NovelToon NovelToon
Little Girl And The Secrets Of The World

Little Girl And The Secrets Of The World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Horror Thriller-Horror / Epik Petualangan / Dunia Lain / Perperangan
Popularitas:191
Nilai: 5
Nama Author: YareYare

menceritakan seorang anak perempuan 10tahun bernama Hill, seorang manusia biasa yang tidak memiliki sihir, hill adalah anak bahagia yang selalu ceria, tetapi suatu hari sebuah tragedi terjadi, hidup nya berubah, seketika dunia menjadi kacau, kekacauan yang mengharuskan hill melakukan perjalanan jauh untuk menyelamatkan orang tua nya, mencari tau penyebab semua kekacauan dan mencari tau misteri yang ada di dunia nya dengan melewati banyak rintangan dan kekacauan dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YareYare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6. Desa Intilasi

Rasanya sudah lama sekali aku tidak merasakan kenyamanan tertidur di sebuah tempat yang empuk. Badanku terasa hangat, namun aku mendengar banyak suara yang tidak kukenal. Mereka sedang berbicara di dekatku. Aku tidak bisa jelas mendengarnya karena di luar sepertinya sedang hujan lebat.

Terlihat tubuh Hill sedang terbaring di atas kasur putih. Perlahan, Hill mulai membuka matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah suara yang terdengar.

...Apakah aku berada di dalam rumah? Rumah ini terlihat kecil, dengan sekitar sepuluh orang yang tampaknya sudah tua. Mereka sedang berbicara sambil memandangku. Apa yang mereka lakukan, memaksakan diri berada di tempat sempit ini?

Hill merasa tubuhnya lemas dan berusaha bangun.

"Hey nak, apakah kamu sudah sadar? Tetaplah berbaring."

Seorang ibu tua memegang pundak Hill dan dengan lembut membuatnya berbaring kembali. Dengan suara yang lemah, Hill pun bertanya:

"Siapa kalian? Di mana aku?"

"Kamu saat ini berada di Desa Intilasi. Kami melihatmu tiba-tiba muncul dari sebuah lubang hitam. Saat itu, keadaanmu sangat parah."

Seorang pria tua berdiri di dekat pintu dan berkata:

"Dengan melihat keadaanmu waktu itu, kami pikir tidak lama lagi kamu akan mati. Tetapi syukurlah, setelah lima hari tidak sadarkan diri, akhirnya kamu sadar juga. Kami sangat khawatir, jadi kami sering menjengukmu di rumah Kepala Desa."

Hill terkejut mendengar bahwa dirinya sudah tidak sadarkan diri selama lima hari. Ia terbangun seketika dan berkata dengan nada keras:

"Apa? Lima hari? Oh tidak... Oiya, Levia, di mana dia? Aku bersama seorang peri yang matanya tertutup kain."

Seorang ibu tua yang ada di dekatnya menjawab dengan tenang:

"Jangan khawatir, nak. Dia baik-baik saja. Dia sudah sadar dua hari yang lalu. Sekarang dia sedang pergi mencari tanaman obat bersama Yuli dan Erik. Mungkin dia akan senang sekali saat melihatmu sudah sadar, karena dia selalu saja menangis."

Hill duduk di kasur yang sebelumnya ia baringkan, melihat sekeliling rumah kecil itu. Para orang tua yang sebelumnya menjenguknya mulai berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing. Hill mengucapkan terima kasih kepada mereka, lalu berbicara kepada Ibu Jill yang sedang duduk di dekatnya.

"Bukan di luar masih hujan lebat? Mereka sudah tua, apa tidak apa-apa? Kenapa tidak menunggu hujan reda?"

"Mereka sudah terbiasa berjalan di tengah hujan, karena hujan di desa ini tidak pernah reda selama sepuluh tahun terakhir. Ini sudah seperti desa hujan. Meski kami sudah tua, kami sudah terbiasa hidup seperti ini."

...Ini pertama kalinya aku mendengar tentang hujan yang tidak pernah reda. Masih banyak hal yang belum kutahu tentang dunia ini. Aku kira semua tempat itu sama seperti desa asalku.

Waktu berlalu, dan Hill terus duduk, memperhatikan hujan yang terus turun, lalu ia berbicara kepada Ibu Jill yang juga sedang melihat keluar.

"Ibu Jill, kulihat di sini hanya ada kamu, kemana keluarga mu?"

