NovelToon NovelToon
DEVANNA

DEVANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Selingkuh / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Office Romance
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Evrensya

Laki-laki asing bernama Devan Artyom, yang tak sengaja di temuinya malam itu ternyata adalah seorang anak konglomerat, yang baru saja kembali setelah di asingkan ke luar negeri oleh saudaranya sendiri akibat dari perebutan kekuasaan.
Dan wanita bernama Anna Isadora B itu, siap membersamai Devan untuk membalaskan dendamnya- mengembalikan keadilan pada tempat yang seharusnya.

Cinta yang tertanam sejak awal mula pertemuan mereka, menjadikan setiap moment kebersamaan mereka menjadi begitu menggetarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evrensya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sebuah Rahasia Tentang Luka

Awan berarak beriringan di tengah Padang biru tanpa tiang. Angin meliuk-liuk meniup debu tipis yang bermain tanpa batas. Di langit yang indah, sekawanan burung pulang kembali ke sarang. Matahari seolah berkedip manja sebelum membatasi sinarnya dan melangkah pelan menuju arah tenggelamnya. Udara dingin mulai berkeliaran menyapa siapa saja yang di temuinya. Sore nan sendu bersama debaran bahagia yang masih berdendang di hati seorang wanita.

Dialah Anna, si wanita berwajah bulat mungil bak boneka Persia itu duduk sejenak melepas lelah setelah memisahkan sampah dan limbah kantor sesuai dengan jenisnya. Sampah umum, daur ulang, karton, plastik dan juga kertas, sudah ia tempatkan pada tong sampah yang sudah tersedia. Pekerjaan yang membutuhkan kesabaran extra dan cukup menguras tenaga—bergelut dengan benda kotor seperti itu.

Anna meluruskan kakinya yang terasa pegal, sedikit bengkak, di sertai nyeri yang terasa lebih menusuk. Ia juga merentangkan tangannya untuk meredakan otot-ototnya yang kaku. Di sampingnya terdapat tempat sampah roda seukuran 240L, berjejer pada halaman gedung bagian belakang. Jam kerja sebentar lagi usai, Anna harus membawa benda-benda ini ke titik akses pengumpulan sampah sebelum pengambilan oleh truck sampah besok pagi.

Tuk!

Sebuah kotak minuman berwarna kuning muncul di dekat Anna yang duduk, bersamaan dengan munculnya seorang pria yang tanpa permisi langsung duduk tak jauh darinya.

"Kau pasti capek, itu minumlah." Telapak tangan pria muda itu menunjuk ke arah sebotol chocolate banana milk ukuran 250ml yang berada di sisi Anna.

Anna langsung melipat kakinya begitu menyadari ada yang datang, dan langsung melirik ke arah benda yang di maksudkan oleh laki-laki yang telah membantunya membersihkan atap pagi tadi.

"Terimakasih," ucapnya. Lalu mengambil benda berbentuk kubus itu dan langsung mencabut sedotan plastik yang menempel pada bagiannya.

"Aku Jay, kau?" pria sipit dengan lensa hitam ke abuan itu menjulurkan tangannya kepada Anna. Bulu matanya yang panjang mengayun lambat ketika dia mengedipkan mata.

"Anna," jawab wanita yang nampaknya sedikit lebih tua. Tangannya menyambut baik telapak tangan seorang laki-laki yang menyebutkan namanya—Jay.

"Wah, sepertinya tanganmu menyerap seluruh energi dingin di sore ini," komentarnya pada tangan Anna yang dingin, sedikit memucat.

Anna tersenyum tipis seraya menarik tangannya, memegang kotak susu pemberian Jay dengan kedua tangannya. "Aku minum ya."

"Silahkan." Jay mempersilahkan dengan senang hati karena ternyata wanita ini tidak sungkan menerima pemberian nya. "Bagaimana? apa kau menyukainya?"

Anna mengangguk meng-iyakan, sambil menghisap cairan berwarna putih itu melalui lubang sedotan. Rasanya memang enak, Anna suka.

"Senang bisa melihatmu kembali." Suara Jay parau, sorot matanya nampak begitu gembira, seolah telah menemukan sesuatu yang telah lama hilang.

"Memangnya kita pernah bertemu jauh sebelumnya?" Anna memang sangat peka dalam mengartikan ucapan seseorang.

"Tadi pagi di atap." Jay menjawab lebih cepat, ia menundukkan wajah ke bawah untuk menghindari kontak mata dengan Anna yang menengok penasaran.

