“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 10
Sofa berbentuk L di dalam apartemen Hyena diduduki mereka--Gun, Jae Won, dan dua lain yang sepertinya hanya datang untuk menemani kepala kesatuan mereka--Won.
Obrolan baru hanya sampai tahap sapa menyapa.
Gun nampak masih mengamati gelagat orang-orang di hadapannya dalam mode telisik dan waspada.
"Jadi apa tujuan kalian menemuiku sampai ke sini?"
Lumayan juga pergerakan orang-orang itu sampai mengorek hingga ke ranah pribadi Gun yang mendiami apartemen kekasihnya.
Ya, siapa yang akan meragukan koneksi presiden?
Selama ini Gun memang bersembunyi dari Suho Kim dan orang-orangnya terhubung aksi ikut campur dalam urusan pemberontakan. Walaupun dia jadi pembela untuk pihak presiden, rasanya terlalu merepotkan di saat dia masih sangat berduka atas kematian Hyena, ditambah gangguan Hwayoung yang menjengkelkan.
Gun memang seniman lukis, tapi dalam lukisan indahnya, ada goresan hitam yang tersembunyi. Terlalu banyak sisi kehidupan yang harus dia lindungi, demi dirinya sendiri dan demi yang [mungkin] dia cintai.
Tak disangka dia berhasil ditemukan semudah ini. Ternyata kemampuan bersembunyinya masih terbilang lemah--sebagai Gun si pelukis, bukan sebagai Goblin yang gaib seperti hantu, keduanya dalam konteks berbeda.
Mendapat sambutan tak begitu luwes, Jae Won menyiapkan diri dengan memaut sesaat napas, lalu mulai bersuara, "Tujuan kedatanganku ...." Sejenak menuruti rasa ragunya dengan terdiam, dua orang bawaannya tak berani ambil bagian.
Gun masih menunggu.
"Presiden ingin merekrutmu untuk bergabung dengan kesatuan pengamanan kami, Phantom."
Kening Gun langsung mengernyit, menatap Jae Won dengan sirat tidak mengerti. "Maksudmu?"
Won menjawab cepat, "Maksudku, Tuan Presiden ingin kau masuk menjadi anggota kesatuan pengamanan yang dia bentuk secara pribadi. Dia tertarik padamu karena kejadian malam itu di kediamannya. Selain itu ... Presiden juga ingin kau menyelesaikan lukisan Nona Suzi sebelum hari ulang tahunnya."
Semua jelas dan Gun langsung mengerti.
Salahnya menunjukkan kekuatan secara sembarang hingga menarik perhatian presiden seperti ini. Sekarang terlambat untuk menghindar.
"Aku akan menyelesaikan lukisan itu, tapi untuk bergabung dengan kalian ... rasanya aku tak bisa."
"Kenapa?" Won bertanya cepat. "Kau berbakat dalam bertarung dan Tuan Presiden menyukai itu! Kau akan mendapatkan perlakuan khusus jika benar-benar mau bergabung. Kemampuan bertarungmu berbanding kekuatan sepuluh anak buahku. Kau sangat dibutuhkan."
Won menelan ludah menyikapi dirinya sendiri yang tiba-tiba banyak bicara.
Sedang Gun semakin merasa dirinya benar-benar salah telah membantu mengatasi penyerangan itu. Sejenak itu tercenung untuk mencerna deretan kalimat Jae Won, lalu memutuskan, "Maaf, aku benar-benat tidak tertarik. Sampaikan itu pada Presiden."
Won bangkit dari duduknya. "Ayolah, Bung! Bayaranmu tidak akan kecil. Jangan--"
Suara dering ponsel di saku celana Gun menginterupsi. Tatapannya menyorot Jae Won seraya merogoh ke dalam saku, lalu beralih melihat layar di genggam tangan, nama Archie Less terpampang di sana.
Won menjeda ucapannya, mengalah dan memberi kesempatan pada Gun untuk mengangkat telepon terlebih dulu melalui gestur telapak tangan yang dimajukan.
Gun bangkit dari tempatnya tanpa anggukan. Bergerak ke arah dapur untuk mendengarkan apa yang akan disampaikan Archie.
"Jika tidak ada yang penting, hubungi aku lain kali!" Langsung dia menembak seperti itu.
Gun berpikir Archie bisa saja hanya mengajak hal yang tak penting, makan gurita mentah di rooftop gedung misalnya.
Tapi serobotan Archie di line seketika membuat bungkam.
Kemudian Archie menyambung lagi penjelasannya. Gun mendengarkan lebih serius.
"Siapa katamu? Siapa orang yang kau maksud otak dari pelenyapan Hyena?!"
....
Jae Won dan dua bawahannya masih setia di tempat. Tak ada obrolan yang terjalin selama Gun mengangkat panggilan virtual di dapur sana. Detik berikutnya mereka menoleh bersamaan ke satu arah.
Gun muncul dengan tatapan kelam.
"Bagaimana, apa kau--"
"Aku bersedia bergabung dengan Phantom kalian."