"Aku tinggal sendiri. Suamiku sudah lama meninggal. Aku punya seorang anak laki-laki, dia seorang pedagang. Setahun yang lalu, dia pergi berdagang ke Kota Magi. Sejak itu, dia tidak kembali lagi. Mungkin dia sudah menemukan kehidupan barunya di sana dan melupakan aku."

"Ibu Jill, maaf karena aku sudah membahas hal ini."

"Hahaha, tidak apa-apa. Aku tidak terlalu memikirkannya. Aku hanya bisa berharap semoga dia sedang menjalani hidup yang bahagia sekarang."

"Apakah Ibu Jill tidak mencoba mendatangi dia ke Kota Magi?"

"Apa?.. Hahaha, kamu ini lucu sekali. Di umurku yang sudah sangat tua ini, mana mungkin aku bisa ke sana? Usia ku sudah hampir tujuh puluh tahun. Aku tidak punya uang untuk menyewa kereta kuda, butuh biaya mahal kalau tujuannya jauh. Mungkin sekitar seribu koin emas untuk satu kali perjalanan."

"Semahal itu untuk naik kereta kuda ke Kota Magi? Kenapa tidak berjalan kaki saja?"

"Aduh, yang benar saja, mungkin baru satu hari saja aku bisa mati. Untuk pergi ke Kota Magi saja menggunakan kereta kuda memerlukan waktu sebulan. Apalagi kalau berjalan kaki."

Hill yang mendengar perkataan Ibu Jill terdiam dan kaget, tak lama kemudian, dari pintu muncul Levia bersama seorang pria dan wanita muda yang berjalan di belakangnya. Levia melihat Hill yang sudah sadar dan langsung berteriak, menangis, lalu memeluk wajah Hill.

"Hill! Hill! Syukurlah kamu sudah sadar. Aku takut sekali, aku kira aku akan kehilanganmu. Tapi syukurlah, kamu baik-baik saja."

Hill menarik tubuh Levia menjauh, dengan ekspresi yang serius. Ia berbicara dengan nada tegas:

"Levia, apakah kamu tahu sesuatu?"

"Apa maksudmu?"

Hill berteriak dengan emosi yang terkendali:

"Kamu sudah bangun dua hari yang lalu kan? Tempat ini sangat jauh dari Kota Magi. Kamu pasti tahu kan, mungkin mereka memberi tahu kamu hal ini. Kenapa setelah kamu bangun, kamu tidak memaksa aku untuk bangun juga? Kita sudah kehabisan waktu! Seharusnya kita sudah sampai di Kota Magi kemarin. Kenapa setelah kamu bangun, kamu tidak langsung membangunkanku? Dasar bodoh! Kamu membuatku kesal!"

Seketika, Levia pun berteriak balas kepada Hill.

"Mana mungkin aku memaksa kamu untuk bangun! Tubuhmu sangat panas, wajahmu pucat. Setiap kali aku mencoba memberimu makanan agar kamu tetap mendapatkan asupan saat tidak sadar, aku bisa merasakan pernapasanmu yang terkadang menghilang, seolah kamu sudah tidak bernapas lagi. Aku sangat khawatir! Aku takut kamu mati! Mana mungkin aku memaksa kamu untuk bangun, dasar Hill bodoh!"

Setelah berteriak mengatakan itu, Levia terbang dengan cepat keluar sambil menangis. Hill hanya bisa terdiam, menatap ke luar rumah dengan perasaan yang kacau.

"Yuli, kejar peri itu!"

"Baik, Ibu Jill."

Ibu Jill, dengan lembut, memegang pundak Hill dan berkata,

"Hill, aku tidak akan ikut campur dengan masalah kalian. Aku juga tidak akan banyak bertanya. Tetapi untuk sekarang, kamu dan teman peri-mu bisa tinggal di sini. Mungkin kamu belum mengerti banyak hal karena usiamu masih muda. Temanmu sangat khawatir padamu. Jika kamu tidak peduli dengan dirimu sendiri, pikirkanlah perasaan orang yang peduli padamu."

Hill hanya bisa diam, merasa terhimpit oleh kata-kata tersebut. Perlahan, ia kembali berbaring, memandang ke luar rumah, menatap hujan yang tak kunjung reda.

"Erik, jaga Hill. Aku mau keluar dulu."

