Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
"Ketahuilah, Nak. Menikahi wanita yang sedang mengandung, haram hukumnya. Dan secara otomatis, pernikahan kalian itu tidak sah. Jadi, seandainya kamu telah menggaulinya, itu artinya kamu melakukan dosa zina," ujar Kyai Hasan dengan nada suara yang berat.
“Astaghfirullah,,,”
Nyonya Felly, Rama dan Indah berucap istighfar bersamaan. Indah menangis semakin tergugu. Dosa yang telah dia lakukan, kini mendatangkan dosa juga bagi orang lain, dan itu adalah orang yang telah menjadi malaikat penolongnya. Rasa sesal di hatinya semakin menggumpal.
Rama menunduk, tak berdaya menatap lantai. Kalimat Kyai Hasan berputar-putar di kepalanya, menyiksa hatinya. Ia merasa terjebak dalam sebuah kesalahan yang tak termaafkan.
“Yaa Allah, bagaimana bisa aku melupakan hukum dan aturan itu?” bisiknya pelan. Perlahan air matanya menetes. Air mata pertama sejak kepergian papanya. Selama ini dia tak pernah menangis. Kini pertama kalinya dia kembali menangis, dan itu karena dosa yang tanpa sengaja dia lakukan.
"Maafkan aku, Paman. Aku melupakan ajaran Paman. Aku terlalu mencintainya, hingga aku jadi khilaf," ujar Rama dengan suara gemetar.
Kyai Hasan menggeleng sedih. Ia menyesalkan Rama yang terburu-buru menikah tanpa mempertimbangkan hukum agama. Ia juga menyesalkan dirinya yang tidak datang saat itu. Seharusnya ia bisa mencegah apa yang tidak seharusnya terjadi.
“Jangan meminta maaf pada Paman. Mohon ampun lah pada Allah. Pada-Nya lah kamu berdosa. Bersujud lah pada-Nya. Percaya lah, Dia Maha pengampun. Tak ada dosa yang tak diampuni oleh-Nya. Apalagi kamu melakukan itu tanpa sengaja.”
“Ini kesalahanku. Aku yang mendesak mereka untuk segera menikah. Maafkan aku, Kak.” Nyonya Felly meminta maaf di sela-sela tangisnya. Kemarin dia terlalu berambisi. Melihat putranya bisa kembali pada sikap dan kebiasaan semula, dia ingin segera mengikat Indah, hingga melupakan hal yang begitu penting.
“Jangan menyalahkan diri Mama. Ini salahku juga. Aku yang mau.”
Mendengar nyonya Felly dan Tuan Rama saling menyalahkan diri sendiri, Indah semakin merasa bersalah. Tangis wanita itu semakin deras meski telah mencoba untuk tak bersuara.
“Walaupun kalian saling mencintai. Tapi Kamu juga harus menjalankan hidup berdasarkan hukum agama. Hukum itu Allah yang buat, bukan undang-undang negara yang bisa direvisi oleh manusia." kata Kyai Hasan.
“Dan bahkan jika kamu menggunakan alasan untuk menutup aib wanita itu, itu tetap tidak dibenarkan oleh agama. Jangan merubah aturan agama dengan alasan apapun.”
Rama begitu terpukul. Begitupun indah dan nyonya Felly. "Aku akan bertanggung jawab atas kesalahan ini, Paman. Tapi, bagaimana caranya mengatasi masalah ini? Dan, bagaimana dengan pernikahan kami, Paman? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menceraikan Indah?" tanya Rama, dengan suara yang terdengar lemah.
“Tanpa bercerai pun, pernikahan kalian sudah tidak sah. Kamu hanya harus menunggu bayi dalam kandungan Indah lahir. Lalu, menikahlah ulang setelah dia selesai menjalani masa nifas. Dengan begitu, pernikahan kalian akan sah di mata agama," jelas Kyai Hasan.
Rama terdiam sejenak, mencerna kata-kata Kyai Hasan. Semua yang diucapkan pamannya itu adalah benar.
