Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19. AMP
Dewa menyenderkan bahunya ke belakang sembari meletakkan ke dua tangannya menyangga kepalanya. Dia memejamkan netranya menghela nafas panjang. Sampai akhirnya dirinya tertidur pulas.
"Pak Dewa ini Merry," ucap Merry seraya mengetuk pintu.
Merry mencoba mengetuk pintu kembali lantaran belum ada jawaban dari Dewa.
"Dewa ngapain? Kenapa tidak menjawabku," ucapnya pelan.
Merry membuka pintu ruangan kerja Dewa dengan pelan. Dia menjorokkan kepalanya ke dalam seraya mencari keberadaan atasannya lalu Merry melangkah masuk ke dalam seraya berjalan pelan-pelan hingga tak menimbulkan suara ketukan sepatu high helss nya.
Langkahnya semakin berani maju mendekati meja atasannya lalu menghentikan langkahnya tepat di depan Dewa yang masih tertidur. Merry meletakkan beberapa berkas yang akan di tandatangani Dewa di atas meja kerja kemudian membalikkan badannya dan meninggalkan ruangan Dewa.
Akan tetapi, baru beberapa langkah Merry menghentikan langkah kakinya lantaran penasaran. Dia memutar kembali badannya lalu berjalan lagi mendekati meja Dewa. Setelah sampai di depan atasannya Merry memandang wajahnya lekat meskipun terhalan meja kerja.
Dia tidak berhenti menatap lekat setiap jengkal lekukan wajah Dewa yang terpahat sempurna. Sambil tersenyum tipis Merry melihat wajah Dewa sampai puas kemudian dia mengeluarkan ponsel dari saku rok spannya. Merry menekan kamera ponselnya lalu memotret Dewa hingga beberapa kali. Tidak hanya itu saja Dia bahkan mengarahkan kamera ponselnya ke atas sembari membelakangi Dewa kemudian memotretnya seakan mereka berdua tengah foto bersama.
Dewa tiba-tiba menarik tangannya lalu mengangkatnya ke atas. Dia membuka matanya pelan. "Merry." panggilnya.
Merry yang tengah membelakangi Dewa seketika berbalik menatapnya dengan cepat dia memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. "Pak Dewa, maaf pak mengganggu. Ini ada berkas yang Bapak tandatangani," ucapnya gugup.
"Oh mana?"
Merry menyodorkan berkas tepat di depan Dewa kemudian membatunya menunjukkan dengan jari telunjuknya dengan kuku yang memakai nail art merah yang canti. "Di sini Pak Dewa," ucapnya lembut.
Dewa pun mengambil bolpoin dari tempatnya lalu menandatangani setiap berkas yang di tunjukkan Merry. Setelah selesai semuanya Merry kembali ke ruangannya dengan hati berbunga-bunga. Dia membuka galeri ponselnya melihat hasil fotonya tadi dengan tersenyum bahagia, tanpa di sadari dirinya kini telah jatuh ke dalam pesona suami sahabatnya sendiri.
***
"Dewa, Mama kangen," ujarnya dengan suara parau.
Wanita paruh baya itu meringkuk di atas kasur seraya mencium foto Dewa saat masih kecil. Ia mengalami demam dan menggigil serta nyeri pada area persendian dan tulang, terutama di bagian tulang belakang atau tulang dada. Tubuh wanita itu semakin hari semakin kurus di makan penyakit yang di deritanya.
Beruntungnya dia memilik majikan yang berbaik hati, mengerti kondisinya jadi di saat penyakitkan kambuh Matteo mengijinkannya beristirahat sesuka hati Sania, sampai dirinya merasa membaik. Sangat menyesal itulah yang di alaminya. Dia tidak bisa lagi memutar waktu, bahkan untuk memperbaiki kesalahannya saja Sania tidak dapat kesempatan lagi.
"Sania, aku antar periksa ke rumah sakit ya? Badan kamu panas sekali," ajak pelayan lain.
Sania menggelengkan kepalanya. "Aku tidak apa-apa, sebentar lagi juga sembuh," sahutnya.
Matteo berdiri di ambang pintu kamar Sania. "Sania, aku antar ke rumah sakit saja ya? Kamu sering sakit-sakitan beberapa bulan ini," ucap Matteo.
Sania memiringkan badannya kemudian di bantu temannya beranjak dari ranjang lalu duduk di pinggir menatap Matteo. "Tidak Tuan Matteo, Saya hanya demam saja sebentar lagi juga akan sembuh."
"Ya sudah kalau gitu. Kamu rawat dia sampai sembuh."
"Baik Tuan."
Lanjut chapter berikutnya 😊