"Baik, Ibu Jill."

---

Sementara itu, di luar rumah, Levia terbang di bawah pohon yang dikelilingi oleh hujan. Tampak dengan jelas bahwa dia sangat marah, tubuhnya bergetar dengan emosi saat ia memukul pohon dengan keras.

"Dasar Hill bodoh, dasar Hill bodoh! Padahal aku sangat mengkhawatirkannya, tetapi dia tidak mengerti perasaanku. Dasar Hill bodoh! Mana mungkin aku membangunkannya saat dia hampir sekarat! Bocah bodoh!"

Tak lama kemudian, seorang wanita muda bernama Yuli muncul di belakang Levia.

"Levia, apakah tanganmu tidak sakit memukuli pohon seperti itu?"

"Tentu saja sakit."

"Kalau begitu hentikan."

"Dasar Hill bodoh!"

Levia pun berhenti memukuli pohon itu dan berbalik, duduk di tanah, bersandar pada batang pohon besar itu. Yuli pun ikut duduk di sampingnya.

"Levia, aku mengerti perasaanmu. Terkadang, ketika kita mengkhawatirkan seseorang, namun orang itu selalu keras kepala, itu memang sangat membuat kita kesal. Erik juga sering seperti itu. Dia selalu melakukan hal-hal berbahaya dan tidak pernah mendengarkanku. Kadang, karena itu, kami tidak saling berbicara."

"Sebenarnya, siapa Erik bagi kamu? Aku baru kenal kalian berdua kemarin. Apakah kalian tinggal di sini juga? Aku kira di desa ini hanya ada orang-orang yang sudah tua."

Yuli tertawa pelan.

"Hahaha, tidak, kami baru seminggu di desa ini. Tetapi warga desa ini sudah menerima kami seperti keluarga. Aku dan Erik bukan berasal dari desa ini, kami berasal dari Kota Airot."

"Kenapa kalian bisa ada di sini?"

Yuli menatap ke arah hujan, lalu mulai menceritakan kisahnya dengan suara perlahan.

"Negara kami sedang berperang. Semakin lama, keadaan semakin parah. Hampir semua musuh kami menyerang menggunakan sihir, sementara kami hanya bisa bertahan dengan tameng, sedangkan kami melawan dengan pedang dan busur. Semakin banyak prajurit kota yang jatuh. Saat itu, aku sangat mengkhawatirkan Erik. Aku memaksanya untuk berhenti dan pergi, tetapi dia selalu menolak. Pada suatu malam, perang semakin kacau, kota kami sudah seperti lautan api, tempat pengobatan semakin penuh dengan prajurit yang terluka. Aku takut Erik juga akan mengalami nasib yang sama. Aku bahkan berpikir, apakah ini saatnya kami berpisah. Aku merasa sangat putus asa... tapi tiba-tiba, aku melihat sebuah cahaya terang yang muncul dari arah timur. Malam yang dipenuhi teriakan di mana-mana menjadi sunyi. Kami melihat ke arah timur, dan cahaya itu berasal dari sebuah pohon besar yang tiba-tiba muncul di sana. Tak lama kemudian, Erik datang dan bersedia pergi. Kami meninggalkan semuanya dan berjalan selama dua minggu, akhirnya sampai ke desa ini."

Levia terdiam, merenung sejenak.

"Tunggu sebentar, kalian melakukan perjalanan selama dua minggu, lalu kalian sudah seminggu berada di sini?"

"Iya, jadi sudah hampir satu bulan kami meninggalkan Kota Riot. Dan saat sudah dua hari kami berada di desa ini, kamu dan Hill muncul."

Levia terdiam, seolah mencerna semua yang telah diceritakan. Pikiran-pikiran berkecamuk di dalam kepalanya.

...Apa maksudnya ini? Apakah pohon yang mereka lihat itu pohon yang sama seperti yang Hill keluarkan? Tidak mungkin... aku dan Hill baru lima hari di desa ini. Saat kami berada di dataran tanpa batas itu, hanya sekitar 12 jam yang lalu...

"Levia, kenapa kamu tiba-tiba diam?"

"Ah, tidak apa-apa."

---

Sementara itu, beberapa waktu sebelumnya di rumah Ibu Jill, Erik dan Hill duduk bersama di dalam ruangan kecil. Hill tampak sedikit lebih tenang setelah beberapa waktu terdiam. Tidak lama kemudian, Erik mulai berbicara lagi.