"Baiklah, Paman. Aku akan menunggu dan melakukan semua sesuai dengan yang baru saja Paman ajarkan," jawab Rama.
"Semoga Allah SWT selalu menerangi langkahmu, Nak. Dan menjauhkanmu dari khilaf dan dosa," ujar Kyai Hasan.
*
“Tuh, kalian tadi dengar, tidak. Pernikahan Indah dan Tuan Muda itu tidak sah. Jadi dia itu bukan nyonya kita!” Ana begitu girang mengucapkan itu di depan Siti dan Narti, pelayan di rumah itu sebagai juru masak.
Siti dan Narti hanya saling pandang tak mau menanggapi. Sudah biasa bagi mereka. Mereka sudah sejak lama tahu kalau sebenarnya Ana itu naksir dengan Tuan Rama. Mereka sungguh menyayangkan Ana yang tak bisa melihat siapa dirinya.
“Apa kamu tidak bisa menghilangkan kebiasaanmu yang suka menguping pembicaraan majikan??” Bi Sumi menegur Ana keras. “Bibi benar-benar menyesal membawa kamu bekerja di rumah ini!”
***
“Kamu mau ke mana?” tanya Rama yang melihat Indah keluar kamar sambil membawa mukena berbungkus sajadah. Dia baru saja hendak ke kamar setelah berbincang dengan Kyai Hasan, dan di depan pintu bertemu dengan Indah yang tampak akan pergi.
“Saya akan kembali tidur dengan Bi Sumi, Mas. Kita bukan muhrim. Jadi, tidak seharusnya tidur dalam satu kamar.” Indah menjawab dengan kepala tertunduk.
Rama menghela nafas panjang. Yang diucapkan Indah memang benar. Tapi dia tak rela indah pergi dari kamar yang baru mereka tempati bersama seminggu yang lalu.
“Masuklah! Ada yang ingin ku bicarakan.” Rama memegang handle pintu, dan meminta Indah kembali masuk. “Sebentar saja,” ucapnya lagi karena indah terlihat ragu.
Akhirnya Indah pun menurut. Wanita yang perutnya makin membesar itu melangkahkan kakinya kembali ke dalam kamar.
“Tidurlah di sini! Aku yang akan pindah,” ucap Rama, ketika mereka telah duduk berdua di tepi ranjang. Tak lagi berdekatan, bahkan Indah menggeser duduknya sedikit menjauh.
“Itu tidak akan baik. Biarkan saya kembali ke tempat saya. Dan izinkan saya kembali bekerja seperti biasa. Sampai Allah benar-benar menjodohkan kita.” Indah menekan dadanya kuat-kuat. Dan menahan sebisa mungkin agar air mata tak mengucur lagi dari pelupuknya.
Rama merasakan hatinya berdenyut sakit. Walaupun sudah tahu mereka bukanlah sah sebagai suami istri, entah kenapa rasanya tak ingin melepaskan wanita itu. Mendengar Indah kembali berbicara dengan kata-kata formal saja, itu sudah membuatnya merasa tak nyaman. “Sekarang ataupun nanti. Kamu akan tetap menjadi istriku.”
“Saya sudah pernah melakukan dosa. Jangan biarkan saya melakukan dosa sekali lagi. Akan tidak pantas, jika saya tidur di kamar ini, sedangkan Tuan yang sebagai tuan rumah justru harus berpindah kamar,” Indah bersikeras menolak keinginan Rama.
“Maafkan saya, karena kedatangan saya, membuat Tuan dan Nyonya Besar, ikut terseret masuk ke dalam dosa yang seharusnya hanya menjadi tanggung jawab saya.”
Rama turun dari duduknya, lalu menekuk lututnya di depan Indah. Digenggamnya Januari tangan wanita itu. “Kenapa berbicara seperti itu? Aku yang menyukaimu. Aku yang jatuh cinta padamu. Aku yang tidak bisa menahan diri. Bukan kamu yang memaksaku. Jadi ini bukan salahmu.”
