Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 Mabuk Berat.
William terkejut saat Adara bersama Bryan yang berada di atas tempat tidur juga terkejut dengan posisi Adara yang memakai jubah mandi dan Bryan yang tampak telanjang dada dengan mereka berdua duduk. Adara dan Bryan yang awalnya saling melihat dan sepertinya terjadi pembicaraan dan sama-sama melihat ke arah pintu saat pintu itu terbuka.
"William!" ucap Adara yang benar-benar schok tidak percaya melihat kedatangan William.
Apa yang dipegang oleh William langsung jatuh ke lantai, bukan dia yang memberikan surprise tapi justru dia yang diberikan surprise. Namun, ekspresi William malah tersenyum getir.
Yang mungkin ingin menertawakan diri sendiri atas apa yang telah terlihat di depannya, kekasihnya yang tidur dengan laki-laki lain yang tak lain adalah sahabatnya sendiri Bryan. William yang sejak tadi dipenuhi dengan excited yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kekasihnya dan sekarang diberikan surprise yang sangat mengejutkan baginya.
"William kamu salah paham," ucap Adara dengan suara lirih dan tatapan mata yang begitu sayu yang melihat kekecewaan di mata kekasihnya itu.
"Maaf! Aku mengganggu kalian berdua!" ucap William yang masih tersenyum dan langsung pergi dari kamar itu yang membawa luka dan kekecewaan.
"William tunggu!" Adara yang buru-buru turun dari ranjang dan langsung mengejar William dengan memegang pergelangan tangan William yang langsung ditepis begitu kasar oleh William.
"Kamu harus mendengarkan penjelasanku. Aku tidak melakukan apapun yang kamu pikirkan. Kamu salah paham William. Kita harus bicara! Aku mohon!" Adara mencoba untuk menjelaskan.
"Kamu berhasil Adara. Kamu berhasil mempermainkan ku. Aku begitu bahagia dan sangat ingin cepat-cepat pulang dari Luar Negeri yang tujuanku hanya kamu. Aku sengaja tidak memberitahu kamu. Aku ingin memberikan surprise kepada kamu dan ternyata kamu justru memberikan kejutan yang sangat luar biasa padaku. Aku benar-benar tidak percaya, seorang wanita yang begitu aku kenal dengan baik, wanita yang aku pikir tidak akan mungkin melakukan hal ini, wanita yang aku pikir sangat menjaga perasaanku, wanita yang benar-benar sangat aku percaya dan sekarang wanita itu telah berhasil membuatku seperti ini," ucap William.
"Tidak William. Ini tidak benar! kamu harus percaya!" ucap Adara.
"Aku akan percaya kepada kamu, jika hal ini belum ketahuan," ucap William.
Adara geleng-geleng kepala yang terlihat panik yang berusaha untuk menjelaskan kepada William. Tetapi William tidak memberikan kesempatan itu. William melihat sosok pria yang baru saja bersama kekasihnya keluar dari kamar.
Adara menoleh ke belakang dan melihat bagaimana diamnya Bryan yang tidak berusaha untuk menjelaskan kepada William.
"Kalian berdua benar-benar pemain yang sangat handal. Aku tidak percaya berada dalam situasi ini. Kalian berdua telah menghancurkan perasaanku. Aku telah kalah dengan apa yang kalian lakukan!" tegas William.
"Terimakasih untuk balasan kalian berdua. Terima kasih untuk semua ini," ucap William yang mengakhiri dengan senyuman yang penuh dengan luka.
Dia tidak mengatakan apa-apa lagi dan langsung pergi.
"William tunggu!"
"William! kamu harus mendengarkan penjelasanku," teriakan Adara yang sama sekali tidak dipedulikan William.
Flashback Of
Semua hal buruk yang terjadi di masa lalu kembali teringat oleh William, saat mengingat semua itu entah sudah berapa gelas alkohol yang mengalir di tenggorokannya.
"Kalian benar-benar pasangan yang sangat cocok!"
"Jika kau memang mencintai pria itu dan seharusnya kau tidak menikah denganku!"
"Iya. Aku lupa. Jika kau menikahiku hanya karena uang, kau mendapatkan uang yang banyak dari Nenek. Kau memang perempuan yang tidak tahu diri, kau tidak peduli dengan perasaanku. kau tidak mempunyai harga diri sampai kau harus menikahiku hanya karena uang. Dasar perempuan jalang!" ucapnya dengan begitu kesal yang meletakkan gelas sangat kuat dan bahkan terdengar suara retakan.
