Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Seorang gadis berseragam sekolah sedang berlari dengan ketakutan di sepanjang malam.
Rambut dan pakaiannya nya terlihat berantakan, air mata nya juga mengalir deras memenuhi wajah nya.
Dia terus berteriak meminta tolong pada siapapun yang ada di daerah sekitar tempat ia berlari namun tidak ada satu pun orang disana.
Itu tempat yang sepi. Di kelilingi dengan pepohonan yang rindang dan tinggi, tidak ada pencahayaan sama sekali.
Beberapa meter di belakang nya, terdengar dengungan suara motor yang seperti nya sedang berjalan menuju gadis tersebut.
Bukan hanya satu, melainkan lima pengendara motor lah yang mengejar perempuan tadi.
"Adik manis, sini dong sama abang"Ujar salah satu dari mereka sambil tertawa terbahak-bahak.
Gadis itu menggeleng dengan kencang dan berusaha secepat mungkin berlari menjauh dari mereka.
Perempuan itu hampir saja putus asa namun ketika dia melihat ada cahaya penerangan jauh di depan sana, dia merasa harapannya masih ada.
Seperti nya dia akan mendekati jalan kota, gadis itu pun semakin mengencang kan lari nya meski kaki nya sudah tidak tahan lagi.
"Jangan biarkan dia lolos ke jalan kota"Ucap pemuda memakai helm full face hitam.
Semua pengendara lain mengangguk paham dan mengencangkan kendaraan mereka. Tiba-tiba gadis itu tersandung batu dan akhirnya terjatuh ke bawah.
Padahal sedikit lagi, dia bisa saja masuk ke jalan umum. Darah merembes keluar dari luka di kaki gadis itu tanpa sengaja dia tergores batang kayu ketika jatuh.
Para pengendara motor itu berhenti dan turun dari motor nya, mereka mendekati gadis itu yang mundur ketakutan.
"Lepasin gue, tolong..."Ucap gadis itu sambil menangis. Tangan nya berusaha meraih apapun yang bisa membantu nya melindunginya diri.
Para pemuda itu malah tertawa, semua memakai jaket hitam dan kupluk di kepala mereka. Tidak ada yang dapat mengetahui
seperti rupa para pemuda yang ingin menyiksa gadis itu.
"Lihat, dia sangat menyedihkan."
"Sekolah kecantikan memang tidak pernah gagal menghasilkan murid, ahahaha..."
"Kita siksa dia disini?"Tanya pemuda itu pada seseorang yang terlihat sebagai pemimpin.
Si pemuda yang memakai helm full face hitam, dia melihat sekeliling yang gelap dan tidak ada cahaya sama sekali.
Meski sudah dekat dengan jalanan umum, tempat ini masih tidak terlihat jika di lalui begitu saja.
"Seret dia ke balik pohon itu, lakukan apa yang ingin kalian mau pada nya."
Mendengar ucapan pemuda itu, pengendara lain nya pun dengan semangat membawa gadis malang itu pergi ke balik pohon besar disana.
"Tidak...lepas!"Teriak gadis itu ketika tangan-tangan kasar itu mulai menerkam nya dan menyeret tubuh nya.
Pemuda yang memakai helm itu hanya diam dan menatap mereka semua.
Di sisi lain,
Alice tidak tahu apa yang sedang di lakukan sekarang, sejam yang lalu, dia berada di rumah sambil menonton drama di laptop nya.
Tapi sejam kemudian dia sudah berada di sini, menyusuri jalanan kota sambil mencari sesuatu untuk di makan.
Dia kelaparan, dan tidak ada apa-apa di rumah. Para pekerja sudah tidur dan tidak mungkin dia mengganggu istirahat mereka hanya untuk menyiapkan makanan nya.
Jadi dengan kesederhanaan hati nya, dia pun mencari makan sendiri.
Alice lupa kalau dia masih belum hapal jalan-jalan kota. Dia pun nyasar entah dimana, untung nya masih di tempat umum, gadis itu baru saja keluar dari toko roti ketinggalan zaman yang ada di tepi-tepi kota.
"Roti nya enak, sayang sekali ada di tempat terpencil seperti ini"Gumam Alice ketika memakan roti yang ia beli.
Gadis itu duduk di bangku panjang yang tersedia di depan toko, dia menatap sekitar. Banyak toko-toko kecil disini, entah itu toko barang antik, toko guci yang terbuat dari tanah liat atau pun toko... senjata tajam?
Alice melihat toko itu dengan penasaran, banyak sekali pisau yang terpajang di toko itu dari yang kecil hingga besar, bahkan ada katana dan pedang pemenggal kepala kuda.
