NovelToon NovelToon
Unforgotten Night

Unforgotten Night

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Romansa
Popularitas:343.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rifani

Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

~ 13

"Jujur, Ailen. Sebenarnya kau punya hubungan apa dengan Tuan Derren? Bukankah selama ini kalian itu tidak saling kenal? Mengapa bisa tiba-tiba membucin? Ayo cepat ceritakan. Jangan biarkan aku mati karena penasaran!"

"Ck, bawel sekali. Bisa diam tidak?"

"Aku tidak akan diam sampai kau menceritakan di mana dan bagaimana cara kalian bisa saling kenal. Titik."

"Tidak ada cerita apapun. Kau salah jika berpikir kami pernah ... pernah .... "

"Pernah apa?"

Juria memicingkan mata. Duga-menduga, kejadian di club menjadi awal pertemuan Ailen dengan Tuan Derren. Namun, ini hanya spekulasi sepihak saja. Sampai saat ini Juria masih belum mendapatkan informasi tentang siapa pria hidung belang yang telah membungkus sahabatnya itu. Sekeras apapun dia mencoba mengorek informasi, Ailen tetap bungkam.

"Jangan bilang saat menghilang di club kau dibawa oleh Tuan Derren ke sebuah .... "

"Tutup mulut bawelmu itu, wanita cabul. Heran! Bisa tidak sih kalau bicara itu jangan melantur!" sergah Ailen cepat memotong perkataan Juria. Sebisa mungkin dia menyembunyikan kepanikan agar wanita ini tidak curiga.

(Mulut Juria benar-benar rewel. Kenapa dia selalu mengungkit kejadian di club? Kalau terus dibahas, bisa-bisa dia tahu kalau aku sudah tidak perawan lagi. Huh!)

"Cihh, apa susahnya mengaku sih. Jawab saja iya kalau memang malam itu kau bersama Tuan Derren. Sudah, masalah selesai," sungut Juria sembari menjejalkan makanan ke dalam mulut. "Lagipula ya, Ailen. Bukan hal yang buruk jika menghabiskan malam dengan pria semenakjubkan Tuan Derren. Sudah tampan, jenius, pewaris tunggal kaya raya pula. Yang ada bukannya merugi kau malah untung besar."

"Terus saja bicara melantur. Jengah mendengar, garpu ini akan bersarang di tenggorokanmu."

"Ancam terusss!!"

"Siapa suruh sembarang bicara,"

"Yang sembarangan juga siapa. Kau saja yang sok jual mahal untuk cerita. Jadi ya jangan salahkan aku jika berspekulasi yang tidak-tidak tentang kalian."

"Haih, terserah kau mau berpikir seperti apa, Juria. Aku lelah."

Ailen tak berselera makan. Sejak tadi dia hanya mengaduk makanan di piring dan hanya sesekali menyesap jus. Banyak hal yang berkecamuk di dalam benak. Tentang sikap Derren yang pemaksa, juga tentang kemungkinan besar dirinya yang ....

(Bagaimana jika aku hamil?)

"Masa iya harus menikah dengan orang gila seperti dia?"

"Menikah?" Juria buru-buru menelan makanan yang ada di dalam mulut. Setelah itu dia menatap serius mata Ailen. "Kau mau menikah? Dengan siapa? Apakah kau sudah menyelidiki latar belakang calon suamimu? Apa pekerjaannya? Hati-hati, Ailen. Banyak pria beristri yang mengaku single. Kau harus melakukan seleksi dengan benar agar tidak salah pilih pasangan. Mengerti?"

Ailen menarik napas. "Juria, aku tahu kau peduli padaku. Tetapi bisakah jangan seberlebihan?"

"Berlebihan apanya. Akukan hanya mengingatkan saja. Salah memang?"

"Salah sih tidak, tapi kau terlalu berisik."

