seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Melindungi Perusahaan
Setelah percakapan mendalam dengan Tanier, Lieka mulai merasakan tekanan yang semakin besar. Masalah bisnis mulai mengancam stabilitas perusahaan, sementara persaingan dengan Sundari dan perusahaan rival semakin meruncing. Lieka tahu, waktunya tidak banyak untuk menyelamatkan perusahaan dari berbagai ancaman, baik internal maupun eksternal.
Pagi itu, Lieka menerima laporan terbaru dari tim keuangannya. Beberapa investor mulai ragu dengan stabilitas perusahaan, terutama setelah beberapa kebijakan restrukturisasi yang dia terapkan. Selain itu, rumor bahwa Sundari dan perusahaannya akan merebut tender besar yang sedang diincar oleh Lieka, mulai beredar. Ini jelas bukan kabar baik.
"Bu Lieka, kita punya masalah," kata Reza, manajer keuangan, saat menyampaikan laporan. “Jika kita kehilangan tender ini, dampaknya akan sangat buruk bagi arus kas perusahaan.”
Lieka mendengarkan dengan serius, wajahnya menunjukkan ketenangan meskipun batinnya berkecamuk. “Aku tahu, Reza. Itulah kenapa kita harus bekerja lebih keras. Aku tak akan membiarkan Sundari atau siapapun merebut apa yang menjadi milik kita.”
Reza mengangguk, meskipun kekhawatiran masih terpancar dari matanya. “Kita perlu strategi baru. Sundari mungkin sudah mengantongi informasi penting. Kita harus segera bertindak.”
Lieka setuju. Ia langsung memanggil tim eksekutifnya untuk pertemuan darurat. Di ruang rapat besar yang dipenuhi oleh aura tegang, Lieka berdiri di depan layar presentasi, tatapannya tajam seperti elang.
"Semua orang di sini tahu apa yang sedang kita hadapi," katanya, suaranya tegas dan penuh kendali. "Perusahaan kita sedang diserang dari segala arah, dan kita tidak bisa lengah. Saya ingin semua orang di sini memberikan ide terbaiknya untuk memenangkan tender ini, sekaligus menjaga stabilitas perusahaan."
Suasana rapat semakin intens saat satu per satu anggota tim memberikan pendapat dan strateginya. Tanier, yang duduk di pojok ruangan, mendengarkan dengan cermat, meski pikirannya juga terpecah antara pekerjaan dan masalah pribadi. Dia tahu betapa pentingnya situasi ini bagi Lieka, dan dia bertekad untuk membantunya melewati badai ini.
Ketika tiba gilirannya berbicara, Tanier berdiri dengan percaya diri. "Saya punya beberapa kontak di perusahaan mitra yang bisa membantu kita mendapatkan informasi lebih lanjut tentang gerakan Sundari," ucapnya dengan tenang. "Kita bisa memanfaatkan hubungan baik itu untuk mengambil langkah lebih cepat."
Lieka menatap Tanier dengan penuh rasa syukur. Pria itu tidak hanya sabar dan kocak, tetapi juga cerdas dalam menghadapi situasi krisis. Meski ada ketegangan antara mereka terkait Sundari, Lieka tahu dia bisa mengandalkan Tanier dalam situasi ini.
"Bagus, Tanier," kata Lieka. "Segera urus hal itu dan laporkan perkembangan secepat mungkin. Kita harus memastikan semua langkah kita terukur dan tepat sasaran."
Setelah rapat selesai, Lieka kembali ke ruangannya dengan kepala yang penuh. Dia harus menjaga fokus dan tidak membiarkan hal-hal pribadi mengganggu keputusannya. Namun, semakin hari, hubungan dengan Tanier semakin erat, dan ini membuatnya khawatir apakah itu akan mempengaruhi profesionalismenya.
Saat dia termenung, telepon di mejanya berdering. Itu adalah panggilan dari salah satu pemegang saham utama. Lieka tahu bahwa perbincangan ini bisa menjadi titik balik, apakah dia akan mendapatkan dukungan penuh atau justru kehilangan kepercayaan dari orang-orang yang berkuasa dalam struktur perusahaan.
“Lieka, saya dengar perusahaan sedang dalam situasi sulit. Apa yang kamu lakukan untuk memperbaiki keadaan?” suara dari ujung telepon terdengar tajam.
Lieka menghela napas sejenak sebelum menjawab. "Kami sedang menyusun strategi baru. Ada persaingan yang ketat untuk tender besar, tetapi kami yakin bisa menang. Kami juga sedang mengamankan beberapa investor baru."
Pemegang saham tersebut tetap diam selama beberapa detik, sebelum akhirnya berkata, "Saya harap kamu tahu apa yang kamu lakukan. Perusahaan ini tidak bisa mengambil risiko terlalu besar."
Setelah panggilan itu berakhir, Lieka duduk di kursinya, merenung. Tekanan semakin besar, dan dia sadar bahwa satu kesalahan saja bisa menghancurkan semuanya. Tapi satu hal yang pasti, dia tak akan mundur tanpa perlawanan.