Astaga, ini tempat apa sih sebenarnya?
Bagaimana bisa ada toko seperti itu disini?
Namun, Alice sedikit tertarik dengan isi toko itu. Dia pun berdiri dan berjalan mendekat kesana, seperti tempat barang antik, lampu kuning yang membuat nya terkadang nostalgia dengan kehidupan lalunya.
Alice membuka pintu toko dan terdengar bunyi bel yang ada di atas pintu. Wow, ini tempat yang cukup menarik, pikir nya semangat.
"Ada yang bisa ku bantu?"
"Argh!"Teriak Alice kaget.
Dia berbalik dan melihat seorang pria tua dengan uban yang memenuhi kepala nya sedang menatap nya datar.
Haha, cukup menyeramkan untuk seorang penjaga toko, hampir saja jantung lepas dari tempat nya.
"Aku akan sangat menghargai jika kau tidak berisik, anak muda"Lanjut pria tua itu tajam.
Dia berjalan melewati Alice dan berdiri di balik konter nya. "Tertarik membeli sesuatu?"Ucap nya menawari.
Alice tersenyum canggung, "Em... saya ingin melihat-lihat dulu, pak. Bisa, kan?"Tanya Alice takut-takut, pria tua ini terlihat seperti seorang prajurit yang sedang pensiun dari tugas nya.
Saat Alice berpikir pria ini tidak akan mau menjawab nya, tiba-tiba dia mengangguk. "Buat diri mu nyaman"Ucap nya acuh dan kembali sibuk dengan pekerjaan nya yang entah apa.
Alice pun tersenyum dan segera menjelajahi seluruh toko. Dia begitu semangat di hadapkan oleh berbagai senjata tajam, mengingat pekerjaan nya dulu begitu berhubungan dengan kekerasan yang mengharuskan dia harus handal dalam berbagai jenis senjata.
Alice mengambil sebuah pisau lipat kecil namun terlihat tajam, itu ringan dia mencoba berpura-pura ingin melemparnya, untuk mengukur seberapa cepat pisau itu akan terhunus.
"Kau bisa mencoba nya di papan dart sana"Suara pria tua itu kembali mengejutkan nya namun Alice segera mencari apa yang di maksud pria itu.
Ada beberapa papan dart yang tertempel di dinding. Wah... tempat ini begitu sempurna bagi nya, Alice segera mengambil beberapa pisau kecil lain nya dan membawa semua nya mendekati papan dart itu.
Alice menghabiskan beberapa waktu untuk mencoba-coba berbagai pisau kecil dan melempari nya ke arah papan dart tadi.
Dia menyukai apa yang dia coba, mungkin berpikir untuk membeli nya. Alice membawa barang-barang itu ke konter tempat pria tua tadi berdiri.
Dia sedang mengelap sebuah pisau berukuran sedang, pria itu mengangkat alis ketika melihat Alice membawa banyak pisau kecil.
"Kau memiliki hobi yang cukup aneh, anak muda"Ucap pria itu sambil tersenyum tipis.
Dia menyingkirkan barang nya tadi dan mengumpulkan milik Alice.
Gadis itu terkekeh kecil, "Yah... pisau mu menakjubkan. Aku tidak bisa mengabaikan mereka begitu saja, ini terlalu indah"Jawab nya ringan.
Pria tua itu mengangguk dan membungkus pisau-pisau Alice dan memberikan nya kepada gadis itu.
Alice segera membayar nya, "Terimakasih"Ucap gadis itu.
Pria tersebut mengangkat bahu, "Kesenangan ku"Kata nya.
Alice segera keluar dari toko sambil berjalan dengan pelan, dia melihat-lihat belanjaan nya. Dia sangat tidak sabar untuk menyusun nya di dalam kamar.
"Arrggh!"
Gadis itu berhenti berjalan. Dia melihat sekeliling, sepertinya dia baru saja mendengar suara teriakan tapi di tempat sepi seperti ini, siapa yang akan membuang waktu nya untuk kegiatan malam?
Alice melirik jam tangan nya, ini bahkan
sudah pukul setengah dua belas. Alice berjalan kembali, di seberang sudah berbeda tempat.
Itu seperti daerah bekas lahan rumah-rumah yang sudah di hancurkan dan ada pohon-pohon tinggi yang mengelilingi daerah itu.
Tempat menyeramkan seperti ini, bagaimana bisa ada orang.
Dia punya pemikiran untuk melarikan diri dari situ, siapa yang tahu suara tadi milik manusia atau roh gentayangan yang tidak terima kalau dia ternyata sudah mati.