"Oke, sekarang Hill, apakah pikiranmu sudah tenang?"

"Sepertinya aku sudah berlebihan terhadap Levia."

"Apakah Levia sangat berharga bagimu?"

Hill menundukkan kepala sejenak, berpikir tentang perkataan Erik.

"Dia adalah satu-satunya keluarga yang kumiliki sekarang. Dia sangat berharga bagiku. Tetapi aku selalu saja seperti ini... Ibu Jill benar. Pada akhirnya, aku tetaplah seorang anak kecil. Aku sering berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, tanpa mempertimbangkan perasaannya."

Erik mengangguk pelan, mencoba memberikan pengertian.

"Di dalam hubungan keluarga atau pun teman, pertengkaran itu wajar. Itu adalah bukti bahwa kalian dekat satu sama lain, sehingga kalian bisa mengungkapkan apa yang kalian rasakan. Karena hal itu, kadang aku dan Yuli tidak saling berbicara. Aku sering membuatnya marah."

"Yuli? Siapa itu?"

"Oh, Yuli adalah orang yang tadi berada di sampingku. Dia seorang dokter."

"Apakah dia tahu banyak tentang obat dan proses pengobatan?"

"Tentu saja. Yuli sudah menjadi dokter selama bertahun-tahun. Dia mulai belajar sejak kecil. Begitu tahu bahwa impian ku adalah menjadi seorang prajurit, dia pun mulai berusaha mempelajari pengobatan."

"Aku sebenarnya belajar tentang pengobatan juga, tetapi masih banyak hal yang belum ku ketahui. Aku ingin menanyakan banyak hal tentang obat kepadamu."

"Kamu bisa menanyakannya jika dia sudah datang, saat ini dia sedang mengejar Levia."

"Apakah Levia akan memaafkanku?"

"Semarahan apapun seseorang, jika itu karena rasa sayang, kamu pasti akan dimaafkan selama kamu tulus meminta maaf. Jadi jangan khawatir, Yuli pernah marah kepadaku seperti itu, dan dia tetap memaafkanku."

"Dia adalah istrimu?"

"Hahaha, tidak. Kami masih belum sampai ke situ, tetapi dia sudah sangat berharga bagiku. Dia adalah satu-satunya keluarga yang ku miliki. Sejak kecil kami berdua tinggal di sebuah panti asuhan yang sama, dia adalah keluarga sekaligus teman masa kecilku."

Sementara itu, di tempat Levia pada waktu yang sama:

"Hey Levia, kenapa kamu tiba-tiba diam terus dari tadi?"

"Yuli, apakah kamu tidak salah waktu tentang pohon yang muncul itu? Mungkin saja kamu lupa kan, bisa saja itu muncul sekitar 7 hari yang lalu?"

"Itu tidak mungkin, 7 hari yang lalu aku baru ada di desa ini. Ngomong-ngomong, jika di sini tidak hujan, pohon itu pasti akan terlihat di desa ini."

...Apa yang sebenarnya terjadi? Hanya ada satu pohon yang sangat tinggi mencapai langit sekarang. Itu adalah pohon yang dikeluarkan oleh Hill malam itu. Dan besoknya kami pergi dari pohon itu, lalu di hari yang sama kami masuk ke dataran Tanoa Batas. Aku yakin Hill dan aku berada di sana sekitar 12 jam saja. Tidak mungkin sampai hampir 1 bulan, karena pastinya kita mati kelaparan. Ini membuatku semakin bingung. Apa sebenarnya yang terjadi?

"Ngomong-ngomong Yuli, apakah kamu tahu tentang Magi?"

"Ya, aku tahu. Tadi seingatku Hill mengatakan tentang Magi juga."

"Ya, Hill berasal dari desa yang ada di Magi."

"Tetapi syukurlah kalian bisa pergi dari Magi."

"Memangnya kenapa?"

"Apakah kamu tidak tahu? Aku mendengarnya dari banyak orang saat aku pergi dari kota Riot. Tiga hari setelah pohon besar itu muncul, ada orang yang membunuh Raja Magi, lalu sebuah ledakan besar terjadi. Sepertinya itu disebabkan oleh sihir yang sangat kuat, dan Magi pun hancur. Mungkin banyak sekali korban, bahkan aku dengar efek dari sihir itu masih ada. Jadi Magi sangat berbahaya untuk didekati, jika mendekati Magi bisa saja mati. Tidak ada yang berani mendekati Magi, aku tidak tahu kalau sekarang."

