JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NICHOL MURKA
...21...
Mereka melangkah keluar, memutuskan untuk segera pergi dari sana. Namun, belum sempat mereka menjauh dari tempat tersebut, tiba-tiba sebuah mana dalam jumlah besar bergabung dengan spirit kecil berbentuk cahaya, mulai mengelilingi seisi tempat mereka berada.
"Penyihir agung..." gumam Putra Mahkota, mengenal siapa pemilik mana dan spirit tersebut.
Liora menoleh ke arah Putra Mahkota. "Nichol? Tapi kenapa?" tanyanya heran sebelum ia dikejutkan oleh suara seseorang yang terdengar sangat marah.
"MENGAPA ADIK BUNGSUKU BISA BERSAMA PRIA SEPERTI MU, YANG MULIA!" seru Nichol tajam, berjalan penuh amarah ke arah Liora. Ia membelakangi Liora, seolah sedang melindunginya.
Mereka saling beradu tatapan tajam, membuat suasana saat ini terasa berat bagi Liora. Ia tidak pernah melihat Nichol semarah ini sebelumnya. Cukup mengerikan ketika melihat Penyihir Agung dalam keadaan marah.
"Nichol... Ini tidak seperti yang kau pikirkan," Liora berusaha meredakan amarah Nichol.
Sayangnya, Nichol sama sekali tidak mendengarkan perkataan Liora. Ia masih beradu tatapan tajam dengan Putra Mahkota, seakan ia ingin menghabisinya saat ini juga.
"Salahkan sendiri adikmu itu. Mengapa seorang putri agung Ravenscroft bisa berada di tempat berbahaya ini?" ujar Putra Mahkota dengan nada datar, tanpa emosi.
"Mustahil! Adikku adalah orang yang takut kegelapan dan juga takut dengan darah! Anda tidak perlu berbohong, Yang Mulia!" ucap Nichol skeptis, penuh penekanan.
Mendengar ucapan Nichol, Liora seakan dihantam oleh tiga tumpuk batu besar di atas punggungnya. Bahkan memikirkannya saja sudah membuatnya mual.
"Fttt..." Putra Mahkota hampir tertawa mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Nichol.
"Anda sangat berani menertawakan ucapan seorang Penyihir Agung, rupanya..." kesal Nichol.
"Maafkan aku, Penyihir Agung," Putra Mahkota memasukkan pedangnya kembali ke sarung, lalu melanjutkan, "Tapi pastikan kau mengetahui seperti apa adik bungsumu itu..."
Jika dilihat dari perkataan dan realitanya, itu jauh berbeda. Nyatanya, Liora bahkan sangat tangguh dan tak segan-segan menebas leher lawan. Jadi, apa yang disebutkan oleh Nichol sebelumnya adalah pembohongan publik!
Liora mengepalkan tangannya, berusaha menahan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Nichol tidak mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya setelah perubahan besar itu, dan hal ini membuat Liora merasa terasing, bahkan dari saudara kandungnya sendiri.
"Jangan bicara seolah kau mengenal adikku lebih baik dariku, Yang Mulia," ucap Nichol dingin. Mana di sekitarnya semakin bergejolak. "Jika kau menipu Liora, aku tak akan memaafkanmu!"
"Sudah cukup, Nichol! Sepertinya kau cukup meremehkan aku..." nada bicara Liora terdengar tidak bersahabat.
Seketika Nichol berhenti berbicara, tubuhnya mematung. Ia tersadar dengan perkataan yang ia ucapkan barusan.
"Takut kegelapan? Takut darah?" sekali lagi Liora mengulangi ucapan Nichol, sebelum melanjutkan, "Perkataanmu terdengar meyakinkan..."
Nichol menghentikan semuanya, termasuk menarik semua mana dan aura membunuh di sekitar. Ia menatap Liora dengan tatapan memelas. "Hahahaha, Adik. Aku hanya bercanda saja tadi..." ucapnya, berusaha meredakan amarah Liora.
Liora menghela napas. Ia sangat kesal mendengar perkataan Nichol, namun harus tetap menjaga emosinya saat ini. Ia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk meredakan amarahnya.
Di sisi lain, Putra Mahkota melangkah pergi meninggalkan mereka. Sepertinya ia sangat malas berada di sana, apalagi diacuhkan oleh kakak beradik itu.
"Mau ke mana Anda, Yang Mulia? Urusan kita belum selesai!" panggil Nichol, masih kesal.
"Kapan-kapan saja. Aku malas menonton kakak beradik yang sedang bertengkar," jawab Putra Mahkota dengan nada malas.
Masih tersisa kekesalan di dada Nichol. Rasanya ia ingin melompat dan menyerang Putra Mahkota, namun saat ini Liora ada di sampingnya.
"Akan kuhancurkan dia! Menyebalkan!!" gumam Nichol kesal.
