan berusaha, apapun yang dia hendaki. Ibunya pasti langsung menyanggupi nya bahkan keinginan teraneh sekalipun.

"Hanya saja. Bisakah aku memulai disini sebagai guru?"

Deri membulatkan kedua bola matanya. "Apa?! Davin, ini tidak seperti rencana kita."

"Tapi Paman aku sangat ingin mencoba nya. Boleh ya?" Davin memohon, mengatupkan kedua tangan nya di depan paman nya itu.

Deri menghela napasnya melihat tatapan melas itu. "Ya ampun. Kau memiliki hasrat aneh yang sama seperti ibu mu. Baiklah. Terserah apa yang ingin kamu lakukan. Yang pasti, Paman sudah lepas tangan dari jabatan ini. Sekolah ini sekarang milik mu hmm?"

"Aku mengerti..."

"Tapi untuk sementara, Paman tidak perlu memperkenalkan ku pada semua guru dan staf yang bekerja di sekolah ini. Oke? Aku ingin menjadi orang biasa disini."

.

.

.

"Ada apa sih Revan?"

Naraya mengeluh karena Revan yang datang dengan begitu heboh saat masuk kelas.

"Kau dengar berita terbaru tidak?"

Naraya menggeleng dengan polos nya membuat Revan berdecak.

"Ya ampun Naraya. Kau ini kudet sekali sih. Punya handphone kau pakai untuk apa ha?"

"Main game. Dan menonton youtube. Nonton tiktok? Memang apa berita nya Revan?" Tanya Naraya malas. Temannya yang satu ini rempong, padahal laki-laki loh.

"Kau tahu Bu Rida yang sedang cuti hamil kan?"

Naraya hanya menganggukkan kepalanya dan melihat tanpa minat pada Revan. "Hm tahu. Lalu?"

"Ku dengar hari ini akan ada guru baru yang akan menjadi wali kelas kita."

"Hmm. Terus?"

Revan menghela napasnya jengah dengan reaksi terlampau biasa milik Naraya. "Ya ampun! Kau sama sekali tidak tertarik ha?! Ku dengar, guru tersebut masih muda dan juga tampan. Dan sial nya, Lita sepertinya tertarik pada guru tersebut!" seru Revan kesal.

Abim yang sejak tadi hanya menjadi pendengar menggeleng kan kepala nya prihatin pada Revan. "Kau masih mengharapkan nya ya? Ckck Revan Revan, jelas jelas Lita tidak pernah menyukai laki-laki kelebihan kalsium seperti mu." ucap Abim sarkatis.

"Diam Abim! Kau ini, sekali nya bicara selalu menjatuhkan ku!"

Abim mengangkat bahu nya cuek. "Sudah jelas kau memang laki-laki yang aneh. Lita pasti berpikir dua kali jika menerima mu sebagai pacar nya."

"Abim! Kau! Minta di pukul hah?!"

Abim dan Naraya hanya terkekeh. Puas membuat Revan marah.

"HEI...GURU BARU NYA DATAAAANG."

Teriakan tersebut membuat acara gosip Revan tertunda. Dia duduk dengan benar. Begitu pun Naraya dan Abim.

Davin tersenyum kecil saat mendengar teriakan murid kelas yang akan menjadi tanggung jawabnya. Kembali ke SMA rasanya kembali mengingatkan nya pada memori memori masa dulu dirinya sekolah. Rindu sekali, melihat mereka yang berseragam membuat Davin nostalgia.

Davin lalu memasuki kelas yang akan menjadi tanggung jawabnya mulai sekarang. Kelas 2B. Berisikan 30 siswa. Davin tersenyum ramah pada seluruh siswa yang memandang nya penasaran.

"Halo semuanya. Nama Bapak, Pak Davin. Mulai hari ini, Bapak akan menjadi wali kelas kalian yang baru. Semoga kalian semua suka. Dan kita bisa bekerja sama."

Para siswa nampak kagum dengan pembawaan Davin yang santai, tidak seperti wali kelas yang lama. Kolot dan kaku.

"Pak! Berapa usia Anda?" seorang siswa perempuan nampak mengangkat tangan nya dan bertanya.

Davin tersenyum begitu manis membuat para siswa perempuan terpesona. Seperti melihat karakter komik saja. "Uisa Bapak 25 tahun, masih muda kan?"

"Woaa masih muda. Kalau begitu, pasti cocok dengan Naraya. Dia satu-satunya yang masih jomblo di kelas ini, haha" ucap siswa yang tadi⚊ Gavin.

"Hem... Ada yang masih jomblo?" Tanya Davin main-main.

