Kejadian tak terduga di pesta ulang tahun sahabatnya membuat seorang gadis yang bernama Recia Zavira harus mengandung seorang anak dari Aaron Sanzio Raxanvi.
Aaro yang paling anti wanita selain ibunya itu, tiba-tiba harus belajar menjaga seorang gadis manja yang takut dengan dirinya, seorang gadis yang mengubah seluruh dunia Aaro hanya berpusat padanya.
Apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anaknya?
Apakah dia bisa membuat Cia agar tidak takut dengannya?
Dapatkan dia dan Cia menyatu?
Dapatkah Cia menghilangkan semua rasa takutnya pada Aaro?
Ayo baca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZaranyaZayn12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Enam
Cia mencuci piring kotor bekas mereka makan kemudian membersihkan meja dan kembali menutup lauk yang masih tersisa.
Setelah itu, Cia menyapu sebentar.
"Udah, tinggal mandi deh." Gumam Cia kemudian berjalan masuk ke dalam kamar.
"Kak Aaro udah?" Tanya Cia ketika melihat Aaro yang tengah berdiri di depan pintu kamar mandi hanya dengan berbalut handuk di pinggangnya.
"Udah, giliran kamu Ay." Ujar Aaro yang di angguki oleh Cia.
"Kak Aaro minggir dulu, Cia mau masuk" Ujar Cia dengan wajahnya yang sudah memerah karena melihat kotak yang berada di perut Aaro.
"Kenapa hmm?" Goda Aaro dengan sengaja.
"Cia malu..." Lirih Cia kemudian menutup wajah dengan kedua tanyannya cepat.
Aaro yang mendengarnya terbahak kemudian menggeser tubuhnya agak menjauhi pintu kamar mandi agar Cia bisa masuk.
Brak
Aaro mengusap dadanya pelan karena Cia yang menutup pintu kamar mandi dengan keras.
"Ada-ada aja istri gue." Gumam Aaro kemudian mengambil bajunya di dalam lemari.
"Tumben, biasanya udah di siapin, dia lupa kali ya?" Gumam Aaro ketika tidak mendapati pakaiannya di atas tempat tidur.
Biasanya Cia sudah menyiapkan baju untuknya. Mungkin gadis itu lupa.
Aaro mengambil baju kaos oblong berwarna putih dan celena jeans yang senada kemudian membuka lemari Cia dan mengambilkan dress dengan warna yang senada dengannya.
Dress polos berwarna putih dengan renda di atas dada di lengkapi dengan ikat pinggang biru di pingganya.
"Perfect." Ujar Aaro menatap gaun itu.
Di letakkannya gaun itu di atas tempat tidur kemudian keluar dari kamar untuk menunggu Cia selesai.
"Gue telpon Mama dulu deh." Gumam Aaro kemudian mendial nomor ibunya.
"Hallo A?" Sapa Sana di ujung sana.
"Hallo Ma, Mama gimana kabarnya?" Tanya Aaro kemudian duduk di kursi depan TV, mengambil remote kemudian menekan tombol power pada benda tersebut.
"Baik sayang, kamu gimana? Cia?" Tanya Sana.
"Aaro baik Ma, Cia juga."
"Aaro sama Cia rencananya nanti mau mampir ke rumah Mama Ma." Ujar Aaro.
"Wahh... Kenapa gak bilang dari tadi pagi A'? Kan kalo tau gitu Mama bakalan masak yang banyak buat mantu kesayangan." Antusias Sana.
"Ini juga baru kepikiran siang ini Ma."
"Oh iya Ma, Di sana ada baju komplit buat Cia gak ya Ma?"
"Ada dong, Mama udah beliin semuanya komplit tanpa kurang satu pun. Semua keperluan Cia di sini udah Mama jamin lengkap." Ujar Sana membuat Aaro terkekeh.
Kan... Apa yang dikatakannya benar. Mamanya pasti akan melakukan itu. Cia kan mantu kesayangan Mamanya.
"Mantep Ma, jadi nanti kalo andainya Aaro sama Cia mau nginep gak perlu khawatir ga ada baju gantian lagi dong Ma." Ujar Aaro.
"Iya Sayang, kalian kalo mau nginep jangan bawa apa-apa ya, cukup bawa badan aja karena semuanya udah Mama siapin di sini." Ujar Sana dengan menggebu-gebu.
"Kalian nginep kan?" Tanya Sana.
"Emmm... Nanti Aaro tanyain sama Cia lagi ya Ma, nanti kalo Cia mau nginep kita nginep Ma." Ujar Aaro yang di angguki oleh Sana.
