Blurb :
Ling, seorang Raja Legendaris yang bisa membuat semua orang bergetar saat mendengar namanya. Tak hanya orang biasa, bahkan orang besar pun menghormatinya. Dia adalah pemimpin di Organisasi Tempur, organisasi terkuat di Kota Bayangan. Dengan kehebatannya, dia dapat melakukan apa saja. Seni beladiri? Oke! Ilmu penyembuhan? Oke! Ilmu bisnis? Oke!
Namun, eksperimen yang dia lakukan menyebabkan dirinya mati. Saat bangun, ternyata ia bereinkarnasi menjadi pria bodoh dan tidak berguna yang selalu dihina. Bahkan menjadi tertawaan adalah hal yang biasa.
Popularitas yang selama ini ia junjung tinggi, hancur begitu saja. Mampukah ia membangun kembali nama besarnya? Atau mungkin ia akan mendapat nama yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daratullaila 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Mencatat di Otakku
Wuzhou sedang berada di suatu ruangan bersama Tuan Ye. Di hari pertama ini, akan diadakan pendidikan dasar dan tes dasar tentang ramuan. Tuan Ye tahu bahwa Wuzhou tidak ahli dalam hal itu. Jadi dia memanggil Wuzhou untuk berdiskusi bersama.
"Bawalah buku ini. Ini berisi pemahaman dasar tentang ramuan. Aku harap ini dapat membantu. Karena aku sama sekali tidak tahu apa materi dan tes yang akan diberikan oleh orang dari kota Bayangan itu," ucap tuan Ye memberi buku tebal pada Wuzhou.
Wuzhou yang menerima itu sangat gembira. Ia satu langkah lebih dulu daripada teman-temannya yang lain. Dengan begini ia memiliki peluang lebih besar untuk merebut hati orang dari kota Bayangan.
"Jangan kecewakan aku. Tahun ini aku tak ikut mengajar. Aku hanya akan menjadi pengawas. Manfaatkan kesempatan ini baik-baik untuk masa depanmu. Aku tahu kau bisa dalam segala hal," ucap tuan Ye menyemangati.
"Baik guru," jawab Wuzhou mengangguk riang.
"Pergilah. Segera pelajari buku itu," tuan Ye mendorong Wuzhou keluar dari perpustakaan. Mereka bersembunyi di perpustakaan agar orang dari kota Bayangan tak melihat bahwa dia telah membocorkan hal ini pada Wuzhou.
Wuzhou berjalan dengan santai. Ia sebisa mungkin tak menarik kecurigaan orang. Ia segera menuju ruangannya.
Saat Wuzhou membuka pintu ia sedikit heran. Mengapa orang-orang membeku seperti patung? Hanya Ling yang terlihat santai bermain ponsel. Bahkan saat ia masuk tak seorangpun yang menyadarinya.
"Yan," panggil Wuzhou menepuk bahu Lu Yan.
Lu Yan melonjak kaget. Ia hampir saja jatuh jika Wuzhou tak menahannya.
"Bukankah reaksimu berlebihan?" tanya Wuzhou semakin heran.
Orang-orang yang awalnya membeku segera sadar. Mereka kembali ke tempat masing-masing. Tak ada yang berbicara sama sekali. Seolah mereka hidup dalam dunianya sendiri.
Lu Yan masih menatap kosong ke arah Wuzhou. Pikirannya masih dipenuhi dengan Ling. Perasaan aneh itu kembali lagi. Bagaimanapun ia yang paling tahu sifat Ling karena mereka sudah bersama sejak kecil.
Ling adalah sampah yang tidak berguna.
Mengingat hal itu pikiran baik tentang Ling menjadi buyar. Baginya Ling tetaplah sampah.
Ia segera tersadar kalau Wuzhou masih di depannya. Ia segera tersenyum hangat. "Apa kau sudah menemui Tuan Ye?" tanya Lu Yan teringat kalau tadi Wuzhou dipanggil oleh Tuan Ye.
Wuzhou memelototi Lu Yan dengan jari telunjuk di bibirnya. Ia memberi kode agar Lu Yan diam. Segera Lu Yan menyadari kode Wuzhou, ia ditarik Wuzhou keluar dari kelas.
"Ada apa?" tanya Lu Yan setelah mereka tiba di taman yang cukup sepi.
"Lihat ini!" Wuzhou menunjukkan buku yang diberikan oleh Tuan Ye. Ekspresi gembiranya tak dapat disembunyikan.
"Materi dan tes hari ini adalah tentang ramuan. Guru memberi ini padaku. Tidak ada yang tahu tentang ini. Kita harus merahasiakannya," ucap Wuzhou memberitahu Lu Yan.
Lu Yan ikut bahagia. "Bagus kalau begitu. Belajarlah dan kalahkan Chen Ling."
Wuzhou menaikkan alisnya. "Apakah menurutmu aku tidak bisa mengalahkan Chen Ling jika aku tidak belajar? Bahkan aku tak ada membahas dia," ucap Wuzhou heran.
