Khusus Area Anuu dan banyak anuu
# Jangan cari sesuatu yang faedah, ga bakal nemu😂😂😂
Arka dan Naura adalah saudara angkat yang selalu bersama, keduanya menjalin percintaan setelah bertemu kembali.
Hingga keduanya dipersatukan dalam ikatan pernikahan.
Namun keinginan mempunyai keturunan begitu syulit.
Apalagi pernikahannya tidak diketahui oleh orang tua Arka.
Bagaimana mereka berdua mendapatkan kebahagiaan dengan mempunyai keturunan.
Nahhhhh
Ikutin aja
Walau ga ada faedahnya
Banyak mengandung anuuu
harap bijak dalam membaca😂😂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Arka
Kondisi Arkan kini sudah lebih baik, namun ia belum juga keluar dari rumah, sebab Arkan masih bingung dengan keadaannya saat ini.
Arkan kemudian menghubungi Arka, untuk menanyakan bagaimana kelanjutan dari sandiwara tersebut.
Setelah menghubungi Arka dan berjanji untuk bertemu, Arkan pun keluar dari kamar.
Sesaat terdiam karena didepan pintu ada kakak perempuannya.
"Mau kemana Lo !, tumben udah rapi banget!" Celetuk Aqueena yang berpapasan dengan Arkan.
"Mau keluar Kak!" Sahut Arkan.
Perkataan Arkan tentu membuat Aqueena kaget, baru kali ini Arka memanggilnya 'Kak', padahal Arka terbiasa dengan panggil namanya saja.
Sesaat Aqueena mengerutkan kening, karena Arka yang dihadapannya ini berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"Tumben Lo panggil gue Kak!" Ketus Aqueena.
Hal itu membuat Arkan gelagapan, karena memang tidak terbiasa dengan kehidupan Arka.
"Ga boleh!" Celetuk Arkan.
"Ckk, emang Lo mau kemana?"
"Mau ketemu Dewo!" Sahut Arkan, sebab Arka memberikan kode kepadanya untuk bertemu Dewo, jika ingin bertemu dirinya.
"Mau ngapain?, main band lagi?"
"Engga lah!, mau ucapin terimakasih, karena udah nolong gue!"
"Ya udah gue anter!"
"Ga usah Queen!, gue naik ojol aja!" Sahut Arkan kemudian berlalu pergi turun tangga.
Di ruangan bawah, terlihat papa dan mamanya menunggu di ruang makan.
"Sarapan dulu nak!"
Hendra Mahendra mengajak putranya untuk sarapan bersama, namun berbeda dengan mamanya yang justru tampak memperhatikan Arkan.
"Dia seperti bukan Arka yang aku lihat seperti biasanya, apakah akibat kecelakaan itu membuat perubahan yang sangat drastis ini!" Batin Diana Saraswati sang mama yang mencurigai Arka saat ini berbeda dari sebelumnya.
"Oh iya nak, mama ambilkan ya!"
Suara sang mama tampak bergetar dan sadar, karena saat ini memperhatikan Arkan secara intensif, kemudian mengambilkan sarapan untuk Arkan.
Diana Saraswati masih saja memperhatikan Arkan ketika memakan sarapan pagi ini, terlebih Arkan seperti terpaksa memakan nasi buatannya.
"Kamu sangat aneh! Jika mama perhatikan." Monolog Diana Saraswati, meski tidak berucap, namun gelagatnya diketahui oleh Arkan.
"Semenjak dari rumah sakit, Arka merasa aneh makan nasi Ma!" Celetuk Arkan.
Menurut Hendra suatu hal wajar, jika Arka berkata seperti itu, sebab ketika di rumah sakit, dan perawatan dirumah selalu dijaga oleh Aqueena.
Aqueena selalu memanjakan Arkan dengan bubur, bahkan makanan yang lembut.
Dan pagi ini sudah diperbolehkan untuk Arkan memakan nasi.
Aqueena pun membenarkan ucapan Arkan, sebab beberapa hari yang lalu, Arkan tidak diperbolehkan makan makanan berat, termasuk nasi.
Tidak ada pembicaraan serius pagi ini, karena Hendra segera pamit untuk pergi menjemput Hendri yang pagi ini datang dari Amerika.
Hendri sudah bercerai resmi dengan Carolina, bahkan keduanya sudah berbagi harta gono-gini.
Proses itu dipercepat, karena Hendri memang sudah tidak betah hidup bersama dengan Carolina.
***
Arkan kini sudah berada di rumah Dewo, rumah sederhana yang ditempati oleh keluarga Dewo.
"Udah baikan Lo?"
"Sudah, makanya saya kesini." Sahut Arkan, kemudian mengikuti Dewo masuk kedalam rumah.
"Lho nak Arka!, bagaimana kabar!, lama tidak bertemu." Ucap ibu Dewo ketika mengetahui jika dirumahnya ada tamu, yang tak lain adalah Arkan yang disangkanya Arka.
"Alhamdulillah baik Bu!"
Jawaban ini membuat ibu Dewo mengerutkan kening, sebab tidak seperti biasanya Arka memanggil ibu, Arka justru memanggil dirinya enyak.
"Alhamdulillah kalau begitu." Sahut ibu Dewo, kemudian meninggalkan Arkan dan Dewo untuk mengambilkan teh hangat.
Dewo bercerita, jika Arka menginginkan Arkan tetap bersamanya dahulu, agar tidak dicurigai, jika Arka beralih profesi menjadi pegawai kantoran.
Dan Arkan pun paham, sebab ada beberapa hal yang memang harus diungkap, meski itu orang yang telah merawatnya dahulu.