"Mama harap sih kalian ngine." Ujar Sana.
"Iya Ma, nanti Aaro pastiin ke Cianya dulu ya Ma."
"Oke A'. Nanti kalo kalian udah mau pergi kabarin Mama ya, Mama mau siap-siap buat nyambut mantu sama calon cucu mama dulu." Girang Sana.
"Iya Ma, nanti kalau kita udah mau pergi Aaro bilang."
"Udah dulu ya Ma, Aaro lagi nungguin Cia selesai Ma."
"Iya Sayang, kalian hati-hati ya. Jangan ngebut! Bawa mobilnya yang bener!" Peringat Sana.
Aaro yang mendengar keposesifan Mamanya hanya menghela nafas pelan.
"Siap Ma. Laksanakan." Ujar Aaro kemudian sambungan telpon mereka terputus.
Aaro pun meletakkan ponselnya kemudian mulai fokus menonton acara TV yang menyajikan berita banjir di depannya.
Hingga terdengar suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian laki-laki itu.
"Udah selesai kamu Ay?" Tanya Aaro ketika melihat Cia yang sudah keluar dari kamar dengan menggunakan dress pilihannya tadi.
Aaro tertegun sejenak melihat penampilan Cia. Dress putih tadi melekat dengan pas di tubuh Cia seolah gaun itu memang dibuat untuk wanita itu. Rambutnya yang diikat setengah, tas sandang putih, serta make up natural menambah kecantikan gadis itu.
"Hallo... Kak?"
Suara itu membuyarkan renungan Aaro akan kecantikan Cia.
"Iya Ay?" Tanya Aaro tergagap setelah dia berhasil meraih kembali kesadarannya yang tadi sempat terampas oleh kecantikan Cia.
"Kak Aaro dari tadi Cia panggil gak nyaut-nyaut, eh malah bengong." Ujar Cia bingung.
"Aku terpanah Ay sama kecantikan kamu." Jujur Aaro yang masih menatap Cia dengan tatapan nya yang tidak berubah. Tatapan memuja.
"Masa sih kak?" Tanya Cia memutarkan tubuhnya pelan membuat rok dress itu terbang memutar mengikuti gerakan Cia.
"Kita di rumah aja yuk Ay, jangan pergi?" Rayu Aaro.
"Loh kenapa?" Heran Cia.
"Aku gak rela Ay kamu di liat sama orang lain, kamu yang kayak gini cuma boleh di liat sama aku Ay." Ujar Aaro dengan cemberut.
Cia tertawa mendengar alasan tak lazim yang Aaro berikan kepadanya.
"Astaga Kak... Cuma karna itu? Gak! Cia mau ketemu sama Mama Sana tau... Cia udah kangen." Ujar Cia memutar matanya malas kemudian berjalan ke arah pintu keluar, mengambil sepatu putih yang selaras dengan gaunnya kemudian memakainya.
"Tungguin Ay." Ujar Aaro menyusul Cia.
"Beneran Ay, aku gak rela. Kita di rumah aja ya?" Mohon Aaro yang di balas gelengan kepala Cia.
"Gak boleh gitu loh Kak! Kak Aaro tadi udah ngajak Cia naa, jadi kita harus pergi." Ujar Cia kemudian bangun dari duduknya di bantu oleh Aaro.
"Yanggg!!!" Rengek Aaro yang masih mendapatkan gelengan kepala oleh Cia.
"Ayo!" Ajak Cia membuat Aaro mau tidak mau mengikuti langkah gadis itu untuk keluar dari apartemen mereka.
Aaro segera menggandengan tangan Cia ketika gadis itu masuk ke dalam lift.
"Tungguin atuh Ay, jangan cepet-cepet." Ujar Aaro kemudian menekan tombol lantai dasar hingga lift terbuka dan kedua pasangan itu pun keluar dan berjalan menuju basement.
Aaro membukakan pintu penumpang untuk Cia kemudian meletakkan tangannya di atas pintu agar kepala Cia tidak membentur pintu.
Setelah Cia masuk, Aaro berlari mengelilingi mobil kemudian masuk ke dalam kursi kemudi.
"Kamu bantalnya taro di belakang pinggang aja Ay, jadi nanti pinggangnya gak bakalan sakit." Ujar Aaro ketika melihat bantal yang biasanya di gunakan gadis itu untuk tidur menganggur.
Cia menganggukkan kepalanya pelan kemudian mengambil bantal keroppi di belakangnya dan meletakkannya di belakang pinggangnya.
Aaro pun mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Sana.