Archie mengatakan jika otak dari pembunuhan Hyena adalah pegawai kenegaraan dengan jabatan tinggi. Bergabung dengan Phantom akan membuatnya tahu banyak tentang orang itu.
Tidak bisa hanya mengandalkan Archie dan komputernya, apalagi Nam Cha dan Ryuji yang hanya sebagai antek. Dia juga tak bisa sembarang menjadi Goblin dan melakukan hal serupa pada tiga anak buah orang penting itu. Kejahatannya mungkin tak hanya pada Hyena, jadi Gun akan mengupas dengan caranya.
*
*
*
"Selamat datang di markas besar Phantom," ucap Jae Won sesaat setelah melewati pintu utama gedung tujuh lantai itu.
"Terima kasih," balas Gun datar seraya mengedarkan pandangan ke seluruh tempat.
"Ketua akan datang sebentar lagi. Mari menunggu di ruangannya."
Mengangguki saja, Gun mengikuti Jae Won yang mulai berjalan ke sebuah arah.
Beberapa orang menatap dengan ekspresi penasaran. Siapa gerangan pria asing dengan wajah tak manusiawi beriringan dengan kepala mereka?
Gun masih mengedar sekitar. Di dalam, gedung ini luar biasa dengan tatanan canggih dan modern.
Jae Won menceritakan singkat pada Gun tentang Phantom saat di mobil dalam perjalanan.
Selain melindungi keluarga presiden, mereka juga menerima sewa pengawal untuk siapa pun yang memerlukan jasa. Namun, kecuali keluarga dan para anggota serta beberapa lainnya di pemerintahan, tak banyak tahu jika pemimpin sebenarnya dari Phantom adalah Suho Kim si orang nomor satu negara.
Dalam waktu kurang dari setengah jam, Suho Kim sudah datang ditemani dua pengawal yang kemudian dimintanya menunggu di luar ruang. Pintu ditutup rapi, hanya ada mereka bertiga--presiden, Gun dan Jae Won.
Gun berdiri untuk menyambut, pun dengan Jae Won.
"Apa kabarmu, Nak?" tanya Suho Kim, ramah.
"Seperti yang Anda lihat, saya baik, Tuan Presiden," jawab Gun.
Suho tersenyum. "Syukurlah," katanya cukup merasa takjub. Anak buahnya dari Phantom mengatakan jika Gun melakukan perlawanan dengan sangat sengit, dia bahkan sampai dikeroyok. Tapi Suho tak sedikit pun menemukan bekas luka di wajah dan bagian lain yang dilihatnya.
"Silakan duduk." Ia mengarahkan tangannya ke sebuah sofa dan Gun mengangguki dengan hormat.
"Terima kasih sudah bersedia datang memenuhi panggilanku," lanjutnya setelah semua mengambil posisi duduk dengan nyaman.
"Tidak ada alasan untuk saya menolak, Tuan."
Jawaban Gun mendapat tatapan ejek dari Jae Won. "Tadi kau sempat menolak, Berandal!" umpatnya dalam hati.
Gun memahami ekspresi itu, tapi dia memilih abai dan hanya melempar senyuman masa bodo.
"Keputusan bagus, Nak," kata Suho, senang. Sejenak pria tua itu diam, menjeda apa yang akan disampaikan selanjutnya. Suaranya terdengar di detik kemudian. "Gun."
"Ya, Tuan Presiden.
".... Tolong lanjutkan lukisan itu. Pekan depan putriku akan pulang. Juga ... aku ingin kau menjadi pengawal pribadinya setelah itu."
Permintaan itu sudah sangat jelas, tapi Gun malah terdiam.
Jae Won dan presiden mengamatinya bersamaan.
"Apa kau keberatan?" Won yang bertanya, mewakili suara yang sama di pikiran presiden.
Terlihat sedikit keraguan di wajah Gun, tapi dia tetap mengatakannya. "Mohon maaf, Tuan Presiden. Kenapa harus mengawal putrimu?" tanyanya mengingat tujuannya bergabung adalah untuk menguntit pembunuh sebenarnya Hyena. Jika dia bertugas dengan putri presiden, kapan waktunya dia akan bekerja dan mengekang target?
Tapi itu jelas tak diungkapkan. Mengenai masalah kematian Hyena, Gun akan tetap berperan sebagai Goblin
"Kukira aku akan bergabung dengan yang lain, seperti--"
"Karena kau orang yang tepat, Nak," potong Suho. "Aku yakin putriku tak akan keberatan jika itu kau."
Gun jelas tak memahami maksud kalimat itu. Terdengar agak sedikit aneh. Dia memilih bertanya lagi, "Orang yang tepat? Aku?"
"Ya."
ditunggu karya barunya yang tak kalah keren dan pasti mengguncang dunia perhaluan lagi. semangat n'sukses selalu Thor kesayangan.😘😘 lope sekebon orang beserta isinya🤣🤣🤣
akhirnya ketemu visual buat babang jagoan dan si cantik😍