Touch Me, Uncle Dom!

Emily tidak mengerti dengan jalan pikiran suaminya. Entah kenapa suaminya itu tidak tertarik pada dirinya, padahal dengan jelas ia sudah berusaha untuk menggoda Dom, akan tetapi pria datar tanpa ekspresi itu tahan dengan godaan, dan tidak menyentuhnya sama sekali.

Apakah dirinya kurang menarik? Kurang cantik? Kurang sexy? Ataukah benar jika suaminya itu G*y?

Emily termenung di depan meja riasnya sembari menyisir rambutnya. Kepalanya kini di penuhi dengan berbagai pertanyaan tentang Dom.

Tidak berselang lama pintu kamarnya terketuk dari luar. Emily segera beranjak, lalu membuka pintu kamarnya.

"Mom," ucap Emily saat melihat ibunya di balik pintu kamarnya itu.

"Kamu baik-baik saja? Kenapa sejak tadi pagi kamu tidak keluar kamar, bahkan kamu melewatkan sarapanmu," ucap Hana begitu cemas kepada putrinya.

"Aku baik-baik saja, Mom," jawab Emily, keluar dari kamar, kemudian menggandeng tangan ibunya menuju ruang makan.

"Dom tidak menyakitimu 'kan?" tanya Hana lagi sambil memperhatikan cara berjalan Emily yang terlihat biasa saja.

"Mereka belum melakukannya," batin Hana sangat yakin.

"Tidak," jawab Emily, lalu mendudukkan dirinya di ruang makan.

"Seharusnya kamu bangun pagi, menyiapkan semua keperluan suamimu, dan juga membuatkannya sarapan dan kopi." Hana menasehati putrinya.

"Tapi, aku tidak bisa memasak dan juga membuat kopi. Lagi pula di sini sudah banyak pelayan," jawab Emily sambil mengambil roti dari atas meja.

"Tugas utama seorang istri adalah melayani suami. Meskipun kamu masih sekolah, tapi kamu harus bisa membagi waktumu," jelas Hana kepada putrinnya.

Emily mengangguk mengerti, ia akan berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk Dom, tapi bagaimana dengan Dom sendiri? Apakah pria itu bisa menerimanya dan menjadi suami yang baik untuk dirinya?

Emily kembali termenung, lagi-lagi ia memikirkan sikap Dom yang sangat dingin kepadanya.

"Lily, lusa keponakanmu akan datang ke sini. Dia akan melanjutkan pendidikannya di sini."

Perkataan Hana menyadarkan Emily yang sedang larut dalam lamunannya.

"Siapa?" tanya Emily.

"Arra," jawab Hana.

Emily mengangguk dan tersenyum senang karena Arracelia adalah putri bungsunya Gery dan Allegra. Jadi, ia akan mempunyai teman dan tidak akan kesepian lagi.

"Apakah Uncle Gery dan Aunty akan ikut?" tanya Emily.

"Sudah berapa kali Mommy katakan jika mereka adalah kakak dan kakak iparmu, jadi panggilah dengan semestinya!" omel Hana sambil meletakkan segelas susu hangat untuk putrinya.

"Mereka sudah tua, Mom," jawab Emily yang selalu tidak pernah mau memanggil Gery dan Allegra dengan sebutan 'Kakak'.

Emily segera beranjak dari duduknya, liburan musim semi ini dirinya menjadi terkurung di dalam mansion karena status barunya yaitu menjadi istri dadakan Dominic.

"Setidaknya nanti aku tidak kesepian karena Arra akan tinggal di sini," gumam Emily seraya berjalan menuju taman yang ada di belakang mansion tersebut.

*

*

"Bagaimana dengan malam pertamamu, Dom?" tanya Black yang mulai saat ini di tugaskan untuk mengawal Dom kemana pun pria itu pergi.

"Tidak ada yang spesial," jawab Dom dengan datar.

"Apakah kamu menahan dirimu?" ledek Black sambil terkekeh pelan.

"Apakah kamu sudah bosan tertawa?! Akan kurobek mulutmu jika bicara sekali lagi!" ucap Dom dingin dan terdengar tidak main-main.

Black langsung mengatupkan bibirnya, seraya berdehem pelan, dan fokus menyetir mobilnya.

Suasana hati pria gondrong itu sedang tidak baik pagi hari ini.

***

Vote dan Like-nya ya, udah hari senin bestiesl❤