Kinara yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi luar negeri segera pulang ke kampung halamannya untuk segera bertemu dengan kakak kandungnya yang sejak lama tinggal bersama sang nenek.
Namun hal tak terduga terjadi, kakaknya yang ditemukan tak bernyawa di belakang sekolah, menimbulkan berbagai spekulasi.
Mampukah Kinara menyibak rahasia kematian sang kakak ?.
Yuk baca cerita lengkapnya disini, dan jangan lupa like serta dukungannya agar Kinara bisa menyibak rahasia kematian sang kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiana Lail, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 6. Rumah tersembunyi
Boy masih terus berlari sambil menggenggam tangan Kinara dengan erat. Ia tidak mau siapapun menemukan Kinara. Setelah jauh berlari, Boy membawa Kinara masuk ke sebuah gubuk yang sudah reot.
Sambil menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan aman, Boy segera mendorong pintu rumah yang terlihat sangat kotor tersebut.
Ia mengajak Kinara menuju sebuah kamar yang tertutup rapat. Perlahan Boy membuka kamar tersebut yang terlihat berdebu, banyak sarang laba-laba yang berada di sudut kamar tersebut.
Boy membuka pintu lemari yang terlihat sangat rapuh. Setelah pintu terbuka Boy segera menarik tangan Kinara agar ikut masuk kedalam lemari tersebut.
"Tempat apa ini ? Bahkan ada ruang rahasia di dalam rumah yang hampir roboh ini ?." tanya Kinara di dalam hati.
Setelah berjalan beberapa meter di dalam sebuah lorong. Akhirnya terlihat sebuah rumah kecil yang sederhana namun terlihat sangat cantik.
Dengan penasaran Kinara mengikuti langkah Boy menuju rumah cantik itu. Boy memberikan sebuah kunci kepada Kinara.
"Masuklah nona, ini adalah rumah yang selalu nona Kinan gunakan untuk menenangkan diri. Nona Kinan lebih sering menghabiskan waktunya di dalam rumah ini." jelas Boy.
Kinara menerima kunci tersebut, dan perlahan berjalan menuju pintu. Dengan penasaran Kinara membuka pintu rumah tersebut.
Rumah yang terlihat sangat bersih dan rapi. Meskipun tidak banyak barang mewah di dalamnya tetapi rumah ini terasa sangat nyaman.
Ada sebuah kamar dan juga dapur mini. Semua perabotan masih terlihat sangat bersih, terlihat sangat pemilik rumah adalah orang yang sangat rajin dan cinta kebersihan.
Bahkan masih ada aroma wangi seorang perempuan. Apakah ini aroma parfum dari sang kakak ?.
Ah, Kinara tiba-tiba merindukan sosok sang kakak. Yang selalu terlihat ceria dengan cerita-cerita indahnya.
Hari-hari yang ia lalui selalu membuat iri dirinya yang jauh dari sanak dan saudara. Senyuman sang kakak yang selalu ia lihat dari video call yang ia lakukan setiap hari.
Perlahan Kinara membuka pintu kamar yang ia yakini kamar sang kakak.
Deg
Hati Kinara seolah dihantam sebuah batu yang sangat besar. Kamar yang setiap hari ia lihat sebagai latar belakang sang kakak saat melakukan video call ternyata berada di rumah mungil yang tersembunyi di balik gubuk yang sangat reot.
Bukan sebuah kamar yang berada di dalam istana Abimanya. Barang-barang masa kecil mereka semuanya tersimpan rapi di dalam kamar ini.
Kinara memeriksa dan memperhatikan semua yang ada di sudut kamar tersebut. Ia sangat yakin pemandangan itulah yang ia lihat setiap hari saat berbincang-bincang dengan sang kakak.
Kinara terduduk dilantai, tak terasa air matanya mengalir begitu saja. Ia tidak pernah menyangka bahwa sang kakak telah menyembunyikan semua penderitaan yang ia alami selama ini seorang diri.
Lalu dimana peran keluarga Abimanya yang selalu ia rindukan ? Keluarga yang selalu membuat ia iri terhadap sang kakak.
Atau sebenarnya ia jauh hidup enak beribu-ribu kali lipat dari sang kakak ? Atau sebenarnya sang kakak yang selalu merasa iri terhadap kehidupannya di luar negeri ?.