Alice berniat mundur kembali untuk melewati toko-toko tadi.
"Tolong! Siapa pun!"
Di sisi lain, gadis itu berusaha melepaskan diri dari para pemuda yang ingin menyakiti nya. Pakaian nya telah kotor karena tanah dan rumput ketika dia jatuh tadi.
"Lo bisa diam? Nggak akan ada yang dengar teriakan lo, sialan!"Bentak pemuda yang memegang gadis itu.
Dia menampar gadis itu dengan keras hingga bibir nya perempuan itu terluka dan mengeluarkan darah. Gadis itu menangis dengan kencang.
"Selesai kan dengan cepat"Ucap pemuda yang memakai helm tadi, dia sedang merokok sambil menyandarkan tubuh nya di batang pohon dan menatap teman-teman nya yang sedang menikmati hasil tangkapan mereka.
Mereka tertawa dan kembali menggerayangi tubuh gadis itu dan melukai nya dengan santai.
Gadis itu berusaha memberontak namun kedua tangan nya di tahan dan di tekan ke tanah hingga kulit nya tergores. Dia ingin mati saja sekarang, pasrah.
Hanya itu yang dapat ia lakukan, gadis itu menatap langit malam dengan pandangan kosong, air mata nya masih mengalir, tubuh nya terasa dingin dan lemas.
Kenapa dia harus menghadapi masalah seperti ini? Dia menyesal telah mengiyakan ajakan teman-teman nya, mereka menipu diri nya.
Gadis itu menutup mata, dia berharap ini semua cepat berlalu tanpa dia sadari.
Bug
Salah satu pemuda yang memegang gadis itu terjatuh, mereka semua terkejut. Tiba-tiba, banyak darah yang berceceran dan itu berasal dari pemuda yang terjatuh tadi.
Bug
Satu lagi, pemuda yang menahan gadis itu kembali jatuh dengan darah yang mengucur keluar dari leher mereka.
"Ini pisau?"Kata pemuda lain nya yang memeriksa keadaan teman nya tadi.
"Jangan di cabut!"Bentak pemuda yang
memakai helm, "Dia akan mati kalau lo cabut pisau nya"Lanjut nya lagi.
Mereka mendadak bingung, apa yang sedang terjadi saat ini. Dari mana pisau-pisau ini datang?
Mereka melihat sekeliling dengan waspada sedangkan gadis itu sudah tidak sadarkan diri.
Terdengar suara dari atas pohon, mereka bertiga melihat ke atas. Dahan dahan pohon itu bergerak, hal itu membuat mereka takut dan mundur beberapa langkah dari sana.
Dalam sekejap sebuah pisau kembali melesat dan mengenai salah satu mata pemuda yang tersisa.
"Arrggh!"Teriak nya kesakitan.
Pisau kecil menancap di mata kiri nya, tanpa sadar dia segera mencabut nya hingga bola mata nya ikut terluka parah, pemuda itu kembali berteriak keras dan terjatuh ke tanah.
"Siapa disana?!"Bentak pemuda yang memakai helm tadi sedangkan sisa nya sudah ingin melarikan diri karena ketakutan namun seperti nya hal itu tidak akan bisa terjadi, sekali lagi sebuah pisau melesat keluar dari atas pohon dan mengenai belakang dengkul pemuda yang ingin melarikan diri tadi.
Dia ikut terjatuh dan berteriak kesakitan. Pemuda yang memakai helm itu mendadak bingung, dia harus melakukan apa.
Tidak lama seseorang turun dari atas pohon, pemuda itu membulatkan mata, ketika melihat seorang gadis cantik berdiri sambil memegang beberapa pisau di tangan nya.
"Lo... s-siapa??"Tanya nya panik.
Gadis itu tidak menjawab, dia hanya tersenyum sinis dan kembali melempar pisau kecil itu ke arah pemuda-pemuda yang sudah tumbang ke tanah tadi.
Dalam sekejap ke empat nya mati begitu saja, bagaimana tidak pisau itu mengarah tepat ke pusat-pusat tertentu yang dapat membuat orang kehilangan nyawa hanya dalam hitungan detik.
"Geng Jupiter? Yang benar saja, ahaha... berani sekali kalian membuat keributan disini"Ucap gadis itu, yang ternyata adalah Alice. Niat ingin melarikan diri ia urungkan ketika tahu, suara teriakan itu milik seorang gadis yang hampir saja di siksa oleh sekelompok pemuda biadab.
"Lo... tahu"Kata pemuda itu ragu.
