Hanya karena Fadila berasal dari panti asuhan, sang suami yang awalnya sangat mencintai istrinya lama kelamaan jadi bosan.
Rasa bosan sang suami di sebabkan dari ulah sang ibu sendiri yang tak pernah setuju dengan istri anaknya. Hingga akhirnya menjodohkan seseorang untuk anaknya yang masih beristri.
Perselingkuhan yang di tutupi suami dan ibu mertua Fadila akhirnya terungkap.
Fadila pun di ceraikan oleh suaminya karena hasutan sang ibu. Tapi Fadila cukup cerdik untuk mengatasi masalahnya.
Setelah perceraian Fadila membuktikan dirinya mampu dan menjadi sukses. Hingga kesuksesan itu membawanya bertemu dengan cinta yang baru.
Bagaimana dengan kehidupan Fadila setelah bercerai?
Mampukah Fadila mengatasi semua konflik dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7.
Febri menatap tajam pada Fadila yang berani mengancamnya secara tidak langsung. Pria itu sebenarnya sangat takut saat ini. Apa lagi ayah mertuanya yang merupakan bosnya di perusahaam tidak tahu kalau dia sudah punya istri sebelumnya.
"Jangan macam-macam, Fadila. Atau aku akan menceraikanmu dan membuangmu di jalanan." Febri mencoba mengancam Fadila dengan perceraian.
"Oh astaga, aku takut sekali. Tapi bohong." Fadila tersenyum menatap Febri yang semakin tak pervaya dengan perubahan sikap Fadila.
"Apa mau mu? Ingin uang? Aku akan berikan berapapun yang kamu inginkan, dan segera pergi dari sini sebelum aku memanggil keamanan." Baby menatap tajam Fadila yang masih saja terlihat santai.
"Silahkan, dan aku akan memberitahu orang tuamu kalau kamu itu merebut suami orang lain. Pastinya kamu tahu apa yang akan di lakukan orang tuamu yang pengusaha itu kan? Demi reputasi dan nama baik, dia pasti akan mengurus perceraian kalian secepatnya. Walau kalian tidak setuju." Fadila meremehkan Baby balik.
Febri dan Baby mengepalkan tangan erat karena Fadila yang nampak masih sangat betah di sana. Bahkan menatap sesekali melirik ke arah orang tua Baby dan Febri yang sedang menatap pelaminan.
"Katakan apa maumu, Fadila?" Geram Febri yang sudah mulai was-was di perhatiakn mertuanya.
"Aku hanya butuh tanda tanganmu saja sebenarnya," sahut Fadila.
"Tanda tangan untuk apa?" Tanya Baby tak suka dan berpikiran macam-macam.
Fadila menatap Dwi meberi kode agar membawakan tasnya.
Dwi dan Sinta langsung naik ke pelaminan menyusul Fadila dengan semangat.
"Kalian yakin ingin membahas hal ini di sini? Kalau aku sih di mana saja boleh, asal kalian tahan malu kalau sampai ada tamu yang naik dan mengetahui apa yang terjadi di sini." Fadila menatap pasangan di depannya mengejek.
Febri dan Baby saling pandang.
"Ikut aku," ucap Baby lalu meminpin turun dari pelaminan bersama dengan Febri.
Fadila dan kedua temannya hanya mengikuti saja di belakang. Hingga mereka tiba di bagian belakang pelaminan.
"Sekarang katakan apa maumu?" Baby menatap tajam pada Fadila.
"Tidak banyak, tapi aku ingin tanya pada kamu, Feb. Apa kamu benar-benar akan menceraikan aku?" Fadila melihat Febri yang nampak ragu-ragu menjawab.
Baby yang melihat keraguan di mata suaminya langsung marah.
"Kenapa kamu gak jawab, Mas? Ceraikan saja dia, kamu selalu bilang kalau dia gak berguna. Jadi untuk apa orang gak berguna di urusin, ceraikan saja. Atau aku minta papa untuk pecat kamu." Ancam Baby yang membuat Febri takut.
"Fadila, aku talak kamu dengan talak 3. Kamu bukan istriku lagi, segera pergi dari hidupku." Febri dengan santainya mengucapkan hal itu pada Fadila yang hatinya sangat sakit.
Mendengar talak 3 yang di berikan oleh Febri sangat meremas hati Fadila. Ia seolah sangat tidak di inginkan lagi oleh pria itu setelah mendapatkan yang lebih segalanya.
Namun Fadila mencoba menguatkan hatinya lagi dan tetap bersikap santai tanpa terpengaruh.
"Kalau ada talak 4, mungkin aku sudah kena talak 4. Tadi kamu juga sudah mengucapkan cerai dengan niat dan itu sudah berlaku." Fadila menatap malas pada Febri yang diam setelah menalak Fadila.
"Sekarang kamu bukan istri, Mas Febri. Jadi pergi dari sini sebelum aku usir kalian dengan sangat mengenaskan." Ancam Baby yang masih saja tak di pedulikan Fadila, apa lagi kedua temannya.
Fadila mengeluarkan dua map dari tasnya, juga pena.
"Nih, tanda tangani semua surat ini." Fadila menyodorkan map pertama yang sudah di bukanya ke hadapan Febri.
