Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang.
Malam hari.
Angin malam ini sejuk di bandingkan malam-malam biasanya. Hujan rintik-rintik di depan mengeluarkan aroma tanah yang berbaur dengan aroma bunga di teras kamar Zea.
Sudah di putuskan, setelah menikah Zea tetap tak ingin meninggalkan rumah utama peninggalan kakek neneknya, Al Jovano ikut tinggal di rumah ini meski kondisi keduanya masih belum benar-benar stabil.
Zea menatap keluar indah dan nyaman rasanya bisa pulang dan menikmati nyamannya kamar sendiri. Zea menutup jendela lalu menghampiri Al Jovano di ranjangnya.
Mata Al Jovano tak berkedip menatap Zea yang tak berjilbab, ini pertama kalinya Al Jovano melihat rambut hitam panjang terurai milik Zea.
Kibaran rambut yang menambah ayu wajah istrinya, kontras dengan kulit putih Zea. Al Jovano nyaris berdebar luar biasa saat tubuh Zea mendekat ke arahnya dengan senyum manisnya.
"Kamu kesurupan apa gimana?? ada yang salah?? " Zea bingung saat melihat wajah Al yang menatap dirinya tanpa berkedip itu.
"Aku gak nyangka kalau aku menikahi bidadari. " Ucap Al Jovano sambil tersenyum menatap Zea.
Sontak saja wajah putih milik Zea merona, namun tetap melanjutkan duduk di sisi Al Jovano, kemudian berbaring di sisinya.
Zea memakai baju tidur panjang namun tak memakai jilbab, Zea sudah berani melepas karena sudah tidak di rumah sakit.
Al Jovano meraih Zea lalu menarik pelan dan merapatkan tubuhnya pada Zea, "Kamu cantik banget. " Ucap Al Jovano lalu memeluk Zea.
Sebuah irama perasaan yang tak bisa di tuliskan, paduan rasa nyaman dan debaran jantung karena rasa bahagia bersatu dengan rasa ingin memiliki satu sama lain.
"Kamu wangi banget. " Suara Al Jovano parau dekat begini ada sesuatu yang berontak pada dirinya.
Zea tersenyum lalu meletakkan kepalanya di dada Al Jovano, jujur ada perasaan menggelitik pada dirinya, bagaimana dirinya bisa begitu nyaman berada di dekat brondongnya ini.
"Cup."
Kecupan di kening yang menenangkan mengalirkan segenap rasa yang tulus dari hati Al Jovano, kemudian rasa yang ingin dia tuangkan melalui dua baris merah muda yang manis dan ranum itu.
Keduanya pun memulai dengan sapuan rasa pada dua baris merah, yang baru sama-sama pertama kali baginya, indah dan manis juga memabukkan bagi mereka namun sama-sama amatir.
"Ah...Humm" Zea terlepas lalu tersadar dan segera menutup mulutnya saat suaranya keluar tanpa ijin dari otaknya.
Al Jovano memberikan lukisan indah di kulit putih lehernya, Zea meremang dan merinding di buatnya, tak pernah terbayang jika dia dan Al Jovano akan berada di titik ini.
"Shhht Geli ih." Zea melepaskan diri saat dua baris merah Al Jovano mulai turun ke area yang berbahaya menurut Zea.
"Jangan, nanti kakimu bakal sakit, Aku juga. Sementara kita pacaran dulu aja ya. " Kata Zea sambil mengigit bibirnya.
Mata Al Jovano sudah amat berkabut ingin lebih namun tubuhnya tak mampu untuk itu. Al Jovano melepaskan kegiatannya lalu memeluk Zea sambil menghirup dalam-dalam aroma kas dari tubuh istri kesayangan itu.
"Ckkk pengen lebih. " Ucap Al Jovano sambil menenggelamkan wajahnya pada dua benda yang hangat dan nyaman kesukaannya.
Zea meremang namun berusaha menahannya, jujur Zea pun sama siapa yang tak ingin merasakan indahnya rumah tangga sesungguhnya, namun apalah daya dirinya juga sedang masa pemulihan.
***
Pagi hari.
Menahan Nafas, bulu kuduk Zea merinding dan pipinya memanas, pertama kalinya Zea membantu Al Jovano melepaskan baju dan celananya untuk Mandi pagi ini.
"Zee, Maaf ya aku pasti merepotkan kamu, mana kamu juga masih begitu keadaannya. " Ucap Al Jovano muram.