"Yang benar saja, jawabanmu tidak jelas. Memang apa salahnya mengakui kalau sebelumnya kau pernah melihat manusia dengan penampakan yang aneh sepertiku di suatu tempat, misalnya."

"Bukan, maksudku, setelah pertemuan tadi pagi, aku sedikit penasaran denganmu. Dan aku senang ketika melihatmu disini, kemudian aku langsung berniat untuk datang menghampiri mu." Bicara Jay sedikit terbata, sedang ujung jari telunjuk yang mengusap ujung hidung itu nampak membuat gerakan yang tidak perlu. Jelas sekali ia sedang mencoba mengelak untuk menyembunyikan sesuatu.

"Oke." Anna merasa tidak perlu menekan Jay untuk mengakui suatu hal yang tidak ingin dia ungkapkan. Tingkah pelayan setia Boss ini benar-benar aneh.

"Oiya, apa kau orang yang menggantikan aku bekerja sebagai pelayan Boss, kemarin?" Jay kembali memastikan walau sudah mengetahui jawabannya.

"Iya benar, ada apa?" tanya Anna, padahal kalau tidak salah Jay sudah menanyakan perihal tersebut tadi pagi.

Jay baru berani mengangkat wajahnya dan menoleh kepada Anna. "Aku hanya ingin berterimakasih dan juga meminta maaf karena telah banyak membebani mu. Kemarin, seharian aku bukannya istirahat dengan tenang dirumah, tapi aku malah terganggu oleh pikiran—siapa yang akan bersedia menggantikan aku setelah insiden pemecatan yang di lakukan Boss pada rekan kerjaku." Tutur Jay.

"Tidak masalah, sesuatu yang kau khawatirkan itu tidak benar adanya. Kepribadian Boss tidaklah seburuk itu. Boss adalah orang yang sangat-sangat menghargai karyawannya, apresiasi maupun pemecatan itu terjadi murni di nilai berdasarkan hasil kerja kita sendiri. Boss tidak akan bertindak di luar batas, segala hal di ukur dengan penilaian yang logis." Jawab Anna.

Anna menatap lurus ke arah matahari yang menerpa wajahnya dengan sinar keemasan. Ia memicingkan mata menghadang cahaya yang menyilaukan.

Jay terkagum mendengar jawaban Anna yang begitu bijak. "Wow, kau benar. Bagaimana bisa di hari pertama mu bekerja dengan Boss, kau sudah sangat mengerti kepribadian Boss dengan baik."

"Entahlah."

"Ya! Cerita sebenarnya alasan temanku itu di pecat, karena tanpa sengaja dia menjatuhkan document penting yang ada di atas meja Boss saat bersih-bersih. Kesalahan fatalnya adalah, dia menumpuk berkas itu begitu saja tanpa menyusunnya kembali dengan benar, dan membuat Boss harus bekerja lebih banyak lagi untuk menyesuaikan urutan datanya. Meskipun begitu, Boss tidak memarahinya sama sekali, dan dia berhenti bekerja disini sesuai dengan prosedur yang ada, serta tetap mendapat tunjangan juga gaji terakhirnya." Jay menjelaskan dengan detail titik perkaranya.

Anna mengangguk mengerti. "Jadi begitu. Tapi mengapa orang-orang terlihat takut sekali dengan fakta bahwa Boss memanglah sosok pemimpin yang tegas dan profesional. Bukankah itu seharusnya sebagai dorongan agar kita bekerja sungguh-sungguh, dengan mengembangkan segala bentuk perbaikan diri."

"Kau benar, itulah tujuan utama Boss, agar Devaradis menjadi tempat bagi orang-orang yang mau terlibat secara hati, fikiran, dan kemampuan membangun perusahaan ini bersama-sama." Jay berbicara penuh semangat. Ternyata, bukan hanya isi otak Anna yang cerdas di atas rata-rata, tapi juga apa yang keluar dari mulutnya itu seperti mantra sihir yang begitu memikat.

Jay memutar bola matanya asal, lalu diam-diam mencuri pandang ke arah wanita yang dari look-nya benar-benar terlihat payah, tidak berubah sama sekali sejak masa sekolah. Tapi ketika mulai berbincang dengannya, sudah pasti kesannya akan jauh berbeda, bahkan bisa langsung membuat orang kagum seketika. Seorang wanita yang pembawaannya tegas dan berkelas. Cara jalan yang penuh percaya diri dengan bahu yang selalu tegak lurus, cara pandang yang fokus, cara bicara yang elegant dan on point. Wanita ini memang bukan wanita biasa, dia memiliki karakter yang kuat seperti seorang putri bangsawan.