William benar-benar dipenuhi dengan amarah yang terus melampiaskan pada minuman beralkohol itu.
****
Sementara Adara yang baru saja selesai mandi. Dengan memakai dress piyama berwarna merah mencolok. Adara berjalan menuju meja rias dengan menyisir rambutnya yang basah.
"Alhamdulillah. Akhirnya hari ini semua selesai. Aku sangat berharap kondisi Ibu baik-baik saja. Bu Marni juga bisa menjaga Nando dengan baik. Sesekali aku akan mencuri-curi waktu agar bisa bertemu dengan Nando dan ibu," batin Adara sembari memakai skin care seperti biasa rutinitas sebelum tidur.
Adara yang menoleh ke ke arah jendela mendengar mesin mobil. Adara berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri jendela. Dari atas Adara melihat bagaimana sopir yang mengeluarkan Wiliam dari mobil dan sampai di papah.
"Apa dia mabuk?" tebak Adara yang memang bisa melihat dari jalan William yang tidak stabil.
"Kenapa dia sekarang berubah menjadi peminum. Dulu dia sama sekali tidak pernah menyentuh alkohol dan bahkan sangat melarangku untuk menjauhkan hal itu. Tetapi dia sekarang sangat menyukai minuman itu dan bahkan membiarkan diriku meminum minuman itu," gumam Adara yang terlihat begitu sendu.
Dari tatapan matanya terlihat kepedulian kepada William yang mungkin saja tidak menginginkan William yang seperti saat ini.
Tok-tok-tok-tok
Adara melihat ke arah pintu, "masuk!" ucapnya.
"Nona!" sapa Bi Asih.
"Ada apa Bi?" tanya Adara.
"Tuan William! pulang dalam keadaan mabuk. Sebaiknya Nona melihatnya dan merawatnya," ucap Bi Asih memberikan saran.
Adara belum merespon perintah dari Bibi.
"Dia tidak mungkin membutuhkanku," batinya.
"Nona!" tegur Bi Asih yang tidak mendapatkan respon.
"Nona! Jangan hanya berdiam diri saja. Jadi lakukanlah. Takutnya nanti semua bisa menggangu kesehatan tuan William!" ucap Bibi yang memberikan saran.
"Baiklah!" sahut Adara yang sepertinya tidak punya pilihan lain selain menuruti apa yang di katakan Bibi.
Karena keadaan William yang memang tidak baik-baik saja yang membuat Adara mau tidak mau harus menghampiri William. Dengan sangat gugup dan tidak berani untuk memasuki kamar William yang sejak tadi ada darah hanya berdiri di depan pintu kamar yang masih tertutup.
Tok-tok-tok-tok.
Adara yang akhirnya mengetuk pintu.Tidak ada respon atau perintah untuk menyuruh dirinya masuk yang mungkin benar apa yang dikatakan Bibi jika William sudah tepar
Adara membuang nafas perlahan kedepan yang mau tidak mau membuka pintu kamar. Kepala Adara mengintip yang melihat keadaan di dalam bagaimana. Adara kaget saat melihat William yang sudah tergeletak di lantai yang mungkin saja dia tadi berusaha untuk berdiri.
"William!" pekiknya dengan terkejut dan langsung menghampiri William dengan cepat. Adara duduk di samping William dengan kedua lututnya menyentuh lantai.
"William bangunlah!"
"William!" Adara menepuk-nepuk pipi William.
William benar-benar mabuk berat dengan aroma alkohol yang begitu sangat menyengat yang membuat hidung Adara mampet
Karena William yang tidak kunjung bangun juga membuat Adara yang langsung bertindak dengan menarik tangan William dan membantunya berdiri. Adara harus mengeluarkan seluruh tenaga untuk membuat laki-laki yang mabuk itu berdiri. Ketika mereka berdua sudah sama-sama berdiri dengan Adara yang memapah William yang berjalan tampak menyeret-nyeret yang membawa ke atas ranjang.
"Kenapa kamu jadi seperti ini William. Kamu benar-benar mabuk berat," gumam Adara yang berusaha membawa William untuk berbaring di atas ranjang.
Tubuh William yang sangat berat yang membuat Adara yang ternyata tidak kuat yang akhirnya mereka berdua jatuh bersamaan ke atas ranjang dengan posisi tubuh Adara yang berada di atas William dengan wajah mereka berdua yang berdekatan Dan hampir saja bibir itu bersentuhan.
Bersambung...