“Aku menghamilinya, Arini. Nuri hamil. Maaf aku selingkuh dengannya. Aku harus menikahinya, Rin. Aku minta kamu tanda tangani surat persetujuan ini.”
Bak tersambar petir di siang hari. Tubuh Arini menegang setelah mendengar pengakuan dari Heru, suaminya, kalau suaminya selingkuh, dan selingkuhannya sedang hamil. Terlebih selingkuhannya adalah sahabatnya.
"Oke, aku kabulkan!"
Dengan perasaan hancur Arini menandatangani surat persetujuan suaminya menikah lagi.
Selang dua hari suaminya menikahi Nuri. Arini dengan anggunnya datang ke pesta pernikahan Suaminya. Namun, ia tak sendiri. Ia bersama Raka, sahabatnya yang tak lain pemilik perusahaan di mana Suami Arini bekerja.
"Kenapa kamu datang ke sini dengan Pak Raka? Apa maksud dari semua ini?" tanya Heru.
"Masalah? Kamu saja bisa begini, kenapa aku tidak? Ingat kamu yang memulainya, Mas!" jawabnya dengan sinis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Empat
Nuri mengepalkan tangannya, ia benar-benar marah pada Heru. Tidak mengerti jalan pikiran Heru sekarang ada di mana. Setelah menjadi Direktur, Heru semakin berubah, dia semakin gila kerja, bahkan mengabaikan janjinya yang akan menikahi dirinya. Nuri tidak tahan lagi, ia sudah ingin cepat-cepat menikah, ia sudah ingin memiliki Heru seutuhnya, juga kekayaan Heru.
Nuri masih gelisah menunggu kedatangan Heru. Dia memang izin, karena akan menghadiri sidang di pengadilan Agama. Semua sudah tahu kalau Heru akan cerai dengan Arini. Semua yang mengenal pasangan itu menyayangkan kalau mereka berpisah. Apalagi ternyata Heru yang selingkuh. Semua tidak tahu siapa selingkuhan Heru. Arini pun bungkam, saat dia ditanya awak media waktu acara konferensi pers siapa selingkuhan suaminya. Dia hanya bilang, yang jelas seorang perempuan, yang bisa hamil, yang bisa memberikan Heru keturunan, tidak seperti dirinya yang mandul. Malah perempuan itu sedang mengandung anak Heru sekarang. Begitu yang disampaikan Arini pada awak media saat di tanya perihal siapa selingkuhan suaminya itu.
Arini tidak mau mengumbar aib suaminya terlalu dalam. Biar saja, toh nanti semesta akan membuktikan, dan membuka siapa perempuan yang menjadi simpanan Heru.
“Gelisah banget, Nuy?” tanya seorang temannya.
“Sepi ya, gak ada Pak Heru? Kamu kan dekat dengan dia, atau jangan-jangan kamu sebetulnya selingkuhan Pak Heru?” ucap teman lainnya.
“Kamu apaan sih! Mana kutahu soal itu? Aku dekat dengan Pak Heru ya karena biar dikasih posisi yang baik, ya karena dekat dan tahu kerja ku bagaimana, siapa tahu kan direkomendasikan menjadi manager gitu?” ucap Nuri.
“Iya juga sih? Tapi dekat pun tak masalah sih, calon duda tuh!”
“Kasihan ya Mbak Arini? Dia itu kurang apa sih? Cantik, pintar, seksi, pokoknya dia tuh perempuan paling perfect sekali. Malah diselingkuhin?”
“Iya kasihan Mbak Arini. Tega banget sih Pak Heru? Jadi penasaran perempuan yang seperti apa sih, yang bisa mengalihkan pandangan Pak Heru dari Mbak Arini?”
“Mana gue tahu? Tanya tuh Nuri, kan dia teman dekat istrinya Pak Heru?”
“Eh iya ya, Nuy? Kamu kan katanya teman dekatnya Mbak Arini?”
“Mana kutahu? Meski aku dekat, aku gak bakal tanya-tanya soal begitulah! Dia itu sangat ketat sama privasinya, jadi aku gak enak kalau mau tanya soal rumah tangganya,” jawab Nuri.
“Kamu kan juga dekat sama Pak Heru selama ini? Kenapa gak tanya soal itu sama Pak Heru, kali saja Pak Heru cerita soal selingkuhannya sama kamu?”
“Kalian itu waras gak sih? Ya kali dia cerita selingkuh dengan teman dekat istrinya? Jelas aku marahin dia kalau aku tahu dia selingkuh dan nyakitin Arini! Aneh kalian ih! Aku saja gak habis pikir Pak Heru bisa begitu?” ucap Nuri semakin kesal.