"Huuu, rasaku di matamu aku ini tidak ada benarnya. Heran,"

Mengabaikan omelan Juria, pikiran Ailen kembali diterpa kekhawatiran akan buntut dari hubungan one night stand dengan Tuan Derren. Dia benar-benar cemas, takut kalau perbuatan mereka menghadirkan kehidupan lain di rahimnya. Jujur, Ailen sangat tidak siap jika hal tersebut sampai menjadi kenyataan.

"Boleh bergabung?"

Ailen dan Juria kompak menatap orang yang baru saja bicara. Setelah itu mereka segera mempersilahkan orang tersebut untuk duduk.

"Kenapa makananmu masih utuh?" Fredy menatap piring Ailen yang masih penuh makanan. Sedangkan piring Juria sudah hampir kosong.

"Dia sedang galau, dok," celetuk Juria iseng.

(Ah, dokter Fredy sangat tampan. Dia dan Ailen sangat cocok duduk berdampingan seperti ini. Tetapi bagaimana dengan Tuan Derren? Astaga, kenapa aku jadi memusingkan percintaan orang lain sih. Duhhh)

"Jangan dengarkan ucapan wanita sinting ini, dokter. Anggap saja ucapannya sebagai angin lalu," ucap Ailen sembari menginjak kaki Juria di bawah meja. Dia lalu mendelikkan mata saat sahabatnya ini hendak melakukan protes.

Fredy tersenyum. Jelas dia lebih percaya Ailen ketimbang Juria meski sebenarnya dia menebak hal yang sama juga. Fredy acap kali melihat Ailen tak fokus pada pekerjaan semenjak kemunculan Tuan Derren yang terang-terangan menyebutnya sebagai bedebah.

"Oya, dokter tahu darimana kalau kami sedang makan malam di sini?" tanya Ailen. Dia antusias mengobrol karena yakin tidak ada mata-mata yang akan melaporkan kebersamaan mereka pada Derren. Saat ini mereka berada di luar lingkungan rumah sakit.

"Aku shif malam sekarang. Karena restoran ini yang paling dekat dengan rumah sakit, jadi aku datang kemari saja. Dan kebetulan kalian ada di sini, jadi ya sudah aku ikut bergabung saja. Kalian tidak keberatan, bukan?" jawab Fredy seraya curi-curi pandang pada Ailen. Kecewa iya, berharap juga iya.

"Sorry, aku permisi ke kamar mandi dulu sebentar. Perutku tiba-tiba mulas."

Tanpa menunggu ada yang merespon, Juria langsung berlari menuju kamar mandi sambil memegangi perut. Melihat kelakuan sahabatnya itu, Ailen hanya bisa menggelengkan kepala. Juria selalu penuh dengan kejutan yang menjengkelkan. Bisa-bisanya sedang makan malah BAB. Sungguh langka.

"Em Ailen, maaf sekali jika pertanyaanku lancang. Tetapi bisakah kau menjawab pertanyaanku?" To the point sekali. Mumpung Juria sedang pergi, jadi Fredy menggunakan kesempatan ini untuk mengobrol serius dengan Ailen. "Ini tentang Tuan Derren. Kalian ... pacaran?"

Glukk

Lidah Ailen seperti terkunci saat ditanya seperti itu. Bagaimana dia harus menjawab? Mereka tidak pacaran, tapi sudah pernah menghabiskan malam bersama. Ailen gundah, bingung memikirkan cara untuk menjelaskan.

"Kalau kau merasa keberatan untuk menjawab, kau punya hak untuk tetap diam. Aku hanya sekadar ingin tahu saja supaya ke depannya nanti tidak ada salah paham," ucap Fredy lagi-lagi merasa kecewa akan sikap diamnya Ailen. Dia menduga ada hubungan tak biasa antara wanita ini dengan pemilik rumah sakit.

(Ailen, apa aku benar-benar sudah terlambat?)

