Viola merasa di tipu dan dikhianati oleh pria yang sangat dicintainya. Menyuruh Viola kuliah hingga keluar negeri hanyalah alibi saja untuk menjauhkan Viola dari pria itu karena tidak suka terus di ikuti oleh Viola.
Hingga 8 tahun kemudian Viola kembali untuk menagih janji, tapi ternyata Pria itu sudah menikah dengan wanita lain.
"Aku bersumpah atas namamu, Erland Sebastian. Kalian berdua tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan kalian tanpa hadirnya seorang anak"
~ Viola ~
Benar saja setelah 3 tahun menikah, Erland belum juga di berikan momongan.
"Mau apa lo kesini??" ~ Viola ~
"Aku mau minta anak dari kamu" ~ Erland ~
Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Viola yang sudah amat membenci Erland??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Erland dan Sarah
Erland masih mengatur nafasnya, ternyata semua itu hanyalah mimpi. Sekarang Sarah ada di hadapannya dalam keadaan sehat. Tapi rasanya itu sangat nyata.
"Kamu mimpi apa Mas?? Kenapa panggil namaku??"
"Enggak, nggak papa kok" Erland memilih pergi ke kamar mandi. Rasanya aneh sekali mimpi di siang bolong seperti itu.
Erland membasuh mukanya untuk menghilangkan rasa kantuknya. Mengambil wudhu lalu menunaikan kewajibannya.
*
*
*
Sudah beberapa bulan berlalu sejak kepergian Viola, hubungan Erland dan Sarah juga sudah membaik. Kembali hangat seperti pasangan pengantin baru lainnya.
Sarah merasa senang karena kepergian Viola akhirnya mengembalikan Erland kepadanya. Kalau boleh berharap, Sarah ingin sekali Viola terus menetap di sana dan tak akan pernah kembali.
"Mas bangun yuk, abis ini kita jalan-jalan lagi. Pokoknya hari ini harus puas-puasin sebelum besok kita pulang"
"Iya-iya bentar lagi, aku masih ngantuk" Erland masih enggan membuka matanya, masih enggan juga membuka selimut yang menutupi tubuh polosnya.
Saat ini mereka memang sedang berada di sebuah resort mewah yang berada di lombok. Mereka sedang menikmati bulan madu mereka yang sempat tertunda karena menikahnya Erland dan Viola.
"Kamu mandi dulu, abis itu kita pergi"
"Oke Mas" Sarah langsung beranjak dari tempat tidurnya. Tanpa menutupi tubuhnya yang tak tertutup sehelai benangpun, Sarah berjalan santai ke kamar mandi.
Erland mengambil ponselnya yang berada di bawah bantal. Masuk ke aplikasi pengiriman uang dan mengirimkan sejumlah uang yang cukup besar ke rekening seseorang.
Setelah itu mengetik pesan untuk orang yang telah di kirimnya uang.
"Vi, Abang sudah kirim uang bulanan untuk kamu. Pakailah untuk kebutuhan kamu"
Begitulah kiranya pesan yang di kirim Erland untuk Viola, istri keduanya. Erland memang terus mengirim pesan pada Viola meski tak pernah mendapat balasan sekalipun. Panggilannya juga selalu di abaikan. Tapi Erland tetap peduli pada Viola.
Walaupun saat ini sedang berbulan madu dengan Sarah, Erland juga tidak melupakan Viola. Keinginan untuk menyusul Viola juga ada, tapi Vino selalu melarangnya dengan alasan Viola yang belum siap bertemu dengan Erland.
Erland tetap menafkahi Viola secara lahir, dengan rutin mengirimkan uang bulanan. Entah itu di gunakan Viola atau tidak yang penting Erland sudah memenuhi salah satu kewajibannya.
"Kamu lagi apa Mas??" Sarah sudah keluar dari kamar mandi dan melihat Erland sedang asik dengan ponselnya
"Nggak papa kok, aku mandi dulu" Erland kembali memasukkan ponselnya ke bawah bantal dan itu membuat Sarah sedikit curiga.
Rasa penasaran dengan apa yang Erland lakukan membuat Sarah secara diam-diam mengambil ponsel Erland setelah pria itu masuk ke dalam kamar mandi.
Selama iki mereka memang menjaga privasi masing-masing. Saling percaya membuat mereka tak saling membuka membuka ponsel pasangan mereka. Tapi kali ini Sarah teramat sangat penasaran karena merasa ada yang Erland sembunyikan darinya.
Dengan terus melirik ke pintu kamar mandi, Sarah mulai membuka ponsel Erland.
Tentu saja yang di tuju pertama kali adalah aplikasi pesan berwarna hijau. Bukankah urutan paling atas adalah orang yang paling terakhir di hubungi. Dan rasanya Sarah ingin melempar ponsel Erland saat membaca siapa yang baru saja di hubungi Erland melalui pesan itu.