Dari balik kaca helm nya, dia melirik teman-teman nya yang telah mati. Dia memperhatikan perempuan itu dari bentuk tubuh nya, dia merasa familiar.
"Kita pernah bertemu, kan?"Ucapnya ragu.
Alice menatap nya dingin, tangan nya memainkan pisau kecil yang baru dia beli tadi. Sayang sekali, pisau penghias kamar nya harus terpaksa berlumuran darah karena para bajingan bodoh ini.
Alice mengangkat tangan dan menunjuk kan dua jari pada pemuda itu. Hal tersebut
membuat lawan nya menjadi bingung.
"Aku beri dua pilihan. Pulang dengan satu mata atau utuh tapi mati. Ayo, kau ingin memilih yang mana?"Ucap Alice secara tiba-tiba.
Bukan tanpa sebab dia ingin membiarkan pemuda ini selamat, dia ingin memancing beberapa ikan terlebih dahulu.
Sudah pasti, mereka akan penasaran dengan umpan yang dia berikan. Pemuda itu mengerutkan keningnya di balik helm.
Gadis ini sudah gila, apa dia pikir ancaman seperti itu bisa membuat nya takut? Hanya permainan pisau kecil saja, dia sudah berlagak di depan dirinya.
Dia menatap kembali gadis itu namun tidak ada siapa-siapa di depan sana.
Kemana gadis tadi?
"Mencari ku?"
Sebuah suara dingin terdengar di belakangnya tidak lama dia merasakan sakit di leher nya, itu pisau.
Sejak kapan perempuan gila ini ada di belakang nya, dia bahkan hanya teralihkan beberapa detik saja.
Pemuda itu tidak berani bergerak sedikit pun. Pisau itu semakin menusuk kulit leherku.
"Jika, kau mau. Aku bisa menusuk leher mu di bagian ini, kau hanya akan mati dalam empat detik. Tapi kalau ingin yang lebih lama, aku akan menusuk di bagian ini. Sekitar sembilan detik, kau akan mati"Ucap Alice sambil menunjuk kan sisi leher mana saja yang dapat membuat pemuda itu mati dengan cepat.
Keringat dingin membanjiri pemuda itu, dia
tarik kata-kata nya tadi. Gadis ini memang kelewat gila.
Alice membuka helm pemuda itu dengan cepat dan melemparnya dengan asal. Pemuda itu sedikit terkejut pada apa yang di lakukan Alice barusan. Gadis itu menatap wajah pemuda itu.
"Jadi, seperti ini wajah para pendosa ya? Sangat jelek"Ujarnya sinis.
Pemuda itu mengumpat di dalam hati nya, bisa-bisa nya gadis ini menilai rupa wajah
nya.
Alice melirik mata sebelah kanan pemuda ini, dia sudah menetapkan target nya. "Mata ini, aku akan mengambil nya."
Pemuda itu membulatkan matanya ketakutan, dia berusaha melepaskan diri namun Alice menendang nya dari belakang, tanpa kata Alice segera menyayat leher pemuda itu.
Hanya di titik yang aman namun menyebabkan pendarahan.
"Sialan! Lepas!"Teriak pemuda itu ketika Alice menarik rambutnya, Alice tidak perduli dengan rintihan laki-laki di depan nya, tangan nya mengangkat pisau kecil dan mengarahkan ke mata pemuda itu.
"Tidak! Jangan mata ku!"Kata pemuda itu ketakutan.
Hampir sedikit lagi, pisau itu menusuk bola mata nya. Namun Alice segera berhenti, dia mendengar suara di belakangnya.
Gadis tadi seperti nya telah sadar, dia menatap pemuda itu tajam. Tanpa kata, Alice kembali menyayat leher pemuda itu, sekali lagi di titik yang aman. Pemuda itu berteriak kesakitan.
Satu sayatan lagi, di pipi hingga mendekati telinga pemuda itu. Di bagian tubuh nya, Alice juga memberikan beberapa sayatan, tidak dalam namun dapat menimbulkan bekas yang cukup lama hilang.
Ingin juga Alice robek mulut pemuda ini, namun dia akan melepaskan nya kali ini. Sebagai peringatan, tidak ada yang bisa
mengganggu wilayah nya.
Alice melempar pemuda itu, "Kau urus mayat teman-teman mu, jangan sampai aku mendengar berita tentang mereka besok pagi. Jika tidak, aku akan memburu hingga kau mati"Ucap Alice dengan kejam.
Pemuda itu mengangguk-angguk kan kepalanya patuh.
