Balas dendam seorang perempuan muda bernama Andini kepada mantan suaminya yang pergi karena selingkuh dengan janda muda kaya raya.
Tapi balas dendam itu tidak hanya kepada mantan suaminya, melainkan ke semua lelaki yang hanya memanfaatkan kecantikannya.
Dendam itu pun akhirnya terbalaskan setelah Andini membunuh dan memutilasi semua pria yang coba memanfaatkannya termasuk mantan suaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Sementara di apartemen, Fika yang saat ini sudah sangat frustasi duduk menangis di lantai dengan punggung bersandar di samping tempat tidur. Dia terus menjambak-jambak rambutnya karena merasa dia saat ini adalah wanita yang sudah tidak berharga lagi.
Sandy yang khawatir dengan keadaan Fika karena seharian ini dia tak memberikan kabar sama sekali. Tak berselang lama Sandy datang ke apartemen lalu masuk dan langsung menghampiri Fika dan memeluknya.
"Astaga Fika, kamu kenapa sayang?"
Tanya Sandy yang sangat khawatir sambil merapikan rambut Fika yang berantakan.
"Mas kamu masih mau janji kan sama aku?"
Fika balik bertanya dengan seluruh kecemasan di dalam hatinya.
"Janji apa? Sebenarnya ada apa bilang sama Mas siapa yang sudah menyakitimu?"
"Jawab dulu Mas, jawab!"
Fika sedikit kencang menyuruh Sandy untuk menjawab pertanyaannya.
"Iya janji apa?"
"Kamu janji kan bakal menikahi aku secepatnya?"
Fika bertanya sambil menatap serius wajah Sandy.
"Iya Mas janji, setelah semuanya selesai kita akan menikah kita akan hidup bahagia berdua."
Fika langsung memeluk erat Sandy karena dia merasa hanya Sandy lah orang satu-satunya yang dia percaya saat ini.
"Kamu cerita sama Mas, ada apa sebenarnya?"
Tanya Sandy sambil mengusap punggung Fika.
"Aku ingin pulang ke rumah ibu di kampung Mas, aku sudah nggak betah tinggal di sini."
"Kenapa tiba-tiba begini?"
Tanya Sandy yang perlahan mulai melepaskan pelukan Fika.
"Aku bilang aku ingin pulang, kalau kamu sayang sama aku tolong kamu bawa aku pergi dari sini. Aku sudah nggak mau tinggal di sini."
Jawab Fika sambil menangis tersedu-sedu.
"Yaudah yaudah sekarang kamu tenang dulu ya! Nggak bisa mendadak, Mas masih butuh waktu beberapa hari lagi."
"Aku nggak mau tahu. Antar aku pulang secepatnya aku sudah nggak mau ada di sini lagi."
Fika sedikit marah kepada Sandy.
"Yaudah yaudah kalau kamu memang maunya begitu, tapi kamu pulang sendiri dulu, nanti mas pesankan tiket untuk kamu berangkat besok. Mas janji akan menyusul setelah urusan Mas dengan Lita selesai. Kamu nggak mau kan Mas pulang nggak bawa apa-apa?"
"Aku khawatir sama kamu Mas, sepertinya Lita sedang memata-matai kita. Makanya aku ingin pergi secepatnya dari sini."
"Kamu di ancam?"
"Ya aku merasa nggak tenang aja, pokoknya secepatnya kamu harus pergi setelah urusanmu dengan Lita selesai. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa."
Ucap Fika sambil memegang pipi Sandy.
"Kamu tenang saja ya, mas jamin semuanya akan baik-baik saja. Besok kamu pulang duluan nggak papa kan?"
"Yaudah nggak papa. Tapi kamu janji kan akan menyusul?"
"Iya Mas janji pasti akan menyusul. Sudah jangan sedih lagi sekarang kamu tenang ya!"
"Iya Mas."
Fika akhirnya sedikit tenang setelah Sandy berbicara dan meyakinkannya.
Sandy juga sudah merencanakan sesuatu agar ketika berpisah dengan Lita dia bisa membawa sebagian hartanya untuk bekal hidup bersama Fika nantinya.
"Fika, malam ini kamu kemas barang-barang berharga milikmu yang kira-kira bisa di bawa. Untuk aset dan yang lainnya biar nanti mas lelang untuk tambahan bekal kita di kampung."
Ucap Sandy sambil meminum segelas air putih.
"Tapi di kampung nanti kita nggak bisa menikmati kemewahan seperti ini lagi. Kamu nggak papa?"
Tanya Fika yang kini duduk di atas tempat tidur.
"Nggak papa, sepertinya Mas akan lebih tenang hidup di kampung, Mas sudah bosan hidup seperti ini. Mas juga ingin hidup tenang sebenarnya."
"Kita akan hidup sederhana di kampung, kamu nggak papa?"
"Nggak papa sayang, asal kamu selalu menemani Mas setiap waktu, Mas pasti akan selalu senang menjalaninya."
"Serius?"
"Iya sayang kali ini mas sungguh-sungguh serius."
Jawab Sandy sambil mencubit manja pipi Fika.
"Aku percaya ko sama kamu Mas, jangan pernah ninggalin aku ya!"
Fika memeluk Sandy yang kini berdiri di depannya.
"Mas nggak akan pernah ninggalin kamu. Udah ya nggak perlu khawatir!"
"Em, iya Mas."