...Ini tidak mungkin, apa sebenarnya yang terjadi?

Tak lama kemudian, saat Levia dan Hill sedang diam, Levia tiba-tiba melihat ke arah sekelilingnya.

"Yuli, sebaiknya kita segera pergi dari sini. Tiba-tiba aku merasa seperti ada yang sedang mengawasi kita. Firasatku tidak enak, sebaiknya kita kembali ke rumah Ibu Jill."

Levia dan Yuli seketika pergi dari tempat itu. Saat sedang berjalan di antara hujan, Levia mulai membalikkan pandangannya ke belakang. Seketika, Levia melihat sesuatu di balik pohon yang baru saja mereka tempati.

...Apa itu? Apakah itu manusia? Saat aku melihatnya, dia langsung bersembunyi ke balik pohon. Karena hujan, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Sebaiknya aku abaikan saja. Itu menakutkan...

Waktu terus berlalu. Levia mulai masuk ke dalam rumah Ibu Jill dan melihat Hill yang sedang duduk tertunduk, seperti tidak berani memandang Levia. Dengan perlahan, Levia terbang mendekati Hill.

"Levia, aku... aku minta maaf karena sudah mengatakan hal yang buruk kepadamu."

Levia pun tersenyum dan mengusap kepala Hill. Selama Levia mengusap kepala Hill, Levia terus memikirkan tentang Magi.

...Untuk sekarang, aku tidak boleh memberitahu hal ini kepada Hill...

"Hill, warga desa ini sangat baik kepada pendatang luar seperti kita. Kemarin, Ibu Jill mengatakan jika kita bisa tinggal di sini selama yang kita inginkan. Apakah kamu mau menerima permintaanku untuk tinggal dulu di sini lebih lama sampai keadaanmu benar-benar pulih?"

Hill pun melihat wajah Levia yang terlihat sedih, namun tersenyum dengan tulus kepada Hill. Lalu Hill pun berkata.

"Baiklah Levia, tetapi setelah itu kita harus segera pergi."

"Iya, aku janji."

Erik dan Yuli tersenyum melihat Hill dan Levia. Lalu seketika, Erik berkata.

"Oh iya, Yuli, sebenarnya Hill memiliki impian menjadi seorang dokter. Dia bercerita kepadaku orang tuanya mengajarinya tentang pengobatan, dan dia ingin meminta kamu untuk mengajarinya juga."

Seketika Levia pun berkata

"Itu bagus, sambil menunggu keadaanmu benar-benar baik, kamu bisa sekalian belajar tentang pengobatan ke Yuli."

"Orang tuaku mengajarku tentang pengobatan, tetapi masih banyak hal yang belum aku mengerti. Apakah kamu tidak keberatan mengajarku, Kak Yuli?"

Yuli pun tersenyum dan mengatakan:

"Baiklah Hill, aku akan mengajarmu."

Tak lama kemudian, Ibu Jill datang membawa sebuah wadah yang tertutup.

"Maaf menunggu lama, aku membawa makanan. Hill, kamu pasti sangat lapar. Makanlah sampai kenyang. Jika kurang, kamu bisa bilang, nanti aku tambah."

"Terima kasih, Ibu Jill."

...Apa ini? Makanannya enak sekali. Rasanya sudah lama sekali aku tidak makan daging, dan ini sangat enak.

"Daging ini sangat enak, ini daging apa?"

"Itu adalah daging rusa berekor tiga. Dagingnya sangat gurih dan enak, dan itu bisa membuat tubuhmu hangat."

"Semua nya, Yuli dan aku izin pamit kembali ke tempat kami."

Waktu pun terus berlalu. Malam sudah tiba. Terlihat Ibu Jill, Hill, dan Levia sedang berbaring.

"Ibu Jill, aku merasa tidak enak merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, Hill. Anggap saja rumah sendiri. Aku merasa senang karena biasanya aku sepi sendiri, sekarang terasa ramai. Dan Hill, kamu selalu terlihat bersedih. Cerialah seperti anak-anak pada umumnya."

"Maaf, Ibu Jill, aku tidak bisa."

"Hmm, kalau begitu jangan memaksakan dirimu ya."