Lu Yan terdiam. Mengapa bisa-bisanya ia berpikir begitu? Mengapa ia takut Wuzhou tak dapat mengalahkan Ling? Bahkan untuk dibandingkan saja mereka tidak cocok.
"Bukan apa-apa. Keadaan kelas menjadi seperti tadi itu karena Ling. Aku hanya masih mengingat itu," jawab Lu Yan sedikit merasa bersalah.
"Dia berbuat onar lagi? Bukankah hal itu sudah biasa?" tanya Wuzhou menjadi curiga.
"Ya dia berbuat onar. Dia melempar dan meledakkan ponsel salah satu anak pemodal besar arena pelatihan. Selain itu ia juga memelintir tangan wanita itu," jelas Lu Yan.
"Hah aku kira ada apa. Ternyata dia hanya bermain dengan wanita," ucap Wuzhou lega. Namun berbeda dengan Lu Yan. Ia masih memikirkan aura yang berbeda dari Ling. Kejadian sebenarnya tidak sederhana seperti yang ada dipikiran Wuzhou.
"Baiklah aku akan mempelajari buku ini dulu," lanjut Wuzhou yang hanya mendapat anggukan dari Lu Yan.
*
Bel berbunyi.
Semua siswa sudah duduk rapi di kelas. Seorang pria dengan pakaian formal memasuki ruangan tepat waktu. Ia membawa beberapa kertas dan laptop di tangannya. Wajahnya sangat elegan dan juga sangat tampan.
"Nama keluargaku Yuan. Kalian bisa memanggilku Tuan Yuan." Ia menyapu pandangannya ke seluruh kelas dan tersenyum hangat.
"Materi hari ini adalah tentang ramuan. Aku tahu beberapa dari kalian ada yang merupakan ahli ramuan dan ada yang sama sekali tidak mengerti. Aku akan menunjukkan beberapa pengetahuan dasar tentang bahan ramuan." Tangannya dengan lihai mengetik di keyboard. Muncul berbagai gambar bahan ramuan di layar proyektor. Ia menjelaskan setiap gambar dengan sangat rinci. Mulai dari aroma, bentuk, tekstur, warna, dan yang lainnya. Para siswa memperhatikan sambil sesekali mencatat.
Tuan Yuan tak memberi jeda. Jika mereka melewatkan sedetik, mereka akan tertinggal. Jadi beberapa dari mereka sedikit kewalahan. Bahkan beberapa yang terkenal sebagai ahli ramuan, mereka juga tak main-main saat ini.
"Penjelasan selesai sampai di sini. Istirahat 10 menit. Setelah itu akan ada tes dasar," tuan Yuan meninggalkan ruangan kelas dan kembali ke ruangannya.
Liam menghela nafas lega. Tangannya seperti mau copot mencatat begitu banyak tanpa berhenti. Ia melirik Ling berharap Ling lebih lelah dari dirinya.
Namun yang dilirik hanya memainkan ponsel dengan santai. Buku catatannya juga kosong. Apa-apaan dia?
"Mengapa kau tidak mencatat? Ling jangan main-main kali ini. Jangan mempermalukan keluarga Chen," ucap Liam menasehati. Ia sedikit merendahkan suaranya agar tak ada yang mendengar bahwa Ling tak mencatat.
"Siapa bilang aku tidak mencatat?" tanya Ling.
"Bukumu masih kosong," Liam menunjuk buku di depan Ling yang kertasnya masih putih bersih.
"Aku mencatat di otakku," jawab Ling santai kembali memainkan ponsel.
Liam tak habis pikir. Walaupun Ling mungkin bisa mengingatnya, ia tak mungkin mengingat semua. Biar bagaimanapun, Ling tak pernah mengerti ramuan.
Tunggu! Bukankah dia ahli ramuan? Liam bodoh! Bisa-bisanya melupakan hal ini! Tentu pelajaran hari ini sangat mudah baginya! batin Liam merutuki kebodohannya. Harusnya dia mengkhawatirkan dirinya sendiri, bukan Ling.
Liam kembali membaca catatannya. Ia memejamkan matanya untuk menghapal apa yang dia catat, berharap ia akan bisa menjawab tes. Ia tak mempedulikan Ling yang hanya santai bermain ponsel di sampingnya.
"Waktu habis," ucap Tuan Yuan memasuki ruangan. Dia membawa wadah berbentuk kotak di tangan kanannya. Setelah itu ia membagikan kertas putih yang dibawanya tadi. Setiap siswa mendapat satu kertas putih.
"Tugas kalian adalah mengidentifikasi bahan ramuan yang ada di dalam kotak ini. Setiap orang mendapat waktu 5 menit untuk memeriksa dan mencatatnya. Aku akan mulai dari baris sebelah kanan," ucap tuan Yuan memberi arahan.
sibuk mengurusi orang lain, mengabaikan orang yang mencintai nya yg melakukan apapun untuk dirinya, saya rasa MC termasuk dalam katagori ap normal
Ya,, orang iri memang susah untuk membuka mata dan hati.