Kemudian Arka bertanya kepada Dewo tentang keseharian Arka sebelum bertemu dirinya.
Dewo pun bercerita pertama kali bertemu Arka ketika masih SMA, hingga Arka sekolah ke luar negeri dan kembali bertemu kemudian membentuk sebuah band musik.
Namun sayang, belum lama berjalan, anggotanya terciduk karena menggunakan serta pengedar obat terlarang.
Keduanya pun larut dalam cerita tentang Arka, bahkan Dewo belum lama tahu, jika Arka sudah menikah dengan Naura.
"Aaakk!, ini kembaliannya!, sudah lengkap semua tinggal masak."
Dewi yang baru datang dan masuk kedalam rumah pun memberikan uang kembalian belanja pagi ini kepada kakaknya, Dewo.
Arkan terpana melihat kecantikan dari Dewi yang tampil apa adanya.
Memang, wajah Dewi yang alami tanpa polesan itu membuat Arkan memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Ya udah, bawa aja dulu Wi!" Sahut Dewo mengembalikan uang kepada Dewi.
"Eh mas Arka!, kapan datang?" Ucap Dewi sambil menatap Arkan tanpa berkedip.
Arkan masih tak menjawab pertanyaan Dewi, karena pikirannya melayang jauh ke awang-awang.
"Eh, iya!, belum lama." Sahut Arkan tersentak kaget, ketika disenggol oleh Dewo.
"Dia bukan Arka!, tapi kembarannya Wi!, jangan kasih tahu orang ya!" Ucap Dewo lirih, agar ibunya tidak mendengar.
Dewi mengerutkan kening atas perkataan kakaknya, kemudian menatap Arkan.
"Jadi?"
"Ini Arkan!"
"Ohhh..!" Sahut Dewi masih tidak percaya dengan wajah Arkan yang tidak bisa dibedakan dengan Arka.
"Bedanya apa Aaak?" Lanjut Dewi.
"Itu di dagunya, ada goresan sedikit, Arka mah tidak ada!" Sahut Dewo sambil menunjukkan perbedaan antara Arkan dan Arka.
Sesaat ketiganya terdiam, terlebih Dewi memperhatikan Arkan dengan intensif, karena ingin membedakan antara Arkan dan Arka.
Keduanya saling bertemu pandang, membuat Dewi gugup dan berdebar.
Terlebih wajah Arkan yang begitu tampan, tak jauh beda dengan Arka.
"Engga kuliah Dek?"
Dewo mengagetkan Dewi yang saat ini masih menatap Arkan, kemudian memalingkan wajahnya, "Kuliah Aak, tapi masuk siang." Sahut Dewi.
Kemudian Dewi pun berlalu meninggalkan Dewo dan Arkan, sedikit basa-basi untuk membantu ibunya di dapur.
Sesaat keduanya terdiam, setelah Dewi pergi meninggalkan ruang tamu.
"Ketemu Arka nanti dimana?" Tanya Arkan kepada Dewo.
Sejenak Dewo berfikir, jika Arka yang akan datang ke rumahnya, namun hingga jam yang telah ditentukan belum juga datang.
Kemudian Dewo pun mencoba untuk menghubungi Arka.
Namun belum juga diangkat teleponnya oleh Arka, suara kendaraan bermotor datang ke rumah Dewo, kemudian Dewo pun mencoba untuk keluar.
Benar saja Arka datang seorang diri, dengan kendaraan motornya.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Sahut Dewo, kemudian menyalami Arka, dan mempersilahkan Arka masuk kedalam rumah.
"Dah dari tadi Ar?" Tanya Arka kepada Arkan.
"Udah! lumayan!"
"Bagaimana kesehatanmu?"
"Baik dan sudah membaik lukanya." Sahut Arkan.
"Hmm, Queen mengobati mu dengan baik ternyata!" Ucap Arka sambil memperhatikan luka yang sudah mengering, dan sebagian sudah hilang.
Arkan pun mengangguk, karena yakin Arka tahu tentang kakaknya itu, yang berprofesi sebagai dokter di rumah sakit.
"Sudah ketemu Om Hendar?"
"Sudah!"
"Dia ngomong apa?"
Arkan pun menjelaskan tentang pertemuan dengan Om Hendar, bahkan dia sudah tahu, jika dirinya bukan Arka.
Kemudian Arkan pun menjelaskan secara detail tentang rencana Arka dan Naura di kemudian hari.
"Tapi maaf Ar!, karena ini akan melibatkan mama angkat mu itu, serta banyak pihak yang menjadi sasaran."
Arka pun menjelaskan siapa saja nantinya yang terlibat disana, tentu tentang masalah perusahaan yang saat ini dipimpin Naura.
"Sebisa mungkin, jika pun salah, tokoh jangan hukum mama. Bagaimanapun dia yang merawat ku dari kecil!" Sahut Arkan.
Pernyataan Arkan ini membuat Arka mengangguk-anggukan kepala, sebab memang seharusnya begitu, namun hukum tetaplah hukum yang harus ditegakkan.
"Coba nanti bicara dengan keluarga tentang hal itu, sebab tidak hanya kita-kita ini yang menjadi korban, tapi kakek dan nenek juga begitu, apalagi Om Hendri dan papa."
Arka pun memahami apa maksud dari Arkan, namun semua diserahkan kepada pihak keluarga.
Sehingga tentang keputusan itu, biarlah orang tua yang menyelesaikan, sementara yang muda hanyalah mengungkapnya saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
..."Ada aku dipandang hadap, tiada aku dipandang belakang"...
...Di depan berkata manis, dibelakang perkataannya busuk....
вєяѕαмвυηg...