"Oiya, apa perubahan di ruangan Boss adalah hasil kerjamu?" Jay kembali memastikan walaupun sudah tau.

"Yups!" Anna menjawab singkat sambil ekor matanya melirik Jay sekilas.

"Itu pekerjaan yang luar biasa, Anna. Saat pertama kali masuk ruangan Boss, aku sempat terpukau menikmati hasil karya yang luar biasa indahnya. Namun beberapa menit kemudian timbul rasa takut dalam hatiku, aku takut jika membuat kesalahan sedikit saja saat bersih-bersih, itu bisa saja menghancurkan kesempurnaan keindahan tata ruangan yang sudah kau kerjakan dengan sempurna." Jay memberikan pujian dengan nada yang bersungguh-sungguh.

"Kau terlalu berlebihan." Sahut Anna sedikit cuek, tidak ingin terlihat sombong.

"Aku serius. Aku sempat berpikir bahwa Boss mungkin saja mengundang seorang profesional, tapi pak Ali mengatakan kalau seorang wanita cleaning service lah yang melakukan nya. Aku sempat tidak percaya, tapi setelah melihat hasil kerjamu di rooftop dalam menata bunga dan seluruh area lokasi pertemuan, aku langsung meyakini bahwa memang kaulah orangnya." Jay terlihat sedang meyakinkan Anna kalau ia tidak sedang menggombal.

Anna terdiam sejenak, tidak tau bagaimana seharusnya menanggapi pujian seperti itu. Namun, beberapa saat kemudian ia langsung mengucapkan kata terima kasih, sebuah etika dasar yang paling umum—yang bisa di gunakan dalam situasi seperti ini. "Terima kasih, juga untuk minumannya, ini enak sekali."

Jay mengangguk dengan senyum mengembang. "Apa kau baik-baik saja?" Ia kembali bertanya sambil memusatkan pupilnya kepada luka yang ada pada bibir Anna.

"Soal apa?" tanya Anna pura-pura tidak tau maksud si pemilik wajah Babyface itu.

"Luka yang ada di bibirmu itu, apakah ulah dari nyonya Revy lagi?"

"Yaa, begitulah. Tapi aku baik-baik saja."

"Syukurlah. Oiya, apa Boss sedang bersama mu saat tuan Daniel datang?"

Anna langsung menoleh tegas ke arah Jay dengan alis berkerut. "Kau tau soal kedatangan pria itu? dan bagaimana dengan pak Ali, mengapa kalian tidak segera naik ke lantai atas?"

"Pak Ali sedang sibuk mengantarkan tamu keluar gedung, menemani hingga ke jalan, sampai mereka pulang dengan membawa kesan yang baik bagi Devaradis. Dan alasan sebenarnya mengapa pak Ali atau siapapun tidak ada yang naik ke lantai atas jika tuan Daniel datang adalah—perintah dari Boss sendiri yang tidak mengizinkannya." Terang Jay.

Anna membuang satu tarikan nafas kesal dari mulutnya. "Jadi pria bernama Daniel itu kerap datang ke Devaradis untuk membuat keributan semacam itu? lantas, mengapa Boss memberikan larangan semacam itu?"

"Iya begitulah. Demi kenyamanan semua orang di kantor ini, Boss berusaha mengatasi masalahnya sendiri. Aku tau, ada banyak hal yang telah Boss korbankan demi kedamaian di Devaradis—dari orang yang sengaja ingin mengacaukannya." Jay berbicara seolah-olah sudah tau betul letak permasalahan antara kedua bersaudara itu.

"Berkorban? maksudnya?" bola mata Anna membulat, keningnya berkerut, tanda penasaran melekat pada tatapannya.

"Boss biasanya selalu mengalah dan membiarkan tuan Daniel melakukan apapun semaunya, melampiaskan amarahnya meski dengan merusak beberapa barang berharga di ruangan Boss. Bahkan tak jarang Boss sendiri terkena pukulan tangan tuan Daniel yang tiba-tiba datang mengamuk. Hanya setelah merasa puas barulah tuan Daniel akan pergi begitu saja tanpa membuat masalah yang lebih serius. Begitulah cara Boss selama ini menghadapi kakaknya itu. Sebab, jika Boss memberontak, tuan Daniel akan membuat keributan yang lebih besar seperti beberapa waktu yang lalu. Sebuah truck besar tiba-tiba menerobos masuk menabrak pintu utama gedung, dan melukai beberapa karyawan."

"Bangsat." Anna mendesis kecil, hampir tak terdengar, sebab ia tidak bisa menahan kekesalannya setelah mendengar penuturan Jay. "Menurutmu mengapa Boss selalu mengalah dan membiarkan pecundang itu berbuat semaunya? apakah Boss benar-benar takut pada orang sinting itu?" kekesalan Anna menggebu-gebu.