Tubuh nya sudah penuh dengan darah, dia hampir tidak bisa bernafas dengan benar karena rasa sakit yang ia rasakan.
Tangan nya dengan cepat mengambil ponsel nya dan segera menelepon anggota lain nya, Bagas harus tahu apa yang terjadi disini.
Dia mencari keberadaan gadis gila tadi namun tidak menemukan siapa-siapa. Bahkan perempuan tangkapan mereka tadi sudah tidak terlihat. Siapa sebenarnya gadis sialan itu?
Dia meringis kesakitan setiap melakukan gerakan sedikit pun.
"Ada apa?"Balas seseorang di seberang.
"Gas... gue butuh bantuan... Lo"Ucap nya terputus-putus. Dia merasa ajal nya sudah dekat, ah sialan!!
"Hidup kan GPS mu, kami akan kesana"Balas orang itu datar.
"Oke."
Setelah itu dia mematikan sambungan telepon mereka, dia segera menghidupkan GPS ponsel nya.
Pemuda itu tergeletak pingsan sesaat kemudian dengan darah yang terus mengucur keluar dari luka-luka nya.
Alice membawa gadis itu ke rumah nya, dia segera membaringkan gadis itu di atas
tempat tidur nya.
Dia melihat keadaan gadis itu cukup kacau, ada beberapa luka goresan di sekujur tubuh nya. Alice menghela nafas dan mencari pakaian untuk di gunakan gadis ini. Setelah itu dia akan mengobati nya.
Setengah jam kemudian.
Gadis itu kembali tersadar dari pingsan nya. Dia membuka mata, sedikit meringis karena rasa perih menjalari tubuh nya.
Mata nya melihat sekeliling, ini sudah bukan daerah sepi itu lagi melainkan sebuah kamar.
Dimana dia?
Gadis itu berusaha bangun meski dia kembali meringis. Pakaian nya telah di ganti, dia juga mendapati luka-luka nya telah di obati.
Ada yang menolong nya? Dia pikir, dia akan mati saat itu juga, ternyata Tuhan masih baik kepada nya.
"Jangan banyak bergerak dulu."
Sebuah suara mengagetkan diri nya. Dia menatap ke arah pintu masuk, ada seorang gadis cantik yang sebelumnya tidak pernah dia temui.
"Lo yang nolong gue?"Tanya nya dengan cepat. Mata nya mengikuti pergerakan gadis itu ketika gadis itu melangkah masuk ke dalam kamar, tangan nya membawa gelas berisi air minum. Alice meletakkan gelas itu di atas meja.
"Ya dan hampir saja aku mengira kau gumpalan roh yang sedang bergentayangan"Jawab nya asal.
Gadis itu mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang Alice katakan.
"Yang arti nya, aku tidak menyadari kalau seorang manusia lah yang meminta tolong. Menurut mu, di tempat seperti itu akan ada orang yang mampir?"
Gadis itu menggeleng mendengar perkataan Alice.
"Nah. Aku pikir kau adalah hantu gentayangan yang berteriak. Untung saja aku belum sempat pergi dari sana, saat itu"Lanjut Alice sambil terbengong.
Dia masih memikirkan pisau-pisau baru nya yang masih tertinggal di mayat-mayat itu. Ah, sungguh di sayangkan.
"Lalu... bagaimana dengan mereka?"Tanya gadis itu ragu.
Alice berbalik dan melihat ke arah tamu nya. "Yah... sedikit kekerasan sudah membuat mereka tumbang. Haha... tidak perlu khawatir, pentingkan saja diri mu dulu"Ucap Alice dengan terkekeh kecil.
Gadis itu menundukkan kepala nya, "Terima kasih karena menolong ku."
Alice melambaikan tangan nya acuh. "Sama-sama. Oh, kita belum berkenalan, nama ku Alice, siapa nama mu?"Ucap nya sambil duduk di kursi dekat tempat tidur, dia mengambil nya dari meja belajar. Yang Alice yang tidak pernah ia gunakan.
"Serena. Serena Clovis"Jawab gadis itu tersenyum tipis pada Alice.
"Senang berkenalan dengan mu Serena. Jadi bisa cerita kan pada ku, apa yang membuat mu bisa terjebak dengan para bajingan itu? Bawa santai saja, aku bisa menjadi pendengar yang cukup baik"Ucap Alice dengan tenang.
Serena menatap gadis yang sudah menolong nya itu. Dia pun menceritakan tentang kejadian tadi, bagaimana dia bisa berurusan dengan para pemuda gila itu.
Satu malam lagi yang Alice habiskan untuk melewati kegilaan dalam hidup nya.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah