TAMAT
.
Kisah Kaisar yang hidup dalam keluarga yang tidak utuh, Ayahnya menceraikan sang Ibu dan lebih memilih cinta pertamanya semasa muda dulu.
Sang Ibu terpaksa meninggalkan Kaisar karena ancaman suaminya sendiri, ia pergi membawa bayi perempuan yang masih berada diperutnya dan terlahir dengan nama Keiina yang tidak diketehaui keberadaannya oleh suaminya.
Kaisar tumbuh menjadi anak yang penuh dengan dendam dan sangat membenci sang Ayah juga istri yang sudah merebut posisi ibunya, di masa depan ia mencari keberadaan sang ibu dan adik yang belum pernah ia temui.
Apa yang terjadi dengan hubungan Kakak beradik antara Kaisar dan Keiina?
Akankah mereka saling mengenali saat bertemu untuk pertama kalinya?
Bagaimana saat cinta menghampiri Kaisar maupun Keiina, akankah pengkhiatan sang Ayah membuat mereka trauma dan membatasi diri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
"Ambilah, hidupmu tidak akan kekurangan dengan semua itu, setiap bulan kamu akan mendapatkan uang dari bagian sahammu." Kata Anhar dengan nada dingin, namun di setiap perkataannya ada perasaan bersalah yang slalu Anhar tepis.
Adelia meraihnya dan tidak menjawab apapun, ia hanya menundukan kepalanya tanda menghormati. Adelia menengok kearah Mutia dan berkata. "Ma, titip Kaisar." Ucapnya dengan penuh permohonan.
Mutia mengusap lengan Adelia, "Mama akan menjaga Kaisar, bila perlu dengan nyawa Mama sekalipun."
"Mama harus tetap sehat untuk menjaga Kaisar. Jangan lupa minum vitamin Mama. Aku sudah bilang pada Nina untuk menyiapkan vitamin Mama sebelum tidur." Kata Adelia.
Mutia tidak bisa berkata kata lagi, ia menarik Adelia dan memeluknya. "Maafkan Mama, Del. Mama tidak tau jika Anhar akan sekejam ini padamu."
Setelah menetralisirkan rasa kesedihannya, Adelia dan Mutia melangkah menuju teras rumah, Adelia tidak sedikitpun mengucapkan sepatah kata perpisahan dengan Anhar, hatinya hancur dan seolah mati begitu saja.
"Mamaa.." Panggil Kaisar dan Adelia berjongkok di depan Adelia.
"Jadi anak yang baik dan menurutlah sama Oma." Kata Adelia entah untuk keberapa kalinya.
Kaisar mengangguk. "Mama jaga kesehatan, jangan capek capek ya keljanya." Ucap Kaisar.
Adelia tersenyum, berusaha terlihat baik baik saja di depan Kaisar meski tanpa Adelia sadari, diam diam Kaisar sering melihat Adelia menangis sendirian.
Adelia melangkah masuk ke dalam mobil. Supir pribadi Mutia bernama Hadi akan mengantar Adelia ke rumah barunya.
"Daaah Mama, Kai sayang Mamaa." Kata Kaisar sambil melambaikan tangannya saat melihat mobil yang ditumpangi oleh Adelia mulai bergerak dan meninggalkan kediaman rumah keluarga Wiguna.
Mutia hanya bisa menatap dengan nanar kepergian menantu yang ia sayangi itu, tangannya terlulur untuk mengusap rambut Kaisar.
"Kai..." Panggil Anhar.
"Iya, Pa." Kaisar menoleh pada Anhar.
"Masuklah bersama Mbak Nina, bermainlah di dalam kamar." Kata Anhar.
Nina segera megambil alih Kaisar dan membawanya ke kamar Kaisar. Begitupun dengan Mutia yang ingin segera masuk ke kamarnya.
"Tunggu, Ma." Ucap Anhar.
"Ada apa lagi?" Tanya Mutia dengan rasa kesal.
"Jangan bawa Kaisar untuk bertemu dengan Adelia selama beberapa waktu hingga aku menikah dengan Riska." Ucapnya tanpa rasa bersalah.
Mutia menatap Anhar dengan tajam, "Mama tidak yakin jika kamu adalah anak Mama, kamu seperti orang lain untuk Mama." Mutia menghela nafas sejenak. "Lakukan apa yang akan membuatmu bahagia, Har. Mama pastikan kamu akan menyesalinya nanti. Ucapnya dan langsung masuk menuju kamar tidurnya.
Anhar memenjamkan matanya dan menepis segala kekhawatirannya, bukankah doa seorang ibu itu akan menembus langit? Bagaimana jika doa Mutia terkabul nanti? Benarkah Anhar akan menyesal?
Di sisi lain, Adelia baru saja tiba di sebuah rumah yang cukup besar, Hadi membukakan pintu mobil dan menurunkan koper koper milik Adelia.
"Nyonya muda, mari saya antar masuk." Kata Hadi penuh dengan hormat.
"Pak Hadi jangan panggil saya Nyonya muda, saya sudah bukan istri dari Tuan muda Anhar Wiguna lagi." Ucap Adelia dengan sendu.
