Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 21
Dokter tersenyum lega, akhirnya ada orang yang mendonorkan darahnya untuk gevano.
Dinda terdiam, menatap kepergian raffael bersama dokter itu.
Roy dan inces pun, mencoba mendekati dinda yang mematung.
"Din." panggil Roy, pelan.
Dinda yang di panggil pun, hanya melirik sekilas. keadaan hatinya yang bimbang, membuat dinda enggan berbicara untuk saat ini.
Inces yang mengerti keadaan dinda pun, memberikan kode pada roy, supaya jangan bertanya apapun saat ini padanya.
Roy menghela nafas, dan mengangguk pelan. mereka pun memilih duduk di bangku, yang tersedia di sana.
Roy maupun inces hanya menatap dinda, yang duduk menyendiri. mereka merasa kasihan pada dinda, yang bersedih karena gevano.
Tak lama kemudian, seorang perawat menghampiri dinda. memberitahu, jika darah yang di butuhkan gevano, sudah ada.
Perawat itu pun juga memberitahu, keadaan raffael saat ini di ruangan lain.
Roy yang mendengar hal itu pun, beranjak dari duduknya. ingin melihat, keadaan sahabat sekaligus bosnya.
Sebelum pergi, Roy pun menatap dinda. "Din. Lo mau lihat raffael, " tanyanya lembut.
Dinda mengangguk pelan, kemudian bangkit dari duduknya.
Mereka bertiga pun berjalan, menuju ruangan raffael.
"Raf, gimana keadaan lo?" Roy yang pertama masuk pun, menyapa raffael yang sedang memejamkan mata.
Raffael pun membuka matanya, dan melirik sekilas. namun, saat melihat keberadaan dinda, di belakang roy. dia pun tidak melepaskan tatapannya, dari dinda.
Dinda yang menyadari, tatapan raffael hanya menundukkan kepala.
"Hem." Inces yang berada di samping Dinda, berdehem keras, membuat raffael seketika mengalihkan pandangannya.
Roy menatap heran inces, yang tersenyum penuh arti. namun dia tidak menanggapinya, sebab sekarang Roy ingin memastikan, keadaan temannya.
"Lo, baik-baik ajak, kan?" tanya Roy, memastikan.
"Gue...baik-baik aja, Roy. Hanya saja, tubuh gue agak lemas. Dan kepala gue, juga agak pusing." jawab raffael, pelan.
Roy pun menepuk pundak raffael. "Itu hal wajar, raf. Sebab, barusan lo melakukan donor darah." sahutnya tersenyum.
Raffael yang setuju pun, mengangguk. kini tatapannya beralih pada dinda, yang diam-diam memperhatikannya.
"Bagaimana keadaan vano, din?" tanya raffael, pelan.
Dinda yang tersentak pun, mengangkat kepalanya. "Dokter masih menangani, vano. Sekarang, kita hanya bisa menunggu hasilnya." jawab dinda, pelan.
Raffael pun mengangguk pelan, dan tak melepaskan tatapannya dari dinda. hatinya ingin sekali bertanya, tentang semua hal yang terjadi saat ini.
Roy dan inces yang peka terhadap sikap raffael pun, memutuskan untuk pergi keluar dengan alasan, mencari makanan.
Kini di ruangan itu, tinggal mereka berdua. raffael mencoba bangun, meskipun keadaan tubuhnya sedikit lemas.
Dinda yang melihat hal itu, segera membantu raffael untuk duduk.
"Terima kasih, din." ucap raffael tulus.
Dinda pun hanya mengangguk pelan, sebagai jawabannya.
Melihat raffael sudah merasa nyaman, dengan posisinya. dinda pun memilih duduk di kursi, yang berada di samping ranjang.
Namun, tiba-tiba saja, raffael menahannya. "Duduk di sini saja, din." seru raffael, memegang tangan dinda.
"Tapi, raf... " Dinda yang hendak protes pun, menghentikan ucapannya. Saat tiba-tiba, raffael menatapnya dengan tajam.
Dinda menghela nafas, sebenarnya dia merasa canggung dengan keadaan sekarang.
Apalagi dinda yakin, jika kini raffael sedikitnya sudah mengetahui, siapa gevano. kemungkinan besar, saat ini raffael mulai curiga jika dirinya adalah, ayah dari gevano.
"Din. Apa aku boleh bertanya sesuatu pada, mu?" Raffael yang tidak bisa menahan rasa penasarannya, pun segera bertanya.
Dinda yang sama-sama duduk di ranjang, menatap raffael kemudian mengangguk pelan.