Dengan tekad yang semakin bulat, Lieka mulai menyusun langkah berikutnya. Tidak peduli siapa yang akan mencoba menjatuhkannya, baik itu Sundari, perusahaan saingan, atau bahkan mantan suaminya, Sugi. Lieka Fahrom akan melindungi perusahaannya dengan segala cara yang dia miliki.
Sementara itu, di luar kantornya, Tanier sudah mulai bergerak dengan rencana untuk mengatasi ancaman dari Sundari. Dia tahu, waktunya tak banyak, tapi dia yakin bisa memberikan kontribusi nyata untuk Lieka dan perusahaan yang dia cintai.
Lieka berusaha menenangkan pikirannya setelah menerima panggilan dari pemegang saham utama. Tekanan yang dialaminya bukan hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam dirinya sendiri. Di tengah kekacauan yang melanda perusahaan, perasaan pribadinya terhadap Tanier semakin mengaburkan garis antara profesionalitas dan emosi.
Sore itu, Lieka memutuskan untuk keluar dari kantornya sebentar, mencari udara segar. Langkahnya membawa dia ke balkon kantor yang menghadap pemandangan kota Jakarta. Di sana, dia memejamkan mata, membiarkan angin sore menenangkan pikirannya yang kacau. Satu hal yang pasti, dia harus membuat keputusan cepat untuk menyelamatkan perusahaannya dan memastikan bahwa Sundari tidak mengambil alih tender besar yang akan menentukan masa depan perusahaan.
Tanier menghampirinya, tanpa sepatah kata. Dia bisa merasakan tekanan yang sedang dirasakan Lieka. Meskipun Lieka selalu terlihat tegar dan kuat di depan publik, Tanier tahu bahwa wanita itu menyimpan banyak hal di dalam hatinya. Tanier selalu merasa terhubung dengan sisi rapuh dari Lieka, sisi yang jarang diperlihatkan pada siapa pun.
"Hei," kata Tanier pelan, mencoba tidak mengganggu ketenangan yang telah tercipta.
Lieka membuka matanya perlahan dan melihat ke arah Tanier. Pria itu berdiri di sampingnya, dengan senyum khasnya yang menenangkan. "Hei," jawab Lieka, mencoba tersenyum kembali, meskipun pikirannya masih tertuju pada masalah yang harus dihadapi.
"Aku tahu ini tidak mudah," Tanier berkata sambil menatap jauh ke horizon, "Tapi aku yakin kamu akan melewati semua ini. Aku akan selalu ada untukmu."
Lieka tersenyum samar. Kata-kata Tanier memberi sedikit kelegaan di tengah tekanan yang ia rasakan. Di antara semua kekacauan yang terjadi, kehadiran Tanier adalah satu-satunya hal yang membuatnya merasa tenang, meskipun perasaan itu terkadang membuatnya bingung.
"Kamu terlalu baik, Tanier," katanya sambil menatap pria itu. "Aku tidak tahu apakah aku pantas mendapatkan dukungan sebesar ini darimu."
Tanier menggeleng, seolah menolak ide itu. "Kamu pantas mendapatkan lebih, Lieka. Kamu hanya perlu percaya bahwa kamu bisa melewati semua ini. Jangan biarkan Sundari atau siapapun mengambil apa yang sudah kamu bangun."
Mendengar itu, Lieka merasa lebih bersemangat. Dengan Tanier di sisinya, dia merasa lebih kuat dan siap menghadapi tantangan apapun yang datang. Tekanan yang dirasakannya, baik dari bisnis maupun dari mantan suaminya, Sugi, mungkin akan terus menghantuinya. Tapi dengan dukungan Tanier, dia yakin bisa melawan semuanya.
"Kita harus segera bertindak," kata Lieka, dengan nada lebih tegas. "Aku tidak akan membiarkan Sundari merebut tender ini. Kita harus membuat langkah besar yang bisa mengubah permainan."
Tanier mengangguk setuju. "Aku sudah mendapatkan beberapa informasi tentang langkah Sundari. Dia berusaha untuk mendapatkan dukungan dari salah satu mitra kunci yang kita incar."
Wajah Lieka mengeras mendengar itu. "Kita tidak bisa membiarkan dia melangkah lebih jauh. Aku akan segera menghubungi mitra tersebut. Kita akan buat tawaran yang tidak bisa mereka tolak."
Saat mereka berdua kembali ke dalam, aura tekad yang kuat menyelimuti mereka. Lieka tahu, pertempuran ini belum selesai. Tapi dengan strategi yang tepat dan dukungan dari orang-orang yang dia percaya, terutama Tanier, dia yakin bisa membawa perusahaannya keluar dari krisis ini.
Namun, meski fokus pada bisnis, perasaan antara mereka berdua semakin sulit untuk diabaikan. Tanier tidak lagi sekadar karyawan yang setia, tetapi juga seseorang yang terus-menerus mendukung dan memahami Lieka lebih dari siapa pun.
Lieka berjanji pada dirinya sendiri bahwa, apapun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan perasaannya menghalangi langkah besar yang harus diambil untuk menyelamatkan perusahaan. Tetapi di balik semua itu, hatinya mulai merasakan sesuatu yang semakin sulit untuk diabaikan.