"Aku tidak bisa memastikan jawabannya, tapi kalau melihat jauh kebelakang, Boss sepertinya memiliki trauma yang sangat besar terhadap tuan Daniel. Mungkin salah satu alasannya karena Boss telah kehilangan orang-orang yang berharga baginya di tangan tuan Daniel. Jadi, mungkin saja kali ini, Boss tidak ingin kehilangan Devaradis yang amat sangat berharga baginya."

"Apakah maksud mu salah satunya adalah kehilangan tunangannya—nyonya Revy, yang berselingkuh dengan tuan Daniel?" Anna langsung to the point.

"Hah? bagaimana kau bisa tau soal itu?" Jay langsung menganga. Pasalnya itu adalah sebuah rahasia yang tertutup rapat. Yang hanya di ketahui oleh beberapa butir orang terdekat saja, itupun hanya dalam lingkungan keluarga inti yang bersangkutan. Dan seorang karyawan baru bisa menebak hal tersebut hanya karna beberapa pertengkaran yang mungkin saja terjadi di antara kedua pasangan itu, tapi mustahil bisa membuat kesimpulan yang akurat.

Anna mengangkat kedua bahunya sebagai tanda bahwa, ia tidak akan memberikan jawab pasti. "Lalu selain itu apakah ada lagi?"

"Ada, beberapa, banyak." Jawab Jay langsung.

Kening Anna mengkerut sempurna. "Banyak???"

"Ya. Pertama, yang paling menyedihkan adalah, seorang gadis kecil berusia empat tahun bernama, Dorindah Artyom. Adik bungsu kesayangan Boss yang mati mengenaskan, terlindas ban mobil tuan Daniel yang baru saja keluar dari garasi, dan tidak menyadari keberadaan nona kecil itu di belakang mobilnya. Jelas itu memang kecelakaan yang tidak di sengaja, tapi Boss yang melihat langsung kejadian itu mengalami guncangan emosi yang mendalam. Sebab rasa bersalah yang besar, karena merasa tidak memiliki kesempatan untuk menolong adik kecilnya yang terjebak di bawah roda mobil yang berat. Boss mengalami guncangan mental dan cemas berlebih saat itu, hingga tubuhnya terlihat sangat kurus karena tak bisa makan apapun. Butuh waktu lama baginya untuk kembali pulih seperti sedia kala. Dan kala itu usia Boss katanya masih berusia 16 tahun."

"....."

"Beberapa tahun setelahnya, ketika semuanya kembali membaik. Boss yang saat itu di gadang-gadang akan menjadi pewaris utama Artyom Group, oleh sebab kemampuan otaknya yang sudah di akui dimanapun. Beberapa minggu sebelum di adakannya rapat para dewan direksi—untuk mengumumkan pengesahan putra ke dua—Devan Artyom, sebagai pewaris. Boss di jodohkan terlebih dahulu dengan kerabat dekat keluarga Artyom, yakni nyonya Revy. Sebuah rencana pernikahan bisnis dengan tujuan untuk saling menguntungkan dan menguatkan posisi Boss sebagai pemimpin nomor satu."

"....."

"Namun beberapa hari setelah acara pesta pertunangan itu, kecelakaan besar kembali terjadi secara tiba-tiba, yang membuat Yang mulia tuan besar Davied Artyom koma hingga saat ini. Kejadiannya ketika Boss sedang dalam perjalanan kunjungan ke tempat rekan bisnis Ayahnya di kota seberang, di saat itulah kecelakaan terjadi. Sebab rem mobil yang di kemudikan oleh Boss sendiri blong, sedangkan di depan mereka terdapat sebuah truck besar yang seolah sengaja menghadang. Kecelakaan mengerikan tak terelakkan terjadi. Hingga Boss di hantui oleh rasa bersalah dan penyesalan yang benar-benar menghancurkan mentalnya untuk kesekian kalinya. Tubuh Ayahnya yang sekarat dalam pangkuannya itu, membuat Boss mengalami syok dan pingsan dalam beberapa hari."

"....."