Seketika, Levia berbisik dengan tersenyum ke dekat kuping Hill.

"Hey Hill, aku merasa senang. Selama ini kita melakukan perjalanan selalu berdua, tetapi sekarang rasanya berbeda. Kita tidak sendirian lagi."

"Tetapi jika kita mulai berangkat, kita akan berdua lagi."

"Ya ampun Hill, ayolah, kamu selalu saja serius. Hmm, aku harap Erik dan Yuli mau membantu kita dan mereka ikut dengan kita."

"Levia, jangan mengatakan tentang tujuan kita."

"Tidak kok, aku tidak mengatakannya."

"Kalau begitu baguslah. Ngomong-ngomong, Levia, waktu itu apa yang kamu lakukan kepada monster raksasa itu?"

"Aku menusuk kedua matanya menggunakan belatimu, tapi itu tidak akan cukup untuk mengalahkannya. Bisa saja dia muncul lagi."

Tak lama kemudian, Hill dan Levia pun mulai tertidur, dan waktu terus berlalu. Malam sudah berakhir, pagi sudah tiba, terlihat desa Intilasi yang masih hujan deras. Hill dan Levia mulai terbangun dari tidurnya, mereka melihat ke sekeliling.

"Sepertinya Ibu Jill sudah lama bangun."

"Mungkin dia sedang keluar sekarang."

Tak lama kemudian, Yuli dan Erik datang, lalu Yuli berkata:

"Selamat pagi Hill, Levia."

Keduanya pun menjawab sapaan Yuli.

"Hey Hill, apakah kamu sudah siap untuk belajar pengobatan denganku?"

"Aku sudah sepenuhnya siap. Ayo kita lakukan."

"Saat ini kamu belum bisa pergi keluar, lagi pula di luar juga hujan, jadi kita bisa belajar di sini saja. Pertama-tama, apa saja yang sudah kamu pelajari?"

Hill pun menjelaskan pengetahuannya tentang pengobatan kepada Yuli, dan Yuli terus mendengarkannya dengan serius. Waktu terus berlalu.

"Pengetahuanmu tentang obat di umur yang masih kecil sudah sangat banyak, itu hebat. Tetapi yang kamu ketahui hanya obat dari tanaman saja."

"Apakah ada obat yang bukan terbuat dari tanaman?"

"Hahahah, tentu saja ada banyak sekali. Lalu pengobatan itu tidak hanya selalu menggunakan obat saja."

Waktu pun terus berlalu, sampai akhirnya Ibu Jill datang membawa makanan yang sama, dan mereka makan bersama. Hill mulai menjalani hidupnya dengan damai di desa Intilasi. Setiap hari Yuli dan Erik datang dan mengajarkan banyak hal tentang pengobatan kepada Hill. Seiring berjalannya waktu, mereka semua terlihat seperti sebuah keluarga, dan dengan cepatnya satu minggu sudah berlalu. Badan Hill sudah sepenuhnya sembuh, tidak ada rasa nyeri lagi di tubuhnya berkat pengobatan Yuli. Hill pun sudah bisa pergi berjalan keluar, dan Yuli merasa ingin keluar melihat-lihat desa. Yuli pun berkata:

"Baiklah, mari kita keluar. Menunggu hujan reda pun mustahil. Hill belum pernah melihat-lihat desa."

Seketika, Ibu Jill memberikan sesuatu kepada Hill.

"Hill, kamu tidak bisa ke luar begitu saja. Ini, pakailah jas hujan. Aku membuatnya, ukuran pasti pas dengan tubuhmu."

"Terima kasih, Ibu Jill."

Hill, Levia, Yuli, dan Erik mulai pergi keluar.

...Ini pertama kalinya aku melihat desa ini. Langit yang mendung, tidak seperti desa ku sebelumnya. Desa ini hanya memiliki sedikit rumput di bawah, banyak sekali tanahnya, dan memiliki sedikit pohon-pohonan. Sulit memandang jauh ke depan karena seperti mengeluarkan kabut. Ada banyak rumah, dan jaraknya terpisah-pisah. Rumah-rumah di desa ini kecil-kecil. Levia menceritakannya kepadaku, semua warga desa ini sudah tua, anak-anak muda memilih pergi ke tempat yang lebih baik daripada berada di tempat yang selalu hujan. Di saat aku berjalan, aku melihat beberapa orang tua duduk di depan rumah mereka lalu tersenyum kepada kami...

