Disarankan untuk membaca novel sebelumnya yang berjudul Menikahi jd yg ke 2.
Dila yang di besarkan dari keluarga paling kaya no dua di dunia, selalu di jaga ketat oleh sang Daddy. Membuat Dila menjadi sosok gadis yang culun, dengan tampilan khas kacamata besar, rambut di kepang dua, dan selalu memakai pakaian yang longgar. Selain penampilannya yang culun, Dila juga seorang gadis yang sangat ceroboh.
Dibalik tampilannya yang culun, Dila adalah gadis yang sangat cantik dan pintar. Membuatnya di terima bekerja sebagai sekertaris di perusahaan terkenal di Inggris.
Di perusahaan itulah Dila bertemu dengan atasannya yang tampan dan gagah yang di juluki Mr Perfect yang ternyata sudah memiliki seorang putri yang sama angkuhnya! Bagaimana kehidupan gadis culun dan ceroboh ketika bertemu dengan seorang pria yang perfect? Yuk baca ceritanya😍
Cerita ini seri ke 3 dari Novel sebelumnya yang berjudul Menikahi jd yg ke 2 dan Mr Arrogant. selamat membaca🥰🥰🥰
Ig : mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Grandma Irene menatap pada Viola dan Dila dengan masakan yang dibuat masing-masing.
"Karena semua makanannya sudah jadi. Biar Katie yang menentukan makanan mana yang menurutnya enak." Seru Grandma Irene, menyuruh pelayan untuk mengambil makanan.
Pelayan yang disuruh Grandma Irene langsung mengambil sup yang tadi dibuat oleh Nona Viola dan menuangkan ke mangkuk Katie. Katie yang sudah sangat lapar langsung memakan sup itu.
"Brur ... " Katie langsung menyemburkan makanan yang dimakannya.
"Pedas!" Seru Katie dengan wajah yang memerah.
Viola yang melihat Katie menyemburkan makanannya sambil berkata pedas, langsung mencicipi sup buatannya. "Ini tidak pedas sayang." Ujar Viola
"Pedas Grandma." Keluh Katie.
Grandma Irene pun langsung mencoba masakan Viola, dan setelah mencobanya. Grandma Irene langsung menjauhkan mangkuk sup dari Katie.
"Kau itu membuat makanan untuk Katie atau untukmu sendiri!" Seru Grandma Irene dengan mendengus kesal.
"A-aku." Viola menundukan kepalanya, tidak berani menatap pada Grandma Irene.
"Aku mau ayam cripsy itu." Pinta Katie, menunjuk pada ayam yang dibikin oleh Dila.
Dengan senang hati, Dila mengambil ayam crispy buatannya dan menaruhnya dipiring Katie. Dengan jantung yang berdetak dengan kencang, Dila menunggu reaksi yang akan diberikan oleh Katie.
"Tidak enak!" Keluh Katie, melempar ayam crispy buatan Dila.
Dila langsung merasa shock saat melihat ayam yang dibikinnya dengan penuh perjuangan, dilempar begitu saja oleh Katie. "Ya ampun ini bocah! Kalau tidak ada Grandma udah abis ini anak aku cubit." Gumam Dila dalam hati, menatap tajam pada Katie.
"Kalian lihat! Tidak ada satu pun diantara kalian yang bisa memasak dengan baik." Ujar Grandma Irene dengan menggelengkan kepalanya.
Membuat Dila dan Viola diam seribu bahasa, dan tidak berani membalas ucapan Grandma. Karena semua perkataan yang dilontarkan oleh Grandma memang benar. Mereka berdua memang tidak bisa memasak.
"Sekarang kalian duduklah dan ikut makan bersama kami." Ucap Grandma Irene.
Dila dan Viola langsung duduk dikursi makan, dan tanpa banyak bicara langsung makan masakan yang dibuat oleh chef mansion.
"Punya chef handal, tapi masih menyuruhku memasak." Gumam Viola dalam hati. "Ah kuku-kuku cantikku!" Viola menatap pada kukunya yang sudah berantakan akibat memotong sayuran.
"Setelah kalian makan, kalian harus menemani Katie bermain!" Perintah Grandma Irene, membuat Dila dan Viola langsung tersedak makanan mereka.
"Kenapa? Apa kalian keberatan?" Grandma Irene menatap tajam pada Dila dan Viola.
"Tidak Grandma." Jawab Dila dan Viola secara bersamaan.
Saat melanjutkan makannya, Dila dan Viola dikagetkan dengan kedatangan Aiden bersama dengan Jack yang berjalan dibelakang tuannya.
"Aiden!" Grandma Irene terkejut saat melihat cucunya yang pulang ke mansion. Karena Aiden sangat jarang pulang kemansion disiang hari, walau hanya sekedar untuk makan siang bersama.
Aiden yang berjalan langsung berhenti tepat di sebelah Grandma dan Katie, pandangan matanya menatap pada dua wanita yang duduk didepan. Terutama pada Dila yang terlihat berantakan dengan wajah yang terkena tepung.
"Daddy pulang!" Seru Katie dengan wajah yang gembira.
"Dad pulang hanya untuk mengambil dokumen yang ketinggalan." Jawab Aiden.