"Stttt Udah bawel. " Kata Zea lalu memindahkan panda nanya ke hal yang lain saat benda keramat satu-satunya Al Jovano di lepas.
"Aku keluar ya. " Ucap Zea lalu berpegangan pada tembok untuk bangkit lalu meraih krek nya dan berjalan keluar.
"Hahhhhh. " Zea mengusap wajahnya bayangan tubuh Al Jovano masih menari di matanya.
"Astagaa, Mesum. " Ucap Zea lalu memukuli kepalanya.
Zea geleng-geleng kepala atas pikiran kotor yang sempat mampir di kepalanya, lalu menuju lemari dan menyiapkan baju Al Jovano.
Al Jovano keluar lagi-lagi hanya tertutup handuk dari pinggang dan itupun hanya di selimut kan, Zea tersenyum menahan malu namun juga menghadap ke arah Al Jovano.
"Bisa?? " Tanya Zea dengan wajah memerah.
"Kok pandangan kamu terlihat seperti ingin gitu sih?? " Ucap Al Jovano membuat wajah Zea memerah.
"Ternyata beneran menikah dengan wanita dewasa itu sudah pandai masalah begituan. Buktinya lihat tubuh polos ku wajahmu seolah memintaku. " Ucap Al Jovano yang sukses membuat Zea semakin memerah dan kesal.
"Iiih Apaan sih?? gak jelas! " Zea lalu meninggalkan Al Jovano yang sedang memakai bajunya, Zea sendiri masuk ke kamar mandi untuk mandi dan membiarkan Al Jovano mengenakan baju sendiri.
Al Jovano sudah terlatih, sejak di rumah sakit semenjak berdua di ruangan dirinya sudah terbiasa memakai baju sendiri, biasanya Mama Hany hanya membantu melepas celana panjang saat mandi, lalu untuk memakainya Al Jovano bersikeras untuk memakai sendiri.
Al Jovano selesai memakai baju namun sepertinya Zea tengah membalas sikap usilnya tadi, Zea hanya keluar memakai tank top dan celana selutut nya membuat Al Jovano meremang seketika, seandainya kondisinya sedang tidak seperti ini tentu tidak akan dia sia-sia kan.
"Zee! " Panggil Al Jovano menatap Zea.
"Hmm." Zea menoleh sambil duduk di kursi riasnya dan memakai lotion di seluruh tubuhnya.
"Kamu membalas ku ya?? " Kata Al Jovano memerah, karena melihat penampilan Zea seperti itu saja sudah membuat sesuatu dari dirinya bangun.
"Hih, Pede, aku biasanya kaya gini tuh." Ucap Zea lalu mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut.
Al Jovano mendekat dengan kursi rodanya, lalu meraih tubuh Zea memeluknya dari samping, sehingga Zea menjerit saat ada cubitan di pinggang rampingnya.
"Aaauh. ihhh, sakit. " Teriak Zea.
"Kamu jangan gini, Aku gak kuat iman! " Ucap Al Jovano parau.
"Hahaha. Kasian banget sih kita. " Ucap Zea lalu mengecup pipi Al Jovano singkat.
Cup
Al Jovano tak tinggal diam lalu meraih wajah Zea dan melampiaskan keinginannya pada hal lain yang indah yang mampu membuat keduanya hanyut dalam pertalian rasa tanpa penyatuan.
"I Love you. " Ucap Al Jovano setelah melepaskan Zea.
"Love you too My Al." Ucap Zea sukses membuat Al Jovano tersenyum bahagia.
Ah, My Al sebutan unik namun mampu membuat dirinya bangga Al kepunyaan Zea, "Yah, Aku Al mu, selamanya akan menjadi Al mu." Ucap Al Jovano lalu meraih kembali wajah Zea kali ini lebih dalam sebagai ungkapan rasa bahagianya.
"Love you My Zee." Kata Al Jovano sembari mengusap bibir Zea.
"Too, too, too more My Al." Jawab Zea yang langsung mendapat serangan ulang dari Al Jovano saking bahagianya.
***
Yuk senin, Vote nya jangan lupa.
Baca berarti jangan lupa Like, komen dan Subscribe ya.
Yang meninggal jejaknya Author doakan sehat, sukses dan lancar selalu rejekinya.
🙏🙏🙏🥰🥰🥰🥰
emmg sebucin itu al sama zea ,no debat