"Apa ini?" Tanya Febri sembari melihat kertas di depannya.
Fadila langsung menarik kembali kertas itu dan meminta pengawal Dwi memegangnya.
"Kamu hanya punya waktu 30 detik untuk tanda tangan. Lebih 1 detik saja, semua kelakuan kalian akan terlihat di muka umum." Fadila berucap dengan nada dingin serta wajah datarnya.
"Siapa kamu bernai mengancam kami, hah? Kalian hanya orang-orang susah yang masuk pesta orang kaya tanpa undangan. Dasar ma ..."
"Ssst ... Sst ... Jangan maling teriak maling. Waktu terus berjalan." Fadila menghentikan ucapan Baby dan menyodirkan pena pada Febri.
"Satu ..."
Fadila mulai menghitung saat Febei hanya diam saja menatapnya.
"Dua ..."
"Cepat tanda tangan, Mas." Desak Baby saat ia melihat logo pengadilan di surat yang ada di hadapan Febri.
Baby sangat yakin kalau itu pasti pengadilan agama. Artinya, Baby akan menjadi satu-satunya istri Febri.
Febri menanda tangani berkas yang di pegang oleh seorang pengawal Dwi. Hingga akhirnya kedua map berisi beberapa surat itu sudah selesai di beri tanda tangan.
"Terimaksih atas segala, dan selamat untuk pernikahan kalian berdua. Semoga selamanya tidak akan ada orang yang tahu apa yang telah kalian berdua lakukan." Fadila melirik sekilas seorang pria yang sedang berdiri di balik dinding tak jauh dari mereka.
Fadila yakin kalau itu mungkin papanya Baby dan sedang mendengarkan apa yang mereka katakan.
"Pergi kalian dari sini!" Usir Baby dengan wajah kesal karena di ejek Fadila.
"Gak perlu di usir, kami juga mau pergi. Untuk apa lama-lama di sini kalau cuma untuk lihat suami penghianat dan pelakor bersatu. Bikin sakit mata." Dwi yang sejak tadi sudah gatal ingin bersuara akhirnya bicara juga.
"Banyak kuman penyebab penyakit menular lagi," sambung Sinta.
Fadila melangkah pergi meninggalkan tempat itu bersama kedua temannya. Mereka berjalan santai seperti awla masuk. Berlenggak-lenggok layaknya model.
"Dwi, minta mereka kirimkan hadiah kita saat ini juga. Sebagai peringatan dan pelajaran karena sudah berani menghina kita tadi." Fadila berucap pelan pada Dwi di sebelahnya.
"Iya, Dwi. Biar tahu rasa itu orang-orang sombong." Semangat Sinta.
Dwi memberi kode ok dengan tangannya lalu menatap pengawalnya dan memberi anggukan sebagai kode pula.
Ketiganya berjalan santai keluar dari tempat resepsi itu. Tapi belum juga sampai pintu keluar, suara teriakan heboh orang-orang sudah terdengar.
Sampai di luar gedung, ketiganya bertos ria dan pergi meninggalkan hotel. Hati Fadila juga sudah sangat lega karena bisa lepas daei belenggu yang di ikatkan oleh Febri padanya.
Apa lagi ia bisa mendapatkan apartemen yang di sewakan Febri. Anggap itu kompensasi karena penghianatanmu, batin Fadila.
Jika Fadila dan kedua temannya nerasa senang, lain halnya dengan di tempat resepsi pernikahan Febri dan Baby.
Setelah kepergian Fadila dan yang lainnya, pria yang di lihat Fadila berdiri di tembok akhirnya menampakkan dirinya.
Febri dan Baby sangat shok melihat kedatangan pria itu. Apa lagi Febri yang saat ini sudah pucat karena kedatangan papa mertuanya.
"Siapa wanita tadi? Dan hubungan kalian dengannya?" Tanya papa Baby dengan wajah datar.
"Dia ... Dia cuma karyawan di bagian Mas Febri yang mau tugas keluar kota, Pa. Karena besok pagi sekali sudah harus berangkat, jadi dia minta tanda tangan Mas Febri sekarang juga." Baby tersenyum kaku pada papanya setelah berbohong.
"Jangan membohongi Papa, Baby. Papa, sudah mendengar semuanya tadi. Awalnya Papa penasaran, Kenapa kalian turun dari pelaminan setelah berbicara lama dengan wanita tadi? Tapi sekarang Papa sangat kesal setelah tahu kenyataan yang kalian sembunyikan." Papanya Baby menatap marah pada anak dan menantunya.
Suara teriakan heboh di luar menarik perhatian ketiga orang yang sedang tegang itu. Hingga akhirnay mereka keluar untuk melihat.
Alangkah kagetnya Baby dan Febri saat melihat apa yang terpampang di layar monitor yang seharusnya menampilkan tentang pernikahan itu.
Gambar surat keterangan Dokter dari sebuah rumah sakit. Dengan nama Baby yang tertera di sana. Beberapa menit kemudian, muncul sebuah rekaman cctv bersuara yang terdengar jelas.
Febri sangat shok mendengar dan melihat apa yang ada di depan sana. Bahkan papanya Baby sampai jatuh pingsan karena tak percaya dengan apa yang di lakukan oleh anaknya yang baru saja di nikahkannya itu.