"Jadi kau pulang hanya untuk mengambil dokumen? Kenapa tidak menyuruh Jack saja?" Tanya Grandma Irene dengan menyelidik.
"Dokumen itu ada didalam kamarku. Dan aku paling tidak suka ada orang lain yang masuk kedalam kamarku." Jawab Aiden.
"Kalau begitu makan siang dulu." Ujar Grandma.
"Aku tidak bisa." Aiden langsung berjalan menuju kamarnya dilantai dua.
Dila melihat semua gerak gerik Aiden dari awal datang, sampai Aiden yang berjalan kelantai atas. Entah mengapa tatapan matanya seolah tidak ingin melepaskan pandangannya pada sosok Aiden. Sosok yang sangat menyebalkan yang membuat hidupnya kini berantakan.
Jack yang berdiri tidak jauh dari tempat Nona Dila dan Nona Viola duduk, melihat dengan jelas kedua wanita itu menatap tuannya dengan sorot mata penuh cinta. Jack bahkan hampir tertawa saat melihat wajah Nona Dila yang menatap Tuan Aiden dengan mulut yang terbuka.
"Kalian cepat habiskan makanan kalian, Katie sudah selesai dari tadi dan ingin bermain." Grandma Irene berkata dengan sangat tegas.
"Aku sudah selesai." Jawab Viola yang langsung berdiri, dan membawa membawa Katie bermain ditempat main yang berada tidak jauh dari ruang tengah mansion. Viola sengaja menyelesaikan makan siangnya dengan cepat, karena ingin mencuri perhatian Aiden dan membuktikan pada Aiden kalau dirinya mampu merawat Katie.
"Kau belum selesai?" Tanya Grandma Irene pada Dila.
"Belum Grandma aku masih lapar." Jawab Dila dengan jujur.
"Dia ini dari keluarga mana? Kenapa sikapnya kurang sopan dan terlihat ceroboh." Gumam Grandma Irene, sambil berdiri dari duduknya dan berjalan keruang tengah. Meninggalkan Dila sendiri bersama Jack yang masih berdiri di tempatnya .
"Jack duduklah!" Ujar Dila.
"Terima kasih Nona, tapi lebih baik aku berdiri saja." Balas Jack.
"Kau tidak mau makan siang dulu?"
"Aku ... " Belum selesai menjawab pertanyaan Nona Dila, Jack langsung menatap tuannya yang kini sudah berdiri dibelakang kursi Nona Dila.
"Aku apa?" Tanya Dila.
"Dia dan aku harus kembali ke kantor." Bisik Aiden, dengan menundukan wajahnya.
Dila yang terkejut langsung reflek menoleh ke samping hingga membuat bibirnya hampir menyentuh bibir Aiden. Karena terlalu kaget Dila langsung berdiri dari duduknya dengan jantung yang berdetak dengan cepat.
Aiden tersenyum tipis, saat melihat reaksi Dila yang salah tingkah dengan pipi yang bersemu merah.
"Bersihkan wajahmu!" Perintah Aiden, memberikan sapu tangannya pada Dila.
Dengan tangan yang gemetar Dila mengambil sapu tangan dari tangan Aiden. "Terima kasih." Ucap Dila dengan gugup.
"Kau tidak perlu berterima kasih, aku hanya tidak ingin wajahmu yang jelek itu semakin jelek dengan tepung yang menempel itu. Membuat putriku ketakutan dan tidak ingin bermain dengan mu." Ujar Aiden dengan tersenyum sinis.
"Dasar duda gila!" Umpat Dila dengan suara yang tertahan. Dila tidak ingin semua orang mendengar perkataan kasarnya.
"Duda gila?" Ucap Aiden, menatap tajam pada Dila. "Dan duda gila ini sebentar lagi akan menjadi suamimu." Aiden tersenyum licik.
"Kalau tidak karena terpaksa, mana mungkin aku mau menikah dengan duda gila sepertimu." Sindir Dila.
Aiden hanya terdiam mendengar ucapan Dila. "Kita berangkat sekarang!" Perintah Aiden, yang langsung berjalan dengan gaya sombongnya. Yang diikuti oleh Jack dari belakang.
Sementara itu Viola yang sedari tadi melihat interaksi antara Dila dan Aiden, merasakan hawa panas didalam hatinya. Viola tidak ingin Aiden semakin dekat dengan wanita culun itu. Dan Saat melihat Aiden berjalan didepannya, dengan sigap Viola berjalan mendekati Aiden.
"Kau mau berangkat?" Tanya Viola dengan tersenyum manis.
"Seperti yang kau lihat." Aiden menjawab tanpa menghentikan langkahnya.
"Sayang, berhenti dulu! Aku ingin berbicara denganmu." Pinta Viola, meraih lengan Aiden. Hingga Aiden menghentikan langkahnya.
"Apa yang kaulakukan!" Bentak Aiden. "Aku ini sedang terburu-buru." Aiden menghempaskan tangannya dan langsung pergi meninggalkan Viola yang masih terdiam ditempatnya berdiri.
"Aiden Tama Graham, kau tidak akan bisa terus menolakku. Aku pastikan bahwa kau hanya akan menjadi milikku." Gumam Viola dengan senyum liciknya, berjalan kembali ke tempat bermain Katie.