Ah, mengapa dulu sang kakek tidak membawa Kinan ikut serta bersamanya. Meskipun waktu itu sang kakak belum lulus dari sekolah dasar, setidaknya ia bisa pindah ke sekolah yang sederajat di luar negeri.
"Nona, apakah anda baik-baik saja ?" tanya Boy sambil mengetuk pintu kamar.
Kinara masih menangis dengan pilu, ia tidak bisa berkata-kata, hanya ada sebuah penyesalan dan banyak tanda tanya di dalam pikirannya.
Boy menyerahkan segelas air putih kepada Kinara. Ia tidak tau apa yang membuat Kinara menangis seperti itu.
Bukankah ia tadi masih baik-baik saja, lalu mengapa ia tiba-tiba menangis pilu setelah masuk kedalam kamar nona Kinan ?.
Meskipun penasaran Boy tidak bisa langsung bertanya kepada Kinara. Kinara masih menangis sesenggukan dihadapan Boy.
"Nona muda maaf." ucap Boy sambil menari Kinara dalam pelukannya.
Ia tidak tega melihat Kinara bersedih seperti itu. Meskipun setiap hari ia melihat Kinan menangis di tempat ini. Tapi ia tidak berani melakukan hal semacam ini kepada nona Kinan.
Tapi mengapa ia begitu merasakan sakit saat melihat Nona Kinara menangis seperti ini. Rasanya ia ingin menggantikan posisi Kinara agar ia tidak bersedih lagi.
Rasanya ia ingin menghapus setiap air mata yang jatuh dari sudut mata indahnya. Rasanya ia ingin memeluk tubuh mungil itu kedalam pelukannya agar tidak ada siapapun dan apapun yang akan membuatnya bersedih.
Sungguh konyol memang, tapi itulah yang Boy rasakan saat ini. Entah bagaimana reaksi Kinara nanti yang jelas ia hanya ingin memeluk Kinara dan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.
"Terimakasih Boy. Terimakasih telah membawa aku ke tempat ini. Aku jadi bisa merasakan aroma wangi kak Kinan." ucap Kinara masih dalam pelukan Boy.
Boy hanya bisa mengusap punggung Kinara, ia tidak tau harus berkata apa. Ia hanya tidak ingin gadis dalam pelukannya bersedih.
"Siapa yang membuat rumah ini untuk kak Kinan Boy ?." tanya Kinara sambil melepaskan pelukan Boy.
"Saya tidak tau nona, sejak saya mengenal nona Kinan, rumah ini sudah ada. Bahkan nona Kinan yang mengajak saya kesini untuk pertama kalinya."
"Saya mengenal nona Kinan, saat saya masuk ke SMA Nusa Bangsa. Saat saya ditugaskan oleh kakek Fatih dan Paman Bram untuk menjaga Nona Kinan."
"Maaf nona muda. Saya tidak banyak tentang kehidupan masa lalu nona Kinan." jelas Boy.
"Uncle Bram pasti tau banyak tentang kak Kinan. Ayo kita kembali ke rumah uncle Bram." ajak Kinara sambil berdiri.
"Tidak nona, lebih baik kita bersembunyi di sini dulu. Anggota naga hitam pasti masih mencari kita berdua."
"Kita bisa keluar saat keadaan aman. Sejauh ini tempat ini adalah tempat paling aman untuk nona bersembunyi." tolak Boy.
"Naga hitam ?." tanya Kinara.
"Naga hitam adalah kelompok bawah tanah yang selalu menjadi pengawal Queen. Ia tidak akan segan-segan melakukan hal kejam kepada siapapun yang dikehendaki oleh Queen."
"Apakah kak Kinan pernah menjadi korban naga hitam ?."
"Mungkin, saya tidak tau pasti apa yang nona Kinan alami saat ia kembali ke istana Abimanya. Saya hanya bisa menjaga nona Kinan saat berada di luar istana Abimanya."
"Sayangnya saat saya mendapatkan serangan dari orang-orang yang tak dikenal. Saya kehilangan nona Kinan."
"Hingga beberapa hari yang lalu saya mendapatkan kabar bahwa nona Kinan telah tiada." jelas Boy sambil menundukkan kepalanya.
Ia terlihat sangat menyesal karena gagal melindungi nona Kinan yang sudah tiga tahun ia jaga. Dan ia siap menanggung semua konsekuensi atas kegagalannya.