Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. TERBAWA MIMPI
TERBAWA MIMPI
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Hari demi hari berlalu, dan tanpa bisa Arman cegah, Alya terus memenuhi pikirannya.
Sejak malam itu, Arman semakin penasaran dengan Alya. Setiap kali mereka bertemu, baik secara sengaja maupun tidak, Arman selalu mencuri-curi pandang dan memperhatikan gerak-gerik Alya tanpa sepengetahuan istrinya, Andin.
**
Suatu pagi, saat Alya sedang membersihkan ruang tamu, Arman melintas dari arah kamar kerja.
Ia seharusnya langsung menuju mobil untuk pergi ke kantor, tapi kakinya terhenti sejenak.
Dari balik pintu, ia memperhatikan Alya yang sibuk mengepel lantai.
Gerakan lembut tangannya saat menyeka meja, tatapan matanya yang fokus, bahkan rambutnya yang sedikit berantakan membuat Arman tidak bisa mengalihkan pandangannya.
Alya yang menyadari ada seseorang memperhatikannya pun menoleh sekilas. Tatapan mereka bertemu, dan seketika wajah Alya memucat.
Alya buru-buru menunduk dan melanjutkan pekerjaannya dengan gerakan kaku. Sementara Arman tersenyum tipis karena merasa puas melihat reaksi gugup dari Alya.
"Tuan Arman, Anda butuh sesuatu?," tanya Alya dengan suara rendah dan terdengar gemetar.
"Ah, tidak... Lanjutkan saja," jawab Arman sambil berusaha terdengar biasa saja, meskipun hatinya berdebar.
Arman segera melangkah pergi, meski bayangan Alya terus mengganggu pikirannya.
**
Siang harinya, saat Arman tengah duduk di ruang kerja, ia bisa melihat Alya yang sedang menyiram tanaman di taman melalui jendela besar.
Ia memperhatikan bagaimana Alya bergerak dengan tenang, bahkan senyum kecil yang muncul di bibirnya saat menyentuh bunga-bunga itu.
Tiba-tiba, Arman merasa ingin tahu lebih banyak tentang gadis ini. Bukan sekadar sebagai pembantu di rumah, tetapi sosoknya yang lebih dalam.
"Kenapa dia bisa begitu tenang?," pikir Arman dengan sorot mata yang terus terpaku pada Alya.
Ada dorongan dalam dirinya untuk mendekati Alya lagi, tetapi ia tahu itu akan salah. Namun, naluri liarnya selalu menang setiap kali ia melihat Alya.
**
Malam harinya, ketika semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing, Arman keluar dari kamar untuk minum.
Saat ia melewati dapur, ia melihat Alya tengah membersihkan peralatan makan setelah makan malam. Lagi-lagi, tanpa sadar Arman memperhatikannya dari balik pintu.
Alya yang tampaknya merasa diawasi, berhenti sejenak dan menoleh. Lalu tatapan mereka pun kembali bertemu.
Alya terlihat gugup, namun kali ini ia tidak langsung menunduk dan hanya berdiri diam sambil meremas lap di tangannya.
"Alya, kamu masih di sini?," tanya Arman seraya tersenyum tipis.
"Saya baru selesai, Tuan. Maaf kalau mengganggu," jawab Alya mengangguk pelan.
Lalu, Arman berjalan mendekatinya hingga membuat Alya semakin gelisah. "Tidak, kamu tidak mengganggu," jawabnya sambil berjalan semakin mendekat.
"Kalau begitu, saya permisi, Tuan," ucap Alya dengan cepat dan berusaha melarikan diri dari situasi itu.
"Lucu sekali," gumam Arman.
**
Malam itu, Arman tertidur dengan pikiran yang dipenuhi oleh Alya. Bayangan wajahnya, senyumnya, dan sentuhan lembut tangannya terus menghantui benaknya.
Hingga akhirnya ia pun bermimpi...
Dalam mimpinya, Arman berada di sebuah ruangan yang redup, dihiasi cahaya lilin yang lembut.
Di depannya, Alya berdiri dengan anggun, mengenakan gaun putih tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas.
"Alya..." bisik Arman.
Alya tersenyum manis dan mendekatinya perlahan hingga membuat jantung Arman berdetak semakin cepat.
Setiap langkah Alya membuatnya terpesona dan tidak bisa di tolak. Saat Alya sudah berada di hadapannya, ia menyentuh pipi Arman dengan lembut, membelai rambutnya dan menatapnya dalam-dalam.
"Tuan...," bisik Alya dengan suara lembut, seperti melodi yang menggetarkan hati Arman.
Kemudian, Arman pun menarik Alya ke dalam pelukannya. Tubuh Alya yang hangat terasa begitu nyata dalam dekapannya.
Lalu, Arman mencium lehernya, menghirup aroma tubuh Alya yang membuatnya semakin bergairah.
Tangannya menelusuri tubuh Alya dengan perlahan, hingga ia merasakan getaran halus dari tubuhnya.
"Akh...."
Alya mendesah pelan hingga membuat Arman semakin terbakar oleh gairah.
Tanpa ragu, Arman langsung meraih wajah Alya dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat.
Ciuman mereka pun semakin dalam dan semakin panas. Bahkan tangan Arman semakin liar menelusuri setiap inci tubuh Alya.
"Alya... Aku ingin memilikimu sepenuhnya," bisik Arman dalam mimpi itu, suaranya terdengar parau karena diliputi nafsu yang tidak tertahan.
Alya merespon dengan menyentuh lembut dada Arman, seolah memberikan izin untuk melanjutkan apa yang ia inginkan.
Akhirnya, tubuh mereka pun menyatu, dan sensasi itu membuat Arman merasa seolah dunia luar tidak lagi penting.
Namun, tiba-tiba semuanya berubah. Arman terbangun dengan napas memburu, tubuhnya berkeringat, dan jantungnya berdetak kencang.
Ia tersentak saat menyadari dirinya berada di ranjangnya, bukan dalam pelukan Alya seperti di dalam mimpi.
"Apa ini? Ternyata hanya mimpi!," gumam Arman.
Lalu, Arman mendudukkan dirinya di atas ranjang, matanya terbuka lebar dalam kegelapan kamar namun mimpinya itu masih tergambar jelas di benaknya.
Oleh karena itu, kini tubuhnya masih terasa panas karena gairah dari mimpi itu belum sepenuhnya hilang. Hingga akhirnya ia menemukan Andin yang tidur di sampingnya dan menuntaskan hasratnya itu dengan Andin.