"Hentikan gerakanmu, Bella," ucap Leo berat sambil mencengkram pinggang Bella. Bulu halus di tubuh Bella meremang, napas mint Leo memburu dengan kepalanya tenggelam di perpotongan leher Bella membuat gerakan menyusuri.
"kak, jangan seperti ini."
"Bantu aku, Bella."
"Maksudnya bantu apa?"
"Dia terbangun. Tolong, ambil alih. aku tidak sanggup menahannya lebih lama," ucap Leo memangku Bella di kursi rodanya dalam lift dengan keadaan gelap gulita.
Leo Devano Galaxy adalah pewaris sah Sky Corp. 2 tahun lalu, Leo menolak menikahi Bella Samira, wanita berusia 23 tahun yang berasal dari desa. Kecelakaan mobil empat tahun lalu membuat Leo mengalami lumpuh permanen dan kepergian misterius tunangannya adalah penyumbang terbesar sifat kaku Leo.
Hingga Bella berakhir menikah dengan Adam Galaxy, anak dari istri kedua papa Leo yang kala itu masih SMA dan sangat membenci Leo.
Sebenarnya Apa yang terjadi pada Leo hingga ingin menyentuh Bella yang jelas-jelas ia tolak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby Ara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Menari Ara-ara
'Apa maksud perkataan Bella? Awas lo Bella nanti di rumah. Tapi, ini saatnya menjelekan nama lumpuh itu!' batin Adam tersenyum licik.
Ia berada di sudut panggung sambil menyesap wine sensual di gelas berkaki. Desi di sampingnya tak kalah tersenyum mengejek melihat Bella yang masih menari liar.
Adam menjentikkan sendok pada gelas hingga menarik atensi orang-orang disana.
"Astaga kak, kau membawa wanita malam kesini! Tidak ku sangka, Ternyata kau doyan bekas orang ya?"
Perkataan pura-pura polos Adam membuat gemuruh bisik-bisik semakin jadi. Mereka tahu, Leo dan Adam beda ibu.
Leo tetap tenang. Diam-diam salah satu tangannya mengambil sesuatu terselip di balik punggungnya.
"Bisa jadi. Hati-hati, apa yang aku mau mudah saja aku rebut."
Skakmat.
Adam mencengkram gelasnya emosi. Dia memang tidak cinta Bella, tapi memberikan Bella pada Leo, Adam tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.
"Kalian dengar! Setahuku wanita itu juga sudah bersuami!"
tunjuk Adam pada Bella menari di atas tiang. Rambut Bella sudah seperti terkena angin tornado. Wanita itu seakan lupa dimana dia berada.
Leo begitu miris, demi menjatuhkan harga dirinya. Adam tega menjelekan nama baik istrinya sendiri.
"Benar." Leo mengangguk. "Kau suaminya. Tapi, lebih memilih pergi dengan selingkuhanmu. Dibandingkan, membawa istrimu sendiri."
Wajah angkuh Desi berubah pucat pasi. Keadaan mulai berbalik, orang-orang mencemooh keduanya.
"Astaga aku baru ingat! Wanita itu memang istrinya tuan Adam! Aku pernah menghadiri pernikahan keduanya!"
Plak!
Tamparan keras mendarat di pipi Desi dari salah seorang wanita tamu undangan tanpa sempat Adam cegah.
"Dasar tidak tahu diri! Manusia sampah!"
"Betul! Kau, Jelas-jelas istrimu lebih cantik dari wanita disampingmu ini!"
'Sial!" umpat Adam dalam hati.
Senjata makan tuan jadinya.
Prang!
"Tuan!"
Revan melindungi Leo hingga punggungnya terkena lemparan gelas dari tangan Adam menyebabkan jas Revan basah.
Gelas itu pecah berhamburan bertubrukan kasar dengan lantai. Pengawal bayangan Leo sigap membentuk lingkaran.
Tanpa takut, Adam berlari kearah Leo.
"Jangan pengecut lo! Hadapin gue, Leo!"
Bukan rahasia lagi, keduanya memang bertentangan.
"Menyingkir, Tuan Adam atau saya berbuat kasar!" kecam Revan masih melindungi Leo di balik punggungnya.
"Biarkan saja"
"Tapi, Tuan--"
"Aku bukan anak kecil," tambah Leo tetap tenang.
"Baiklah. Kalian juga menjauh!" perintah Revan.
Kini Leo dan Adam berhadapan. Urat hijau di kening Adam menonjol menyatakan kemarahan dan benci jadi satu.
"Jujur! Lo ada main kan sama istri gue?!"
"Adam udah."
Desi menarik lengan Adam namun dihempaskan begitu saja.
"Ini urusan gue! Jauh-jauh lo!" bentakan Adam membuat Desi cemberut tak urung menjauh.
"Istri? Apa ada suami yang membiarkan istrinya menjadi bahan tontonan laki-laki hidung belang?"
Pertanyaan santai Leo membuat rahang Adam semakin mengerat. Adam menarik kerah jas Leo kasar hingga wajah keduanya bertemu sangat dekat.
"Jangan mengalihkan pembicaraan! Jawab aja! Lo suka kan sama Bella?!" teriak Adam tepat di wajah Leo.
Leo menatap Bella di panggung. Jangan pikir ia tidak geram akan kelakuan Bella, tapi drama receh Adam ini, harus Leo selesaikan terlebih dahulu.
Nama baik Bella yang Leo perduli kan.