Di saat mereka sedang berjalan-jalan, tiba-tiba datang seorang pria tua dan berbicara kepada Yuli dan Erik dengan ekspresi yang serius. Karena suara hujan, Hill tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tak lama kemudian, Yuli dan Erik berpamitan kepada Hill dan Levia karena mereka tiba-tiba mempunyai urusan yang penting. Waktu berlalu, Hill dan Levia terus melihat-lihat desa sampai akhirnya sampai di sebuah tempat di ujung desa. Terlihat sebuah tempat yang besar seperti sebuah rumah. Tempat itu terpisah dengan pemukiman desa. Berbeda dengan rumah warga, tempat itu lumayan besar dan terlihat mewah. Hill mendekati pintu rumah itu dan mencoba membukanya, tetapi pintu itu terkunci. Lalu Hill mulai berbalik ke arah samping, seketika Hill melihat sesuatu.

...Di arah sana aku seperti melihat seseorang menggunakan jubah hitam yang berjalan ke samping tempat ini. Apakah dia yang tinggal di tempat ini...?

Seketika Hill pun berjalan ke sisi tempat itu.

"Hill, kamu mau ke mana?"

"Aku tadi melihat seseorang yang berjalan di sana."

Levia mengikuti Hill, Levia terus berjalan sampai akhirnya sampai ke bagian sisi, Hill pun melihat-lihat sekitar.

...Tidak ada siapa-siapa di sini. Apa aku salah lihat ya...?

"Hill, lihat ini."

...Ada jejak kaki yang berukuran seperti kaki orang dewasa, lalu di bagian dinding di samping jejak kaki itu terlihat seperti bekas telapak tangan seseorang yang baru saja memegang dinding itu. Jejak telapak tangannya berwarna merah, semakin ke depan jejak merah telapak tangan itu semakin menghilang...

"Hill, sebaiknya kita pergi dari sini."

"Baiklah."

Hill dan Levia pun berjalan kembali ke desa.

Beberapa waktu yang lalu, di tempat yang berbeda, di salah satu rumah warga desa Intilasi, terlihat banyak orang tua yang sedang berkumpul. Beberapa dari mereka ada yang berada di luar menggunakan jas hujan, termasuk Yuli yang saat itu berada di dalam rumah. Yuli pun berkata kepada penduduk desa yang ada di sana:

"Dia sudah mati, ada seseorang yang membunuhnya."

Terlihat ada sebuah mayat pria tua yang tampaknya sudah ditusuk berkali-kali. Para warga merasa ketakutan, salah satu warga berkata:

"Kenapa dia dibunuh? Dia adalah orang baik, aku selalu mancing dengannya."

Yuli pun berpikir:

...Jangan-jangan kekacauan yang ada di kota sudah sampai ke tempat ini. Tetapi jika itu terjadi, seharusnya akan ada banyak serangan ke desa ini. Sedangkan ini hanya satu korban, ini hanyalah pembunuhan.

"Yuli, apa yang harus kita lakukan?"

...Tidak mungkin salah satu dari mereka pembunuhnya. Mereka hanyalah orang tua yang sudah berumur 60 tahun lebih...

"Semua jangan khawatir, aku akan mencari tahu. Untuk sekarang, kita harus menguburnya."

Sementara itu, di tempat lain, terlihat Hill dan Erik yang sedang kembali berjalan ke tempat pemukiman.

"Hill, apakah kita perlu memberitahukan yang lain tentang ini?"

"Tidak perlu, Levia. Mungkin itu hanya seorang pemburu biasa."

Ketika Hill dan Levia berjalan, tiba-tiba terdengar seorang pria yang memanggil mereka dari belakang.

"Oi, Hill, Levia, tunggu!"

Terlihat Erik sedang berlari menuju Hill dan Levia, dan akhirnya mereka berjalan bersama. Lalu Levia berkata:

"Erik, kamu habis dari mana?"

"Yuli menyuruhku melihat-lihat sekitar desa."

"Untuk apa?"

"Sebenarnya tadi..."

Di saat mereka berbicara, tiba-tiba mereka melihat banyak warga desa yang sedang membawa peti, lalu Yuli memanggil mereka. Hill, Levia, dan Erik pun bergegas menghampiri kerumunan itu. Levia pun berkata:

"Yuli, ada apa ini?"