Naraya melotot pada Gavin yang duduk di depan nya itu. "Ckck dasar! Apa-apan menjodohkan ku, padahal sendiri nya uang masih jomblo..." cibir Naraya.

Gavin langsung memandang tajam Naraya. "Apa maksudmu Naraya?! Kau iri ya? Kau iri karena aku bisa move on lebih cepat dari mu kan?! Aku menjodohkan mu, agar kau tidak tampak menyedihkan haha."

Naraya memutar bola matanya malas. "Ha ha. Maaf saja ya Tuan Gavin. Aku sudah tidak tertarik padamu!!"

"Kauuu....!" Seru Gavin.

"Hei sudah sudah. Naraya, Gavin! Jangan membuat malu di depan Pak Davin." seorang ketua kelas langsung melerai dua orang yang dulu pernah berpacaran itu, namun setelah putus keduanya malah sering bertengkar kekanakan seperti sekarang.

"Maaf Pak. Mereka pasangan yang baru putus makanya,..."

"DIAM REVAN!" ucap Naraya dan Gavin berbarengan. Semuanya langsung terkikik melihat wajah merah Naraya dan Gavin.

Davin tertawa kecil saat melihat siswa bernama Naraya itu membentak ketua teman sebangku nya. Wajah Naraya terlihat merah dan menahan malu. Lucu sekali.

.

.

.

Saat pelajaran olahraga, Naraya duduk sendiri di bangku stadiun melihat teman temannya bermain basket. Dia masih ingat ancaman Galang tentang tidak boleh berolah raga. Dia tidak mau jika karena keegoisan nya dia memaksakan tetap olahraga, nanti akan ada yang terluka.

"Kau tidak ikut pelajaran olahraga?" Naraya sedikit terlonjak kaget saat wali kelas nya yang baru duduk di samping nya. Naraya lalu berdiri dan membungkukan tubuhnya, kembali duduk di samping wali kelasnya itu.

"Oh...itu, aku hanya merasa tidak enak badan Pak." jawab Naraya dengan sedikit kebohongan. Tidak mungkin berkata kalau dia dilarang oleh kakaknya.

"Benarkah? Kalau begitu ke UKS saja. Ayo biar Bapak antar." ucap Davin perhatian. Entah kenapa sejak melihat Naraya yang bertengkar di kelas tadi, Davin jadi ingin lebih dekat dengan anak itu. Apalagi nama Naraya sama dengan nama adiknya yang dia cari.

"TIDAK PERLU!"

Naraya memukul mulut nya yang berteriak seenak jidat nya. Dia lalu meringis dan kembali membungkukan tubuhnya.

"Ah maaf Pak... Maksud saya, saya ingin melihat teman teman bermain Pak. Saya tidak apa." Naraya tersenyum canggung karena malu, membuat Davin tertawa.

"Ck tidak perlu seformal itu. Kau tahu, Bapak ini masih muda. Yah setidaknya, kalian bisa anggap Bapak sebagai teman? Bapak harap seperti itu, agar kelas kita semakin akrab. Okey?"

Naraya nampak berpikir. "hmmm... Memang nya tidak apa? Pak Davin bilang, boleh informal asal di luar sekolah. Ini kan masih di sekolah Pak. Aku tidak akan di marahi kan?" Tanya Naraya dengan cemas takut dimarahi membuat Davin lagi-lagi tertawa karena ekspresi Naraya yang beragam.

"Haha tentu saja. Untuk mu... Jika di luar kelas panggil saja Kakak. Kak Davin."

Naraya menganggukkan kepalanya setuju. "Kak Davin. Baiklah.."

'Entah kenapa... Dia mirip sekali dengan Raya...' batin -Davin-

"Pak! Eh maksudnya Kak, aku menghampiri teman ku dulu ya?"

"Eoh. Silahkan."

Naraya membungkuk sekali lagi dan menghampiri Revan dan Abim. Davin masih melihat Naraya bahkan setelah anak itu menghampiri temannya. Entah kenapa, Naraya mengingatkan nya pada adik yang di cari nya.

Aletha... Dia juga pasti sudah seumuran Naraya. Aku tidak boleh menyerah. Aku harus mencari Aletha dan juga Mama Hana.

"Ah! Aku akan melihat data milik Naraya. Siapa tahu, Naraya memang Naraya Aletha Adikara, adikku."

.

.

.

1
nyonya
kaka gila ini mah
Mamimi Samejima
Penasaran banget sama kelanjutannya, update please! 😍
Shishio Makoto
Tidak sabar untuk kelanjutannya!
Asmawi97: Makasih dah jd komentar pertama ku.. 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!