"Diamlah, Nichol. Kau bisa memicu dugaan pemberontakan," tegur Liora. "Lagi pula, Putra Mahkota-lah yang membantuku menyerang tempat penjualan budak ini," lanjutnya.
Pandangan Nichol segera beralih pada Finnian yang sedari tadi berada dalam gendongan Liora. "Siapa elf kecil ini?"
Seketika Liora tersenyum, memperhatikan wajah teduh Finnian. Hatinya sejuk melihat penampilan Finnian yang sangat menawan meski tubuhnya mengecil. Saat kecil saja sudah secantik ini, apalagi jika Finnian sudah berubah ke bentuk semula? pikir Liora.
"Untuk ke depannya, aku akan merawat Finnian." Liora menatap Nichol, lalu melanjutkan, "Tapi ini adalah rahasia. Jika orang luar tahu bahwa Finnian adalah elf, maka semuanya akan kacau."
Nichol mengangguk mengerti. Ia menatap Finnian dengan lekat. Secara samar, ia merasakan kekuatan putih yang berasal dari Finnian. Namun kekuatan itu sangat kecil, seperti sedang berusaha memberontak keluar, seakan kekuatan Finnian sedang disegel oleh seseorang.
"Elf kecil ini bukan elf biasa. Siapa dia sebenarnya..." benak Nichol, bertanya-tanya dalam hati.
"Baiklah, kita bawa Finnian ke kediaman. Kau harus istirahat sekarang!" ucap Nichol tegas.
"Aku tahu, Nichol. Berhentilah marah..."
Mereka berdua saling berpegangan tangan, bersiap untuk melakukan teleportasi menuju kediaman Ravenscroft. Cahaya terang perlahan menyelimuti mereka, dan lorong bawah tanah yang hanya diterangi oleh cahaya obor kembali menjadi sunyi dan mencekam.
Segera, Liora tiba di kamarnya tanpa keberadaan Nichol, karena Nichol harus kembali ke menara sihirnya. Saina, yang masih menyamar menjadi Liora, langsung berlari menuju Liora, seakan meminta keadilan untuk dirinya. "My Lady... Anda begitu lama. Saya sangat takut," keluh Saina hampir menangis.
"Maafkan aku, Saina. Aku cukup bersenang-senang di luar, jadi lupa waktu," ucap Liora, membuat alasan.
Saina berhenti merengek dan kemudian mengalihkan tatapan ke arah Finnian yang masih berada dalam pelukan Liora.
"Elf? My Lady, Anda mendapatkan elf ini dari mana?" tanya Saina terkejut.
Karena elf biasanya berada di wilayahnya sendiri, yaitu hutan elf. Namun sekarang, ada satu elf yang berada di tengah wilayah manusia. Hal ini akan menimbulkan keributan dan membuat para bangsawan kelas atas memperebutkan elf seperti Finnian.
"Aku mendapatkan Finnian dari pasar budak," jawab Liora jujur.
Saina semakin terkejut. Tengkuknya menegang begitu mendengar pengakuan Liora. "My Lady pergi ke perdagangan budak?" ucapnya dengan sedikit gugup.
Liora mengangguk dengan polosnya. Ia tidak bisa berbohong kepada Saina meski sedikit pun. Jadi, ia memutuskan untuk jujur daripada harus berbohong.
"My Lady, di sana sangat berbahaya. Anda tidak apa-apa, kan?" tanya Saina khawatir, sambil memeriksa tubuh Liora dan memutari Liora karena sangat khawatir.
"Saina, aku tidak apa-apa. Lihatlah, aku kembali dalam keadaan baik-baik saja," ucap Liora berusaha meredakan kekhawatiran Saina.
Saina masih terdiam, menatap Liora dengan tatapan khawatir. Ia takut sesuatu terjadi pada nona mudanya ini. Ketakutannya semakin membesar sehingga tubuhnya mulai bergetar.
"Tapi, jika saja Anda tidak selamat, bagaimana? Tempat itu sangat berbahaya. Saya bahkan mendengar rumor bahwa tempat perdagangan budak itu sangat bengis!"
Liora memahami ketakutan Saina. Ia meletakkan tubuh Finnian di atas kasur, lalu mendekati Saina, mencoba untuk meredakan ketakutan Saina bagaimana pun caranya.
"Saina, maafkan aku, ya? Aku bisa menjaga diriku sendiri, percayalah. Nona mudamu ini sudah menjadi kuat, cukup kuat untuk melindungi diri," ujar Liora menenangkan.
"Mengapa Anda meminta maaf? Seharusnya... saya yang harus meminta maaf kepada Anda, karena saya tidak berada di sisi Anda terus-menerus."
Liora tersenyum. "Baiklah " ucapnya, "Kalau begitu, tolong buatkan aku makanan. Aku sudah sangat lapar... " lanjutnya mengusap perutnya yang ramping.
"Baik, My Lady."
...^^To be Continued^^...