"Sebenarnya salah satu warga desa ini ada yang mati terbunuh. Aku menyuruh Erik melihat-lihat sekitar desa, mungkin bisa menemukan seseorang yang mencurigakan."

"Aku sudah mencarikannya, tetapi tidak ada apa-apa."

Seketika, Levia mengatakan sesuatu:

"Sebenarnya aku dan Hill tadi melihat seseorang di rumah besar yang cukup jauh dari pemukiman desa. Hill melihat orang dewasa. Orang itu meninggalkan jejak kaki dan jejak tangan berwarna merah di dinding."

"Oke, Yuli, kita harus ke sana."

"Kita ke sana nanti saja, kita harus menyelesaikan pemakaman ini dulu."

Waktu terus berlalu sampai akhirnya mereka menyelesaikan pemakaman. Yuli pun berkata:

"Semua tolong segera kembali ke tempat kalian masing-masing, pastikan kunci pintu kalian."

Para warga mulai kembali ke rumah mereka masing-masing.

"Hill, Levia, kenapa kalian tidak kembali?"

"Aku dan Hill ikut bersama kalian."

"Tidak boleh, ini berbahaya."

"Kami sudah mengalami hal yang lebih berbahaya dari ini."

Yuli dan Erik melihat wajah Hill dan Levia, lalu mereka memutuskan untuk pergi ke rumah besar yang ada di ujung desa. Tak lama kemudian, Ibu Jill muncul dan berkata:

"Kalian mau ke mana?"

"Ibu Jill, di luar desa sana ada sebuah rumah besar. Rumah siapa itu?"

"Itu adalah rumah tuan rumah desa ini, tetapi sejak hujan yang tidak berhenti, mereka pindah ke kota."

"Ibu Jill, sebaiknya segera kembali ke rumah."

"Baiklah, sepertinya kalian mencoba menyelidiki apa yang terjadi. Aku berterima kasih kepada kalian, karena di desa ini hanya ada orang tua. Aku senang ada anak muda yang bisa membantu kami. Berhati-hatilah."

Mereka pun mulai berjalan ke arah rumah bekas bangsawan itu. Di perjalanan, Erik mulai mengatakan sesuatu:

"Hill, Levia, mungkin sedikit terlambat aku bertanya, aku ingin tahu sebenarnya di mana kalian tinggal? Kenapa kalian bisa ada di sini?"

Levia yang mendengar itu melihat ke arah Hill.

...Hill sepertinya tidak keberatan untuk menceritakannya. Aku pun percaya kepada mereka. Mungkin ini saatnya aku menceritakan semuanya, mungkin saja mereka bersedia membantu kami.

Levia mulai menceritakan dari mana mereka berasal dan kenapa mereka bisa sampai di sini, tetapi Levia tidak mengatakan sedikit pun tentang pohon besar, karena jika dia membahasnya, Hill mungkin akan tahu kalau kejadian itu sudah terjadi satu bulan yang lalu. Erik dan Yuli mendengar cerita mereka, mulai merasa sedih dan mengeluarkan air mata, lalu Yuli berkata:

"Jadi kalian dari Magi? Sekarang Hill berencana pergi ke Yidh, lalu di perjalanan kalian masuk ke sebuah tempat aneh, masuk ke lubang hitam, dan muncul di sini. Tapi kami mempercayainya. Kami bisa melihat dari wajah Hill yang selalu terlihat berbeda dari anak seumurannya. Kami selalu bertanya-tanya, apakah dia sudah mengalami hal yang berat?"

"Yuli benar. Tetapi mencari pengguna sihir teleportasi itu sulit. Aku sebagai prajurit pedang memiliki energi sihir, tetapi itu untuk memperkuat fisikku. Lalu pengetahuan Yuli tentang pengobatan sangat tinggi. Jika kalian menerima kami, kami bersedia membantu kalian. Lagian saat ini kami tidak memiliki tujuan ke mana kami harus pergi."

Hill dan Levia melihat ke arah Erik dan Yuli dengan ekspresi yang kaget. Lalu Levia dengan semangat berbicara:

"Wow, benarkah? Kami senang kalian bersedia membantu. Hill, akhirnya kita tidak sendirian."

"Tapi nanti ya, setelah kita menyelesaikan masalah yang ada di desa ini."

"Baiklah."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!