"Kala itu, Boss di diagnosis mengalami depresi berat karena tidak sanggup melihat tubuh Ayahnya yang terluka parah, dan menyangka Ayahnya telah mati karenanya. Boss bahkan harus mendapatkan perawatan secara intensif karena di tuduh mengalami sakit jiwa. Padahal itu hanyalah tuduhan palsu dan akal-akalan tuan Daniel saja, untuk menghilangkan kelayakan Boss menjadi seorang pemimpin. Meskipun Boss saat itu memang tidak baik-baik saja, tapi Boss tidak gila atau mengalami sakit jiwa apapun. Boss yang selalu mengurung diri sepanjang waktu, sebab hati kecilnya yang begitu suci. Namun seseorang yang jahat menggunakan itu sebagai senjata untuk membunuh karakternya."

"....."

"Tak lama setelah itu, tuan Daniel naik pada posisi paling tinggi dengan dukungan orang-orang tertentu di belakangnya, memanipulasi para dewan direksi agar mau berpihak padanya, dari pada memihak orang gila dan orang tua yang sedang koma. Sepertinya, sudah di persiapkan jauh-jauh hari rencana untuk mengambil alih posisi komisaris, dan hak kelola Artyom group. Setelah naiknya tuan Daniel kemudian membuat aturan baru semaunya, segala kejahatan pun akan dia tempuh demi sebuah pengakuan atas kedudukannya yang tinggi. Dia membuat semua orang bergantung padanya dan terpaksa tunduk karena takut, atau bahkan bersujud sebagai penjilat."

"....."

"Kemudian satu persatu, tuan Daniel mulai merebut segala hal yang seharusnya menjadi milik Boss hingga tak tersisa satu apapun. Hingga tiba ketika tuan Daniel mendepak Boss dari rumah utama dengan membuangnya jauh keluar negeri. Dan di mulai dari mengambil tunangan Boss—nyonya Rev. Yang dalam waktu singkat, tak di sangka wanita itu ternyata dengan senang hati mengkhianati tunangan sahnya yang sedang di asingkan, demi ambisinya menjadi nyonya besar Artyom, iapun meraih tangan sang pemegang kuasa. Tak hanya itu, tuan Daniel juga mengambil semua dukungan dari Nyonya besar—Nora Aurora, yang sudah tak mampu berkutik. Hingga saat ini, tuan Daniel tampaknya belum puas, dia selalu mencari celah kecil untuk mengakuisisi Devaradis di bawah kekuasaannya."

Setelah bercerita, Jay termangu sejenak, kemudian menatap sayu kepada ujung sepatunya nan mengkilap di terpa sorot sinar matahari yang hangat. Entah mengapa ia merasa harus menceritakan soal ini pada Anna. Meskipun terdengar tidak masuk akal, tapi Jay percaya, adanya Anna di sisi tuan Devan adalah sebuah keberuntungan besar.

Siang tadi, ketika Jay dan pak Ali datang berkunjung ke ruangan Boss setelah kedatangan tuan Daniel, segalanya terlihat baik-baik saja di tempat itu. Tidak ada satupun tanda-tanda kekacauan yang terjadi seperti biasanya, bahkan tidak ada satu luka pun yang tergores di wajah Boss Devaradis itu. Justru raut wajah tuan Daniel yang meninggalkan Devaradis lah yang terlihat kacau.

Peran wanita bernama Anna ini pasti menjadi jawabannya. Terlihat dari keteguhannya menghadapi nyonya Revy yang kejam, itu bisa menjadi ukuran keberanian yang tak biasa dari wanita berjiwa teguh ini. Pak Ali sudah menceritakan semuanya pada Jay, bahkan hingga bentuk perlakuan khusus Boss yang tak pernah di berikannya pada wanita manapun di dunia ini, tapi di berikannya kepada Anna. Jadi, tidak ada salahnya kan menuturkan rahasia itu padanya?

Mata Anna menyipit, ia menelan salivanya dan mengetatkan rahang bawahnya. "sulit untuk di percaya," Anna berucap lirih sekali di sertai sebuah tekanan yang mencengkram jiwanya. Bibirnya bergetar kecil, di akibatkan oleh rasa syok berlebih, yang membuat lidahnya terasa kelu, seolah tidak mau mempercayai fakta yang sangat menyedihkan itu. Di dalam dadanya terdapat rasa nyeri yang mulai menjalar ke seluruh aliran darahnya.

Bahkan sangat perih, menyayat, tertancap jauh di ulu hatinya, mendengar kenyataan yang memilukan harus di pikul oleh seorang pria yang selalu terlihat gagah dan berwibawa seperti Devan. Anna tak menyangka, rasa sakit yang bersemayam dalam diri pria itu teramat besar. Jadi alasan keputusasaan yang nampak di wajah Devan pada malam lima tahun lalu itu, benar-benar tidak biasa. Tiba-tiba Anna menyesali banyak hal, seandainya ia bisa kembali ke masa itu, mungkin ia akan memberikan kekuatan pada Devan dengan cara yang lebih baik.