"Adik ipar menemani kakak iparnya ke pesta. Dan kau berpikir aku menyukai adik iparku sendiri?"
"Ya, jelas lah! Apalagi lo gak izin bawa dia sama gue! Lo bilang adik ipar! Jelas-jelas perlakuan lo kayak pria ke pasangannya! Itu yang lo bilang kakak ipar?!"
Leo terkekeh. Ia hempas kasar tangan Adam dari kerah jasnya. Menepuk-nepuk sebentar seakan Adam adalah biang kuman.
"Jangan memutar balikan keadaan. Disini kau yang berselingkuh."
"Lihat kamera menyorot mu, Bagaimana jika papamu mendengar tentang ini? Karena video viral itu," sudut bibir Leo melengkung sinis.
Adam berbalik melihat sekelilingnya. Beberapa ponsel para tamu memang mengarah pada mereka. Adam merebut salah satu lalu membantingnya ke lantai.
"Hapus apa yang kalian rekam! Atau ponsel kalian semua gue hancurin!"
"Lo lumpuh! Urusan kita belum selesai!"
Adam berjalan menuju panggung.
"Apa lo semua?! Bubar!"
Seruan Adam membuat para laki-laki mengerumuni Bella berlari ketakutan.
Leo tahu, Adam pasti akan membawa Bella. Adam menarik kasar tangan Bella hingga wanita yang sempoyongan itu menabrak dada bidangnya.
"Udah melacurnya! Pulang dengan gue!"
"Ih, Gak mau!" Bella memberontak. "Kamu bukan sayangku!"
"Bella! Gue suami lo! Jangan sembarangan kalo ngomong!"
"Aku gak mau!"
Klik!
Para tamu melihat itu, mundur perlahan. Sang empu acara hanya mampu terdiam di meja meneguk minuman.
Melawan Leo bukan lah solusi.
"Lepas tangan Bella!"
Pistol Leo terarah pada Adam.
"Oh, lo main kasar! Sayangnya, gue gak takut, pengecut! Ini istri gue, jadi hak gue bawa dia pulang!"
"Sayang tolong! Dia jahat!"
Bella meronta di panggul Adam. Dress Bella tersingkap menampakan pop hitamnya. Rahang Leo mengeras melihat itu.
"Aku tidak main-main. Lepaskan dia," suara Leo berubah sangat datar.
Revan melihat itu ikut bersuara. "Tuan Adam. Biar kami saja membawa nona pulang. Tuan antar pulang saja teman wanita anda."
"Gak! Siapa lo ngatur-ngatur gue!"
Desi mendekati Adam dengan wajah sangat masam. "Sayang, biarin aja lah dia. Ayo kita pulang."
"Lo pulang aja sendiri!" hardik Adam.
Dor!
"Argh!"
Adam terduduk kesakitan. Timah panas menggores betisnya sedang tubuh lemas Bella di tangkap oleh Revan.
Leo sengaja membidiknya tidak tepat sasaran. Memberi Adam sedikit pelajaran. Darah mulai merembes dari celana kain Adam.
"Kan udah aku bilangin, bandel sih!" gerutu Desi tapi tetap membantu Adam berdiri. Keduanya meninggalkan tempat itu.
Adam tak henti mengumpati Leo.
"Hoek!"
"Hoek!"
Bella mengeluarkan isi perutnya yang bergejolak di lantai. Ia tidak terlalu mendengar bunyi nyaring tadi.
Leo mendekat pada Bella. Pistol nya sudah ia simpan di tempat semula. Memperlihatkan pada Bella malah akan menakuti wanita itu.
Leo mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Ia tegakan dagu Bella. Leo mengusap pelan sisa muntahan di bibir terbuka Bella tanpa jijik sedikitpun.
Bau alkohol menyengat tercium Leo.
"Bukannya sudah aku peringati jangan asal minum?"
Bella menggeleng lucu. "Sayang itu kau? Kepalaku pusing."
"Kemari lah."
Leo menepuk pangkuannya. Bella berdiri dengan berpegang pada kedua tangan Leo. Wanita itu meringkuk dalam dekapan Leo.
"Berapa gelas yang kau minum?"
Leo mengusap peluh di kening Bella yang berbulu halus dengan ibu jarinya.
Bella menunjukan jari tiga. "Dua gelas," racaunya.
Leo tersenyum tipis. "Jadi dua atau tiga?"
"Satu," jawab Bella.
Tangan Bella melukis abstrak di dada Leo. Wangi lemon menguar dari tubuh Leo, Bella hirup dalam-dalam.
Seakan itu adalah tempat ternyaman nya.
"Kau wangi sekali, Tuan. Boleh aku tahu siapa kau? Mau tidak jadi kekasihku?"
'Dia benar-benar mabuk.'
"Sejak kapan aku bau. Kau tahu aku dan kau sudah bersuami."
"Begitu ya? Apa kau mau jadi suami keduaku?"
Mata Bella mengerjab lucu lalu menyipit pada Leo di atasnya. Sekuat tenaga, Leo menahan untuk tidak melahap wanita dalam pelukannya itu.
"No, karena aku tidak suka berbagi," jawab Leo mendapat decakan dari Bella.
"Sayang sekali. Padahal aku bisa menari ara-ara loh."
"Menari ara-ara? Apa itu?" kedua alis Leo bertaut mendengar perkataan Bella.
"Bergoyang di atasmu, tuan. Mau coba?"
"Otakmu benar-benar harus di kuras."
Padahal Leo sendiri pelaku yang mengajari Bella begitu.