"Tapi hanya Nyonya muda Adelia yang Tuan Wiguna sukai untuk menjadi pendamping Tuan muda Anhar." Balas Hadi, Supir pribadi keluarga Wiguna yang sudah ikut mengabdi dua puluh lima tahun lamanya.
Adelia tersenyum miris. "Dari sekarang jangan lagi memanggil saya dengan Nyonya muda."
Hadi hanya menunduk dengan hormat.
"Pak Hadi." Panggil Adelia.
"Iya Nyonya Adel." Kata Hadi yang kini memanggil dengan panggilan Nyonya Adelia tanpa ada embel embel Nyonya muda.
"Saya titip Kaisar, jika nanti Kaisar mulai bersekolah, saya ingin Pak Hadi yang mengantar jemputnya." Pinta Adelia memohon.
"Jangan khawatir, Nyonya Adel. Saya menyayangi Tuan muda Kaisar seperti cucu saya sendiri. Saya akan menjaganya." Ucapnya tulus.
Hadi undur pamit setelah meyakini Adelia masuk ke dalam rumah. Adelia disambut oleh 3 asisten rumah tangga, ternyata Anhar selain memberikan rumah mewah ini, juga memberikan 3 orang asisten, 1 orang tukang kebun dan 1 orang penjaga keamanan.
Adelia bersikap ramah saat memperkenalkan diri. Ia berkeliling mengenali setiap sudut rumahnya. Rumah mewah yang diberikan oleh Anhar.
"Aku merasa seperti telah menjual kehidupanku dan menukar putraku dengan semua ini." Gumam Adelia.
**
Tiga hari berlalu, Kaisar mulai merasakan kesepian dan merindukan sosok Adelia.
"Tuan muda, ayo makan." Bujuk Nina.
"Aku gak mau, Mbak. Aku ingin ketemu Mama." Ucap Kaisar dengan keras kepala.
Anhar yang mendengar hal itu langsung mendekat ke arah sang putra.
"Kenapa Kai tidak mau makan?" Tanya Anhar.
Kaisar hanya memperlihatkan wajah cemberutnya.
"Maaf Tuan besar, Tuan Muda Kai ingin makan bersama Nyonya Adelia." Jawab Nina ragu ragu.
Anhar menghela nafasnya. "Kai, mau ikut Papa?" Tanya Anhar.
Kaisar langsung menoleh ke arah Anhar, "Beltemu dengan Mama?" Tanya Kaisar berbinar.
Anhar menggelengkan kepalanya. "Bukan bertemu dengan Mama, tapi Papa mau menjemput seseorang di bandara."
Kaisar mengernyit heran, "Siapa?" Tanyanya.
Anhar seolah hati hati menyebutkan nama Riska, namun ia mengalihkannya. "Kita melihat pesawat di Bandara, bagaimana?" Tanyanya.
Dan benar saja hal itu membuat Kaisar mengangguk cepat. "Kai mau, Pa. Kai mau lihat pesawat, nanti kalau Mama sudah pulang dali keljanya, Kai mau libulan sama Mama naik pesawat." Ucap Kaisar antusias.
Anhar membawa Kaisar untuk pergi ke Bandara, ia memangku Kaisar yang tidak ingin duduk sendiri.
"Kai..." Panggil Anhar dengan lembut.
"Iya, Pa." Jawab Kaisar.
"Kai sayang Papa, tidak?" Tanya Anhar.
Kaisar mengangguk. "Tentu saja Kai sayang Papa, Kai juga sayang Mama dan juga Oma."
"Kai lebih sayang Papa atau Mama?" Tanya Anhar ingin tau.
Kai langsung menjawab dengan cepat. "Kai sayang Mama."
"Tidak sayang Papa?" Tanya Anhar lagi.
"Papa, Kai sayang Papa, tapi Kai lebih sayang Mama." Jawabnya keras kepala.
"Kenapa?" Tanya Anhar penasaran.
"Hemm." Kaisar seolah berpikir. "Kalau Papa masih punya Oma. Tapi kalau Mama cuma punya Kai." Jawabnya.
Anhar terdiam, ia tidak menyangka jika sang anak bisa berpikir sejauh itu.
"Bagaimana jika Mama tidak pulang lagi?" Tanya Anhar.
"Kai akan susulin Mama kelja." Jawabnya.
Anhar berpikir kembali. "Bagaimana jika Kai punya Mama baru?"
Kai menggelengkan kepalanya. "Mama Kai cuma satu, Pa. Mama Adel." Jawab Kaisar.
Hadi yang sedang menyetir pun hanya bisa menyayangkan sikap Anhar. Sikap Anhar sungguh jauh dari sikap Tuan Agam Wiguna yang sudah meninggal setahun yang lalu.
Mereka tiba di Bandara, Anhar membawa Kaisar menunggu di ruang tunggu hingga suara heel samar samar terdengar dan semakin jelas.
Kai kecil melihat seorang wanita yang dengan beraninya mengecup bibir Anhar. Kai refleks mendorong wanita itu hingga wanita itu terhuyung kebelakang.
"Jangan cium Papaku!!" Kata Kaisar dengan marah dan peneh kebencian.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
gmn rsa nya jd kai n kei