Indah ingin menarik tangannya, tetapi Rama menggenggamnya semakin erat. “Apakah boleh saya berbicara jujur?” Manik mata mereka beradu. Dan Rama mengangguk. “Saya juga sudah mengagumi, sejak pertama kali melihat Tuan.”
Rama tersenyum mendengarnya. “Jadi cintaku tidak bertepuk sebelah tangan?”
Indah menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak. Hanya saja waktu itu, rasa yang ada dalam hati saya hanya sebatas kagum. Saya mencoba membangun benteng yang kokoh, agar saya tidak tamak akan kebaikan Anda. Saya baru berani benar-benar jatuh cinta pada Anda, setelah Anda menikahi saya.”
Rama kembali tersenyum mendengar ucapan Indah. “Jadi untuk sekarang ini, tolong biarkan semua kembali seperti semula. Biarkan Allah menjodohkan kita kembali dengan jalannya.”
Senyum yang semula mengembang di wajah Rama sirna seketika. Tetapi dia juga tidak boleh egois. Dia juga ingin menjaga perasaan Indah. Mungkin gadis itu merasa tidak enak dengan pandangan teman-temannya.
“Baiklah aku setuju. Tapi jangan memanggilku Tuan lagi. Panggil aku seperti sebelumnya. Aku tidak suka Kamu bicara formal padaku.”
***
Di waktu yang sama di tempat lain.
Patrick menghela napas panjang, mengusap wajahnya kasar dengan dua telapak tangan. Gelisah. Bayangan Resti yang kacau ketika berpapasan di koridor sekolah masih menghantui pikirannya. Perkelahian dengan Monica, panggilan dari kepala sekolah, ia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia hanya mendengar dari ‘katanya’
Pertemuan singkat mereka. Tatapan tak acuh Resti, kembali berputar di kepalanya. Selama ini Ia selalu bersikap acuh, menganggap Resti hanya sebagai salah satu dari banyak siswi yang mengaguminya. Tapi kini, ada rasa berbeda yang mengusik hatinya. Hingga rasa frustasi menghimpitnya.
Patrick berdiri, mondar-mandir di kamarnya. Tak tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya. Hanya satu yang dia tahu, hati nuraninya mendorongnya untuk membantu Resti. Ahh,,, itu pasti hanya atas dasar kemanusiaan. Itu pasti karena dia merasa Resti tidak bersalah. Tapi,,, benarkah demikian? Lalu apa yang bisa dia lakukan untuk menolong Resti?
Ahh,,, ini dia,,,
Patrick meraih ponselnya, dia harus melakukan sesuatu.
“[Iya, Tuan Muda,,,]
“Aku mau rekaman CCTV kantin sekolah siang ini. Berikan padaku segera!”
*
*
Pembaca yang terkasih, di sini author juga masih belajar, dan belum bisa dikatakan pintar. Mohon dimaklumi jika seandainya ada salah dalam pemahaman author 🙏🙏🙏
Disampaikan oleh Yusuf Omar Ali As Shamaly
Jawaban
Syaikh Abdul Aziz Bin Baz rahimahullah menjawab:
Wanita yang sedang hamil baik dari hubungan yang halal maupun bukan (hubungan zina) tidak boleh dinikahi sampai dia suci atau sampai dia melahirkan kandungannya. Hal tersebut berlandaskan firman Allah azza wa jalla:
وَأُوْلاتُ الأَحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ
“Sedangkan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. “ (QS. At-Thalaq: 4)
Dan Hadist Nabi shallallahu alaihi wasallam yang melarang kita:
من كان يؤمن بالله واليوم الآخر، فلا يسقي ماءه زرع غيره
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah dia menuangkan air maninya pada tanaman orang lain.” (HR. Ahmad)
Yang dimaksud tanaman orang lain adalah janin yang disebabkan air mani orang lain.
bukan rama
tapi sama aja sih😅😅