"Kau tau dari mana semua cerita itu?" tanya Anna yang kini sedang menyoroti raut wajah Jay seluruhnya. Sedangkan jemarinya meremas kotak susu yang kini meringsut tak berdaya dalam genggaman tangannya.

"Pak Ali adalah pamanku, yang telah bekerja lebih dari dua puluh tahun mengabdi untuk keluarga Artyom." Jawab Jay tanpa ragu.

"Lalu apa tujuanmu menceritakan hal itu padaku?"

"Sepertinya sejak kedatangan mu, Boss terlihat hidup kembali dalam versi yang berbeda. Ini terdengar aneh, tapi tatapan mata Boss yang gelap kembali menyala terang, seolah siap bertempur dengan segala masalah di depannya."

"Iya, itu memang terdengar aneh. Memangnya aku ini siapa, kau terdengar terlalu mengada-ada, Jay." Anna meremas kuat kotak susu yang sudah habis tak tersisa, kemudian melemparnya ke dalam tong sampah yang ada di dekatnya.

"Tapi pamanku bilang, mungkin saja Boss menyukaimu atau kalian memiliki suatu hubungan rahasia yang orang lain tidak ketahui. Buktinya, rahasia perselingkuhan nyonya Revy—kau mengetahuinya kan? siapa lagi yang memberitahu mu kalau bukan Boss sendiri." Timpal si pria lesung pipi yang nampak bijaksana itu menangkap basah air wajah Anna yang sontak membeku.

Anna yang tak mampu mengelak hanya bisa berdehem ringan. "Ehem, bisa jadi." Ucapnya ragu.

"Jadi itu semua benar?" Jay menjadi penasaran.

"Entahlah. Minumannya sudah habis. Jam kerja sudah usai. Aku harus segera pulang." Anna menghentikan obrolan ini begitu saja.

Anna tidak ingin Jay mengeruk terlalu jauh soal hubungan yang belum ada kepastiannya. Entah itu rahasia pertemuan pertama yang mungkin meninggalkan rasa, atau soal ketertarikan Boss padanya, itu hanyalah sebuah kemungkinan yang belum memiliki jawaban apa-apa.

...• • •...

Anna berjalan cepat dengan langkah tertatih melewati trotoar menuju apotek di seberang sana untuk membeli obat nyeri. Jika di biarkan, rasa sakit di kakinya ini bisa mengganggu pekerjaannya esok hari.

Anna berdiri tepat di penyebrangan zebra—pada titik lampu merah—siap-siap untuk menyebrang. Matahari sudah mulai condong ke barat, cahaya jingganya yang keemasan mulai berpijar terang menghangatkan bumi. Setelah beberapa kendaraan mulai berhenti pada garis yang sama, Anna pun segera mengambil langkah cepat melewati deretan mobil yang nampak sabar menunggu lampu hijau, yang sedang dalam hitungan mundur.

Sambil menenteng tas hitamnya, Anna melangkah menyusuri trotoar dengan pandangan yang berfokus kepada tempat yang akan di tujunya, tak jauh lagi di depan sana. Ia bahkan tidak menyadari jika sebuah mobil hitam sedang membuntutinya dari belakang. Dan ketika Anna memasuki bangunan yang bertuliskan kata—Apotek, mobil mewah itupun terlihat parkir di pinggir jalan, tepat di bagian depannya.

"Pak Ali, pulanglah menggunakan taxi," ujar Devan yang duduk di kursi penumpang.

"Baiklah tuan. Tapi, bolehkah saya menanyakan sesuatu?" tanya pak Ali yang kini sedang menghadapkan diri ke arah belakang.

"Langsung saja, apa itu?"

"Apa yang anda cari dari nona Anna? walau sebesar apapun anda menyukainya, sudah pasti hubungan yang anda inginkan tidak akan pernah terwujud, tuan. Keluarga anda pasti akan menentangnya, sedangkan anda masih dalam status bertunangan dengan nona Revy. Tuan, Nona Anna adalah wanita dari kalangan sosial tingkat rendah, sedangkan anda tentu tidak mungkin dapat digapainya." Pak Ali mencoba memberikan pemahaman tentang fakta yang ada.

"Persetan dengan pertunangan itu, itu hanyalah ikatan dua keluarga materialistis, bukan ikatan dua anak manusia yang saling mencintai. Lagi pula Revy sendiri telah merusak kesucian hubungan itu sampai membuat aku merasa jijik saat melihat tubuhnya. Wanita itu tidak pernah benar-benar tulus menghargaiku sejak awal, kesanggupannya bertunangan denganku kala itu hanya karna aku yang di pilih Ayah sebagai pewaris utama."

