Mutia Arini seorang ibu dengan satu putra tampan dan juga pengusaha bakery wanita tersukses. Kue premium buatannya telah membuat dirinya menjadi seorang pebisnis handal. Banyak cabang telah dibukanya di berbagai kota besar. Pelanggannya adalah golongan menengah ke atas. Di balik kesuksesannya ternyata ada sebuah rahasia besar yang disimpannya. Karena kejadian satu malam yang pernah dilaluinya, mengubah semua arah kehidupan yang dicitakan oleh seorang Mutia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moena Elsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Boleh langsung kutidurkan di kamar Langit?" ijin Sebastian. Sebastian tak mengetahui kalau Langit sebenarnya masih tidur bersama bundanya. Mutia membukakan pintu untuk Sebastian. Dia rebahkan Langit dengan pelan di tempat tidur itu. Kamar yang dominan dengan warna netral, lengkap dengan barang-barang Langit dan juga perkakas milik Mutia. Sebastian memperhatikan sekilas seisi kamar itu.
"Mutia aku pamit dulu ya. Makasih sudah mengijinkan Langit bersamaku" ujar Sebastian beranjak keluar kamar Langit. "Sama-sama, ucap singkat Mutia. "Oh ya Tian, ngomong-ngomong Bintang ultah yang keberapa? Karena buru-buru sampai lupa nggak bawain kado untuknya" imbuh Mutia.
"Tadi kan di kue Bintang sudah tertulis ke berapa. Pasti kamu nggak konsen ya di sana. Karena mendengar omongan orang-orang" tukas Sebastian. Orang ini tau saja jalan pikiranku, batin Mutia. "Sudah, nggak usah mikirin ultah yang ke berapa. Lagian Langit juga sudah kasih surprise ke Bintang" tambah Sebastian.
"Yang pasti, umurnya Bintang nggak jauh dengan usia Langit" bisik Sebastian dan hendak keluar dari apartemen Mutia. Blusssshhh merah lah pipi Mutia. Bik Sumi yang melihat aksi keduanya, berbalik menuju dapur apartemen.
Sore hari Dena datang dengan hebohnya. Memperlihatkan berita trending sore ini. "Kak...kak Mutia.." panggil Dena sambil mencari Mutia. Ternyata Mutia sedang menyiapkan makan malam untuk Langit dan lainnya dibantu bik Sumi.
"Ada apa sih Dena, heboh sekali kau????" celetuk Mutia dengan logat tak seperti biasanya. Tanpa mengalihkan pandangan dari masakan di atas kompor tentunya.
"Sini deh kak, kukasih tau" suruh Dena meminta Mutia mendekat. Setelah mengecilkan api kompor, Mutia mendekati Dena.
Dena pun membuka akun media sosialnya. Di sana terpampang berita yang berjudul "CEO Blue Sky go public". Nampak jelas sekali di sana sebuah gambar Sebastian yang menggendong Langit sementara tangan yang satunya mengandeng mesra Mutia. "Kejadiannya tidak seperti itu" Mutia menggelengkan kepalanya.
Dena beralih pandangannya ke Mutia dan seakan meminta penjelasan. Mutia menceritakan kejadian di pesta ulang tahun Bintang yang keenam tadi.
"Apaaaaaa? Jadi Langit punya panggilan khusus untuk tuan Sebastian?" tandas Dena sambil mengerjap-ngerjapkan mata.
"Tapi kak, aku malah berharap kalau kejadian itu benar adanya. Dan aku orang pertama yang akan langsung menyetujuinya, hubungan kakak dengan tuan Sebastian" imbuh Dena. Mutia lagi-lagi menoyor kening Dena. "Sakit tau" tukas Dena. Mutia pun kembali fokus ke masakan yang dibuatnya tanpa mendengarkan gerutuan Dena.
Sebastian yang sedang berenang di apartemen, tiba-tiba ponselnya berbunyi. *** Dewa calling, begitu yang tertulis di layar ponsel canggih itu. "Hallo Wa..." sapa Sebastian dari tepian kolam renang.
"Tuan, lihatlah berita trending sore ini" ujar Dewa. "Kayak kurang kerjaan aja, nanggung nih mau lanjut renang" tukas Sebastian. "Tuan, lihat dulu. Ini tentang anda dan juga Langit" sela Dewa dengan cepat. Sebastian memutus panggilan Dewa, dan mulai menscrol berita lewat ponselnya. Ternyata semua membahas tentang diri dan keluarga baru nya. Bola panas mulai menggelinding, batin Sebastian.
Gantian sekarang Sebastian menelpon Dewa. "Apa lagi Tuan. Tadi saja sudah seenaknya memutus panggilan" ada nada kesal di suara Dewa. "He..he...kamu itu kayak pacarku aja Wa" celetuk Sebastian.
"Oh ya Wa, mulai saat ini tugaskan pengawal untuk mengikuti diam-diam Langit dan juga Mutia kemanapun mereka pergi. Dengan berita ini, aku pastikan lawan-lawan Blue Sky akan ambil peluang untuk menyerangku" perintah Sebastian. "Siap Tuan" tegas Dewa.