Nuri sudah mulai jengah dengan pertanyaan-pertanyaan teman satu ruangannya itu. Mereka tidak tahu bahwa Nuri lah yang menjadi selingkuhan Heru. Nuri lah yang merusak rumah tangga Heru dan Arini. Nuri dan Heru memang pandai menyembunyikan hubungan mereka. Hubungan yang berjalan sangat mulus, tidak ada orang yang tahu. Mereka tahu Nuri dekat dengan Heru, dekat karena masalah pekerjaan, Nuri memang yang paling menonjol dan paling cekatan di kantor, jadi tidak heran Heru selalu meminta Nuri membantu hal kecil dalam pekerjaanya. Ditambah Nuri adalah teman dekat istrinya Heru, jadi mereka tidak menaruh curiga pada kedekatan mereka. Meski demikian, ada juga yang menaruh curiga dengan hubungan mereka, karena pernah ada yang melihat mereka jalan berdua setelah pulang kerja.
Nuri keluar dari ruang kerjanya, dia sudah muak mendengar pembicaraan teman-temannya itu.
“Eh aku curiga deh?” ucap salah satu dari mereka.
“Curiga apa? Dia itu sebetulnya selingkuhan Pak Heru?”
“Ya gitu, aku curiga ke situ, kemarin itu mereka pulang kerja jalan bareng ke Mall, gak kemarin saja sih, aku sering lihat, tapi ya aku nyimpulin tuh Nuri nebeng sama Pak Heru.”
“Tapi bisa jadi sih?”
“Sudah gak usah gosip, kayak gak tahu Nuri saja? Dia kan emang doyan sama laki orang dari dulu?”
“Iya sih, tapi doyannya gak muda kek Pak Heru. Dia doyannya sama Om-om berduit!”
“Lu kira Pak Heru gak berduit?”
“Tetap beda sama om-om pengusaha kaya raya! Kalau mau kenapa gak sama Pak Raka saja yang sudah jelas, dia kaya raya, duda, ganteng?”
“Dia itu levelnya sama yang tua! Om-om, kalau Pak Raka itu masih keren, belum tua-tua amat!”
“Udah ah, aku mau ikutin si Burung Nuri! Dia kesal sekali kelihatannya!”
“Ngapain ngikutin dia! Ini jam kerja!”
“Kali saja tebakanku benar, kan?” ucapnya.
Salah satu teman satu ruangan Nuri mengikuti Nuri. Nuri pergi ke belakang, ke tempat parkir karyawan. Entah mau apa dia ke sana, dia begitu penasaran. Dia yakin Nuri ada hubungan spesial dengan Heru, yang menyebabkan Heru dan Arini bercerai.
“Ahk!” pekik seseorang yang sedang mengendap-endap di sisi mobil ketika ada yang menarik lengannya.
“Ssstt ... diam!” bisik seorang perempuan satunya.
“Kamu ngapain?”
“Ngeliput gosip! Sudah diam di sini! Tuh lihat mereka!”
“Pak Heru sama Nuri? Ah benar-benar nih! Dugaanku tidak meleset, buruan kita rekam!”
Mereka melihat Nuri dan Heru berdebat di area parkir. Ternyata benar apa yang selama ini teman satu ruangan Nuri rasakan, dia menaruh curiga pada kedua orang itu, kalau mereka memiliki hubungan spesial.
“Gosip terhangat nih!” ucapnya.
“Diam lu ah, gue lagi ambil video! Sudah gak usah banyak omong!”
Mereka berdua melanjutkan sesi merekam perdebatan Nuri dan Heru, terdengar jelas oleh mereka, apalagi tempat parkir sepi, satpam pun sedang tidak ada di sana.
“Kamu ke mana saja sih, Her? Sidang sudah selesai, kan?”
“Sudah, kenapa? Aku butuh ketenangan, Nuri!”
“Aku juga butuh kepastian, Her! Kapan kamu mau nikahin aku? Aku sudah tidak bisa menyembunyikan perutku sebentar lagi!” ucap Nuri.
“Sabar dong? Baru saja aku cerai dari Arini! Belum tiga bulan!”
“Hei, laki-laki gak ada masa idah, Her! Bisa langsung nikah besok!”
“Gak etis dong, Sayang? Aku mohon kamu sabar, ya? Ini di kantor, kita harus jaga sikap!”
“Jaga sikap kamu bilang? Aku kurang jaga sikap seperti apa dengan kamu dari dulu, Her! Aku sudah lelah, Her! Sudahlah biar semua orang tahu, toh kamu sudah cerai dari Arini!”
“Jaga ucapanmu, Nuri! Bagaimana karierku kalau Raka sampai tahu aku dan kamu ada hubungan? Kalau Pak Gandi tahu juga gimana?”
“Ya memang sudah kejadian, kan? Lagian jelas sekali Arini menggugat cerai kamu itu karena apa? Sudahlah, gak usah ditutup-tutupi lagi, Her!”
“Diam kamu, Nuri! Aku tidak ingin berdebat!”
“Aku hanya ingin kepastian, anak ini makin hari makin besar di perutku, Her!”
“Sabar Nuri, sabar!”
Pertengkaran mereka semakin memanas, dua perempuan yang sedang merekam live pertengkaran mereka tersenyum sangat puas.
“Saatnya memviralkan semua ini,” ucapnya.
“Good!” ucap perempuan satunya.
“Hancur kau Nuri!”
si Nuri ini menjijikkan banget. sana sini mau....
mudah mudahan kena penyakit mematikan....