"....."

"Nyatanya ketika kak Daniel berhasil menyabotase posisi nomor satu, tanpa merasa bersalah, wanita murahan itu langsung berbelok meninggalkan aku, dan mengejar apa yang menjadi ambisinya. Meskipun harus merusak dirinya sendiri. Jalang bodoh!"

"....."

"Lalu, apakah aku harus tersandera seumur hidup dengan manusia dari status sosial yang tinggi tapi beracun seperti ular berbisa? ataukah aku harus menumbalkan hidupku demi orang-orang yang bahkan tidak peduli soal hati nurani melainkan hanya materi? menurutmu aku harus bagaimana, pak Ali? haruskah aku hidup seperti pecundang bodoh yang hanya bisa meratapi nasib setiap detik, seraya mengumpat semesta yang tak berpihak padaku?"

Tampaknya, Devan menanggapi pak Ali dengan serius kali ini. Devan sebenarnya tidak suka membahas wanita jalang itu, bahkan saat terpaksa pun ia benar-benar muak.

"Baiklah tuan. Anda benar. Bangkitlah, dan hiduplah sesuka hati anda. Saya akan selalu mendukung apapun keputusan yang anda ambil dalam hidup anda. Maafkan kelancangan saya." Pak Ali yang sudah menemani tuan Devan selama puluhan tahun, tidaklah sulit baginya untuk memahami seorang anak yang sudah di asuhnya sejak kecil.

Namun, antara senang dan cemas dengan keputusan yang cukup berbahaya—yang di ambil tuannya kali ini, itu sama artinya dengan sengaja menabuh genderang perang dengan keluarganya sendiri. Tapi melihat kesungguhan tuan Devan kali ini, membuat pak Ali yakin tuannya itu bisa terbebas dari jeratan hitam yang selama menjerat hidupnya.

"Tidak mengapa pak Ali. Kali ini, aku tidak akan kehilangan milikku lagi. Setinggi apapun aturan yang di buat oleh manusia, selalu ada celah untuk meruntuhkannya. Jika status sosial yang menjadi penghalangnya, aku akan mengangkat tinggi status wanita itu hingga semua wanita di dunia ini akan menjadi iri padanya." Sorot mata Devan menyalakan keteguhan dan keyakinan akan keputusan yang sudah di tetapkannya bulat-bulat.

"Jadi, apakah anda benar-benar menyukai nona Anna secepat itu?" meskipun merasa tidak berhak menanyakan perihal yang terlalu sensitif dan bersifat pribadi, tapi pak Ali harus tau jawabannya, agar ia bisa membantu tuan Devan jika membutuhkan support yang besar.

Devan termangu beberapa jenak. Kemudian sorot matanya menyalakan keyakinan. "Tidak, aku sudah menyukai Anna sejak lima tahun yang lalu." Jawabnya lugas.

"Apa???" pak Ali benar-benar terkejut hingga lupa mengendalikan diri.

"Keluarlah. Orang yang aku tunggu sudah terlihat mendekat."

"Ohh, baik tuan," pak Ali segera cabut dari tempatnya dan menyelinap pergi menjauhi mobil hitam yang siap menangkap target incarannya. Jawaban yang di berikan Devan tadi, sudah cukup membuat pak Ali merasa yakin untuk memberikan dukungan penuh kepada tuannya. Sampai segala hal yang di harapkan sang pewaris sah Artyom group itu bisa di gapainya.

Begitu Anna hendak berjalan menuju jalan besar untuk menunggu angkutan umum yang lewat, tiba-tiba pintu bagian depan mobil yang sedang parkir di depan sana—pada sisi jalan, terbuka lebar, seolah hendak memanggilnya untuk masuk. Anna menghentikan langkahnya sejenak, meneliti penampakan mobil hitam yang sudah tidak asing baginya. Dan juga si pemilik mobil yang sedang duduk di kursi pengemudi itu, memang betul Anna mengenalinya.

"Boss?!" Anna sedikit membungkuk untuk memastikan.

"Masuklah!" perintah suara bariton yang berat dan tebal itu kepada Anna.

Seketika jantung Anna langsung berdetak kencang, lebih dari biasanya. Apakah kita akan pulang bersama?