Apalagi setelah melihat isi pesan Erland kepadanya. Semakin memuncak amarah Sarah.
"Jadi selama ini Mas Erland sering mengirimkan uang sama perempuan itu?? Tapi saat ini kita sedang bulan madu, bisa-bisanya Mas Erland masih sempat mengingat dia!!" Sarah meremas ponsel Erland dengan sangat kuat seakan ingin mematahkannya.
Tapi buru-buru Sarah mengembalikan ponsel itu setelah saat mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.
"Kamu kenapa??"
"Nggak papa Mas, cuma bosen aja nungguin kamu mandinya lama" Sarah mencoba bersikap biasa saja. Dia tidak mau membuat Erland ilfil karena sikapnya yang gampang marah. Lagipula untuk saat ini Sarah masih bisa menahannya.
"Bentar, aku ganti baju dulu"
Erland benar-benar menuruti Sarah untuk menghabiskan waktu terakhir mereka liburan hanya dengan jalan-jalan seharian.
*
*
*
*
"Gimana hasilnya?? Pulang bulan madu harusnya bawa hadiah cucu dong buat Ibu"
"Belum di kasih Bu" Jawab Sarah merasa sedih. Karena kalau di hitung usia pernikahan mereka sudah memasuki enam bulan tapi belum ada tanda-tanda kehamilan dari Sarah.
"Kita belum di kasih kepercayaan sama Allah Bu. Sabar dulu, kita juga belum lama menikah"
Erland tau kalau Ibunya sangat menginginkan seorang cucu. Namun Erland juga tidak mau membuat Sarah terus tertekan karena memikirkan hal itu.
"Iya, Ibu juga tau semua itu Allah yang atur. Tapi tidak ada salahnya kalau kalian terus berusaha. Kalian sudah periksa ke Dokter??"
Erland dan Sarah saling menatap, lalu menggeleng bersamaan.
"Loh, kalian ini gimana. Kalau mau program kehamilan ya harus ke Dokter. Biar kalian tau tingkat kesuburan kalian itu bagaimana. Karena masalahnya belum tentu ada pada Sarah, bisa juga pada Erland"
"Maksud Ibu Erland nggak subur begitu??" Erland heran kenapa Ibunya sendiri bisa mengatakan seperti itu.
"Bukan begitu maksud Ibu Er. Amit-amit kalau itu sampai terjadi. Makanya kalian cek dulu ke Dokter. Tapi yang paling utama adalah doa. Kamu minta sama Allah supaya cepat di kasih. Ibu ini semakin tua, pingin gendong cucu dari kamu sebelum ibu meninggal"
Erland semakin kesal dengan omongan Ibunya yang semakin melantur. Sementara Sarah hanya diam dan merasa sedih karena berpikir semua itu adalah salahnya.
"Ngomong apa sih Bu, Ibu akan disini terus sama kita sampai Erland dan adik-adik punya anak. Jadi jangan ngomong kaya gitu lagi. Besok kita akan pergi ke Dokter, ibu nggak usah pikirkan lagi" Tegas Erland agar Ibunya berhenti meminta cucu kepadanya.
"Iya-iya, ya udah ayo lanjut dulu makan malamnya. Kalian jadi nginep di sini kan??"
"Iya Bu, kita kan sudah lama nggak nginep di sini" Ucap Sarah kembali menunjukkan senyumnya.
Mereka bertiga sedang makan malam di rumah Gendis. Hanya mereka bertiga karena Endah belum pulang dari toko kuenya sedangkan Edgar ada pekerjaan ke luar kota.
Erland juga sebenarnya ingin sekali segera punya anak, namun dia tidak mau membuat Sarah stres karena memikirkannya. Bukannya stres juga berpengaruh pada wanita saat sedang program kehamilan.
Setelah makan malam mereka masuk ke dalam kamar. Kamar milik Erland, kamar yang tidak terlalu besar karena dulu Papi Vio yang memberikan rumah ini setelah Ayahnya bebas dari penjara.
Rasa lelah karena seharian bekerja menatap layar komputer dan tumpukan kertas yang menggunung membuat Erland langsung terlelap dalam tidurnya.
Tapi rasanya baru sebentar Erland terlelap Erland kemabli bermimpi tentang Sarah lagi. Mimpi yang sama persis seperti waktu itu.
"Tunggu!!"
"Tunggu, sarah!!"
"Sarah!"
Erland langsung terbangun dan melihat Sarah masih terlelap di sampingnya.
"Sebenarnya apa arti mimpi itu ya Allah. Semoga tidak terjadi apapun pada istriku"
bisa....bisa ...
emansipasi wanita anggap aja😁😁
mana bisa keguguran hamil juga ngga....
susah siihh kalo emang udah diniatin dari awal ngga bener yaa ngga bener kedepannya juga. sakit dibikin sendiri bertahan hanya demi harta🤨🤨