"Dokter Fredy, sebenarnya semua tidak seperti yang kau pikirkan. Aku dan Der ... maksudku Tuan Derren, kami tidak pacaran. Hanya saja ... kami ... kami .... "

"Kami apa?"

"Aku ... aku bingung menjelaskan tentang bagaimana kami bisa seperti sekarang. Ada kesalahpahaman yang sampai detik ini belum menemukan titik terang. Ku harap kau bisa paham," ucap Ailen terbata-bata. Hanya alasan ini yang bisa dia sampaikan sekarang.

"Jadi kau dan Tuan Derren tidak pacaran?"

Secercah harapan muncul di hati Fredy setelah mendengar penuturan Ailen. Beban yang sempat bergelayut di pikiran, mendadak hilang tak berjejak. Sungguh lega setelah mengetahui fakta kalau Ailen tidak menjalin hubungan dengan Tuan Derren. Ini kabar yang sangat menggembirakan sekali.

"Em dokter, kenapa kau terlihat bahagia sekali saat aku mengatakan tidak pacaran dengan Tuan Derren?"

"Ha?? O-oh, tidak juga. Aku hanya lega saja karena ke depannya nanti kita masih bisa berteman. Begitu,"

"Oh, aku kira kau kenapa. Aneh saja melihatmu tiba-tiba begitu bahagia," Ailen menyelipkan anak rambut ke belakang telinga. Hatinya tiba-tiba berdesir dengan sendirinya.

Dari kejauhan, Juria yang sudah selesai dengan hajatnya tak langsung kembali menemui Ailen dan dokter Fredy. Dia malah mengawasi mereka sambil bermonolog sendiri.

"Sepertinya Ailen dan dokter Fredy sama-sama saling suka. Gelagat mereka menunjukkan adanya getaran cinta yang masih terpendam. Wahhh, sepertinya akan ada cinta segitiga di rumah sakit. Pasti seru. Jadi tak sabar menunggu drama kelanjutan. Hehehe,"

***

1
ipunk wati
Luar biasa
Siti Marwah
soal keenan
Siti Marwah
muak dngn perangai keenan ngga pantas disebut temen..matiin aja laah karakternya..ngga asik dibacanya
Nur Adam
lnjut
Anonymous
bukannya juria sama julian ya
Silvia Andriyanie
juria pusing sendiri padahal yg ngalamin sahabat nya😅😅dilema
Fahmi Ardiansyah
ooh apa jgn jgn dokter Fredy beneran jatuh cinta Ama juria.
Nur Adam
lnjut
Yuli a
jangan suka sama juria sainganku sekretaris nya papa brokoli Lo... kemarin kalah kan sama papa brokoli... takutnya nanti kalah lagi sama sekretaris papa brokoli... kan jadi sad...😢
Hua mulan
cieeee dokter fredy naksir ma juria
🏵 ( SI USIL )🏵
asatagaaa tokek hitam😆🤣🤣🤣
Gracia Grace
Luar biasa
Anita Rahayu
mana thor upnya
Susi Yanti
yg salah pengarangnya....
Divi Bilqis
Luar biasa
Susi Yanti
ailen bener2 super...bikin bacanya nggak berhenti ketawa...
Susi Yanti
juria.....jempol sepuluh deh
Alexandra Juliana
Alhamdulillah Zara menyadari kesalahannya dan mau berubah menjadi baik demi anak yg dikandungnya, skrg tinggal si BangKe(enan) yg hrs menuai karmanya..
Alexandra Juliana
Jadi pengen cepat2 si bayi brokolinya brojol, pengen tau seperti apa bentukannya dan nyelenehnya dia, saat masa2 usia balitanya yg pastinya bikin pusing kakek, nenek dan ayahnya, pasti seru melihat wajah putus asa mrk saat dikerjain si bayi brokoli..😂😂
Alexandra Juliana
Baru tau ada brokoli albino yg kutau adanya bungkol (bunga kol) 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!