1
Filanina
Hahaha... hanya kalau ada ayang impotennya sembuh.

btw, ga diceritakan kalau dia selalu teringat 'Anna'?
Filanina
berbaring? Kursinya panjang? Kirain sambil duduk dan bersandar di sandaran kursi.
Evrensya: eh iya, harusnya blm terbaring sih, krna kursinya blm di miringkan sama si pemilik. tengkiyuu koreksinya.
total 1 replies
Filanina
Hari yang panjang... ditambah malam yang panjangkah?
Evrensya: malam yg panjang dgn kesedihan 🥺
total 1 replies
Filanina
Sang multitalenta.
Filanina
udah gede, kenapa nggak pakai baju sendiri?
Evrensya: Harusnya lohh...Pak boss emang banyak tingkah.
total 1 replies
Filanina
sebaper itu ya...
Evrensya: maklum anak poloshh🤭
total 1 replies
Filanina
Adegan seperti ini kayaknya begitu penting di novel wanita.
Evrensya: Kapan lagi ngehalu ngeliat abs cowo cakep klo bukan di novel, plg greget pas nonton Drakor. 🤭
Jadi adegan seperti ini, harus ada😁😁😁
total 1 replies
Cevineine
semangat
Evrensya: yups. makasii....
total 1 replies
Filanina
kalau mandi riasannya luntur dong
Evrensya: nggak mandi, ganti baju seragam cleaning service aja. coz di kritik sama pak Ali karna bajunya kotor abis bersihin taman, 😁
total 1 replies
Filanina
emang Anna bawa baju ganti? 25 menit itu cepat. Dipakai belanja aja habis. masaknya 1 menit apa?
Filanina: iya, baru ingat sempat ganti pakai seragam.
Evrensya: wait.... soal waktu.... aku mau chek2 dulu. emang agak membagongkan. wkwk
total 3 replies
Filanina
kasihan sekali. kerja rodi
Filanina
kebetulan yang masuk akal sih kalau sama suka masakan perancis kayak ibunya.
Filanina
memasak juga? emang OP FL kita. Kirain pilih menu doang.
Filanina
ga ada capeknya dia.
Filanina
Thor, ada sedikit koreksi dari saya tapi sebenarnya khawatir kena mental ngomonginnya. Karena kalau secara penulisan udah cukup oke, biasanya saya melirik unsur lain.

Saya tahu banget kalau kritik dan saran pembaca itu bisa menjatuhkan mental penulis.

kalau kamu cuma sekedar nulis buat hobi dan hiburan diri sendiri ya sudah tidak perlu saya bilang.

kalau kamu mau lebih baik lagi di karya berikutnya atau suka merevisi, saya mau bilang.

for your own good. pilihan di tanganmu.
Filanina: Baiklah saya katakan aja yang mengganjal di pikiran saya adalah kepribadian Anna. Anna terlalu kuat untuk seseorang yang tidak punya support system.

Kecerdasan sosial itu membutuhkan pengalaman interaksi sosial yang cukup dan support system yg bagus. Dan itu Anna tidak punya. Normalnya, sepintar apapun orang, sebanyak apapun buku yang dia baca, ketika dia bertahun-tahun tidak berinteraksi dengan orang lain, dia akan gagap dan gugup ketika bertemu orang secara real life.
Kecuali dia punya support system yang bagus banget, yang meninggikan kepercayaan dirinya, berupa keluarga. Ini justru keluarganya toxic, merendahkan dia.

Jadi dari mana Anna dapat kekuatan?

Sebenarnya kamu bisa siasati bagian plot hole seperti ini dengan menambahkan beberapa elemen atau karakter lain yang menjadi role model Anna.

Semoga bisa mencerahkan, bukan menyuramkan.
Filanina: Panduan nulis yang benar blm tentu laku. Zaman sekarang beda ya. Novel yang laku bukan novel yang bagus, tapi yang sesuai selera pembaca. Dan seperti itulah selera pembaca sekarang, yang kurang literasi.

Saya udah kadung prefesionis dalam hal tulis menulis atau bahkan cerita. Tapi ini blm tentu disukai. Dan sebagian orang menganggap itu tak penting. Toh ini cuma fiksi. Yang saya maksud adalah logika cerita. Bahkan novel fantasi pun ttp punya logika cerita.

Dulu saya nulis buat sinetron, dan logika itu ga laku. Ga seru. Ini cuma cerita, ga usah terlalu berlogika. Itu sih kata orang.
total 6 replies
Filanina
dapat alasan buat manggil Anna tuh.
Filanina
revy itu masih yang dulu atau beda ya
Evrensya: Masih tunangannya yg dlu.
total 1 replies
Filanina
diriku yang buta fashion hanya bisa melongo.
Filanina
/Shame/ Pak Ali, sangat pintar memuji.
Filanina
Hahaha... silau man.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!