Keesokan pagi berita viral itu semakin memanas. Sebuah akun berita terkenal menggunggah berita dengan judul "Wanita tanpa suami, pemilik bakery terkenal mencoba mencari peluang dengan mendekati CEO Blue Sky". Sebastian yang mengetahui berita itu, menggebrak meja di depannya. Mukanya sudah merah padam, tak terima Mutia yang disalahkan atas kejadian kemarin.
Mutia berjalan seperti biasanya melewati outlet bakery sebelum memasuki kantornya. Mutia yang memang jarang membuka sosmed, tak tahu menahu perkembangan berita pagi ini. Mutia tak sengaja mendengar gunjingan beberapa pengunjung, "Jadi benar nyonya itu ya yang merayu tuan Sebastian?" ucap salah satu pengunjung menunjuk ke arah Mutia. "Kasihan, cantik-cantik tapi kelakuannya seperti itu. Tega sekali menghancurkan pernikahan seseorang. Kasihan nona Janetra dari keluarga Supranoto" tukas yang lain. Mutia berjalan cepat, tak kuat mendengar celotehan orang-orang itu.
Sampai di ruangannya Mutia menangis. Dunianya yang tenang sebelum mengenal Sebastian, sekarang terasa bagai dijungkirbalikkan kenyataan. Sambil menangis Mutia membuka akun berita, membuatnya semakin tersedu. Mutia yang memang tidak berpengalaman di media, tentu tak tahu harus berbuat apa sekarang. Ingin rasanya dia menghilang saat itu.
Dena menyusul Mutia di ruangannya. "Kak, kenapa menangis? Apa sudah melihat berita?" tanya Dena. Mutia mengangguk, dan menghambur memeluk Dena. "Den, apa yang harus kulakukan?" Mutia terisak di bahu Dena.
"Kak, jangan terlalu dipikirkan. Diamkan dulu saja. Aku yakin berita ini akan hilang dengan sendirinya" tukas Dena.
Tapi ternyata berita itu tidak hilang seperti dugaan Mutia dan juga Dena. Dengan sedikit pulasan bahasa yang kadang-kadang dibuat hiperbola, berita itu malah semakin membesar. Berita tentang Mutia yang menjadi orang ketiga dalam gagalnya pernikahan CEO Blue Sky semakin memanas. Hal ini cukup berimbas dalam bisnis Mutia. Banyak orderan yang dibatalkan mendadak tanpa alasan yang jelas, semakin membuat frustasi Mutia. "Dena, aku nggak bisa mendiamkan kali ini. Bisnis yang kubangun dengan susah payah, akan hancur begitu saja kalau aku tak membuat klarifikasi" jelas Mutia. Dena menyetujui apa yang disampaikan Mutia. Karena memang benar adanya, hari-hari terakhir ini omset menukik tajam. "Tuan Sebastian apa sudah menghubungimu kak? Semua ini juga ada kaitannya loh dengan dia" tandas Dena. "Belum" jawab singkat Mutia. Dena bahkan dibuat heran oleh ulah CEO Blue Sky itu, bisa-bisanya menimbulkan masalah yang berimbas ke perusahaan lain tapi tidak muncul sama sekali. "Oke Kak, akan aku undang beberapa portal harian berita secepatnya. Nanti kakak bisa klarifikasi di sana" ucap Dena. Mutia mengangguk.
Mutia sudah duduk di depan para wartawan untuk konferensi pers. Mutia berusaha setenang mungkin untuk berbicara. Setelah menarik nafas panjang Mutia mulai mengutarakan apa yang ada di pikirannya. Intinya Mutia menyangkal berita yang menyebutkan dialah penyebab kegagalan sebuah pernikahan tanpa menyebutkan nama-nama yang dimaksud. Salah seorang wartawan bertanya, "Baik nyonya. Kalau memang anda menyangkalnya. Di sini saya akan bertanya, ke mana suami anda saat ada kejadian seperti ini?" tanyanya sengaja memojokkan Mutia. "Apa benar memang anda tidak bersuami. Terus putra anda itu anak darimana?" cecar wartawan itu semakin memojokkan Mutia. Mutia tertunduk, tidak mengira kalau ada pertanyaan seperti ini. Mental Mutia tidak sekuat baja.
Saat itulah seseorang duduk di samping Mutia, bahkan Mutia sendiri tidak menyadari kedatangannya. "Wanita ini adalah ibu dari anakku" suaranya sangat jelas dan tegas. Mutia kembali menengadah dan menatap heran orang di sampingnya itu. "Jangan bodoh Tian" bisik Mutia. "Putranya adalah putraku" imbuhnya tanpa ada keraguan sedikitpun. Mutia semakin ternganga dibuatnya.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
to be continued 🤗
jadi akhirnya ngga jadi Makan /Smile//Smile/