"Apa benar...vano anak mu, din? Dan kalau boleh tahu, siapa ayahnya vano?" tanya raffael beruntun.
Dinda mematung, saat mendengar pertanyaan yang di lontarkan raffael. kini semua orang sudah tahu, jika gevano adalah anaknya.
Mungkin sudah saatnya, dinda mengatakan hal yang sebenarnya pada raffael. sebab bagaimana pun juga, raffael harus tahu yang sebenarnya.
Dinda menatap raffael lekat. "Vano memang anak ku, raf." Dan ayahnya vano....? Ayahnya... ka-kamu raffael." jawab dinda gugup.
Raffael mematung, apa yang selama ini dia duga menjadi kenyataan. hatinya senang, jika ternyata gevano adalah anaknya. namun dia penasaran bagaimana ceritanya, sampai dirinya mempunyai anak dari dinda.
Raffael menatap dinda, yang menundukkan kepalanya. dia pun menggenggam erat, tangan dinda. "Katakan yang sejujurnya pada ku, dinda. Aku mohon...!" ucap raffael dengan suara rendahnya.
Dinda pun, membalas tatapan raffael. Dan kemudian dia pun menceritakan kejadian, saat di club malam. dimana dinda dan raffael melakukan hal, yang seharusnya tidak mereka lakukan.
Raffael terkejut, ternyata perempuan yang sudah dia renggut kehormatannya, adalah temannya sendiri.
Dirinya sangat bersalah, karena sudah melakukan hal itu pada teman wanitanya itu.
Dinda pun, melanjutkan lagi ceritanya. kini dia menceritakan dirinya, yang mana pada saat itu hamil.
Dinda pun menceritakan, alasan dirinya tidak memberitahu raffael tentang kehamilannya. sebab dia tahu, kalau raffael pada waktu itu akan melangsungkan pernikahan.
Raffael menghela nafas kasar, tidak menyangka jika dinda selama ini, mengahadapi permasalahan sebesar ini, seorang diri.
Hatinya semakin bersalah, karena sudah membuat hidup dinda seketika hancur.
"Maafkan aku din." Raffael menatap dinda lekat. "Aku sudah membuat mu, dalam kesulitan. Bahkan kamu sendiri, harus menghadapi kerasnya hidup, saat hamil gevano."
Seketika dinda menangis, saat mendengar perkataan maaf dari raffael. hatinya tersentuh, sebab raffael mengakui kesalahannya.
Namun satu, yang menjadi masalah bagi dinda. Bagaimana, jika istri raffael tahu soal ini?
"Aku senang, akhirnya bisa menceritakan semuanya pada mu, raf. Tapi aku mohon, jangan sampai istri mu tahu, tentang semua ini." sahut dinda, khawatir.
Raffael mengernyitkan dahi, saat mendengar perkataan dinda. dapat dia tebak, jika sampai saat ini dinda mengira, jika dirinya memang sudah menikah.
"Memangnya kenapa, jika istri ku tahu?" tanya raffael menggoda.
Dinda menatap raffael. "Karena aku tidak mau, merusak rumah tangga mu, raf." jawabnya pelan.
Raffael tersenyum tipis, mendengar jawaban dari dinda. dia tidak menyangka, jika sikap dinda tidak berubah sama sekali.
"Aku janji, setelah ini aku pastikan. Jika aku dan vano tidak akan muncul lagi, di kehidupan mu. Cukup kamu tahu, bahwa vano adalah anak mu raf." sambung dinda kembali.
Raut wajah raffael seketika berubah datar, saat mendengar perkataan dinda, yang seakan ingin menjauh dari hidupnya.
"Aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi, din. Sekarang kalian, adalah bagian dari hidup ku. Maka izinkan aku, untuk menebus semua kesalahan ku, di masa lalu pada mu dan vano." ujar raffael tegas.
Dinda menatap tak percaya, pada raffael. bagaimana bisa raffael, berbicara seperti itu. Sedangkan saat ini, dirinya mempunyai keluarga sendiri.
"Apa maksud mu, raf? Bagaimana dengan anak dan istri mu, jika mereka tahu semua ini."
Raffael, menggenggam erat tangan dinda. "Perlu kamu tahu, din. jika aku sebenarnya, belum menikah. Pernikahan ku, pada waktu itu batal. Sebab, perempuan itu sudah mempunyai pacar. Bahkan saat itu dirinya, sedang mengandung anak kekasihnya. "
Raffael sejenak menarik nafas. "Jadi aku mohon. Jangan berpikir, untuk pergi dari hidup ku lagi. Kita jalani semua ini, demi vano. Bagaimana din?" tanya penuh harap.