NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.1M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Skorsing

Novia nampak gelisah. Entah sudah berapa puluh kali menghubungi nomer sahabatnya. Tersambung namun tidak diangkat. Bolak balik ke parkiran khusus karyawan, memastikan motor Puput sudah nangkring di sana. Namun nihil. Lima menit lagi jam briefing akan dimulai. Tapi satu meja belum diisi penghuninya.

"Siput kemana ya dia?!" Via berbicara sendiri dengan raut gelisah. Kemarin Pak Hendra berkali-kali mewanti-wanti untuk siap menyambut sidak sang owner RPA. Ruangan sudah kinclong. Meja dan partisinya sudah mengkilap bebas debu.

"Via, Putri kenapa gak masuk?" Andi yang duduk di kubikel sebelah kiri Via, melongokkan kepala dengan memutar kursi kerjanya. Terdapat 10 kubikel yang terbagi dua. Lima meja di kiri dan 5 meja di kanan. Tengah-tengah merupakan jalan akses menuju ruangan manajer dan ruang owner yang akan datang sebentar lagi.

"Kesiangan mungkin atau ada trouble di jalan. Soalnya kalau izin pasti dia ngomong sama aku." Via hanya bisa menduga-duga. Dia sendiri heran dan bingung campur cemas. Tidak biasanya sahabatnya itu sampai telat begini. Ia kepikiran untuk menelpon Ibu Sekar. Diraihnya ponsel yang tergeletak di meja kerja.

"Guys, siap-siap Pak Rama sudah datang!" Suara Septi, jabatan store supervisor, mengurungkan niat Via untuk menghubungi ibunya Puput. Septi nampak heboh saat sisirnya terjatuh ke kolong meja dan susah untuk berjongkok karena high heel yang dipakainya.

Via menyapukan pandangan dengan mata membelalak. Semua rekan kerja yang perempuan berdandan cetar. Ia juga berdandan lebih dari biasanya, tapi tidak secetar mereka.

"Novia, kemana Putri?!"

Sapaan Septi membuat Via terjengit. Ia dalam mode melamun saat sang supervisor yang menjadi atasannya itu tahu-tahu sudah berada di kubikelnya.

"Belum datang, Bu Septi. Saya belum dapat kabar, ditelepon juga gak diangkat." Via menjawab seadanya.

Septi tersenyum sinis. "Dikasih posisi enak malah ngelunjak. Gini nih gara-gara dimanjain Pak Hendra. Gak menilai dari skillnya, cuma modal cantik doang."

Ingin sekali Via membalas ucapan Septi yang nyata iri dengan posisi Puput sekarang. Yang merasa tersaingi dimana dia sudah mengabdi paling lama sejak RPA Ciamis beroperasi. Namun dari arah pintu nampak tiga orang pria memasuki ruangan. Yang satu jelas dikenalnya, Pak manajer Hendra. Dua orang lagi....

Semua orang sigap berdiri tegak di depan kubilkel masing-masing. Menghadap jalan yang akan dilalui tiga orang pria itu. Semua mata tertuju padanya diiringi senyum dan anggukkan hormat. Via bahkan mengerjap-ngerjapkan mata untuk memastikan penglihatannya. Dua orang asing itu sungguh memukau. Postur tubuh yang tinggi dan proporsional. Ditambah wajah ganteng yang cool. Yakin, semua perempuan yang ada di ruangan ini hatinya nyess, dingin.

"Assalamu'alaikum...Selamat pagi, all partner!" Hendra mulai membuka briefing. Menjadi ciri khas saat menyapa semua karyawan. Sikap low profile nya tidak menganggap karyawan sebagai bawahan tetapi sebagai rekan kerja.

"Hari ini kita kedatangan tamu kehormatan. Mayoritas pasti belum tahu ya, dengan beliau-beliau ini." Hendra menunjuk dengan jempol kanannya diiringi kekehan. Gaya santai dan tenang memjadi ciri khasnya.

Yang ditunjuk nampak bergeming, tetap cool. Gestur yang sama ditunjukkan dua pria single itu, memasukkan tangan ke saku celana. Dengan pandangan tajam mengedar, menatap orang perorang.

"Perkenalkan beliau Pak Rama Adyatama. Founder sekaligus owner RPA." Hendra menoleh pada pria atletis yang mengenakan kemeja lengan panjang warna navy.

"Di samping kiri beliau, Pak Damar Bratajaya." Beliau adalah personal asistant Pak Rama. Orang yang disebut sedikit menganggukkan kepala dengan seulas senyum tipis.

"Silakan Pak Rama---" Hendra memberi kesempatan sang owner untuk memberi sambutan.

"Selamat pagi, semuanya. Kabarnya gimana? Sehat-sehat kan?" Rama membuka dengan bertanya kabar. Pembawaannya begitu tenang tak menyurutkan wibawa yang terbingkai di wajah tampannya.

Menepis praduga sebagian orang dalam ruangan yang menyangka jika sang owner orang yang dingin dan angkuh. Ketegangan yang menyelimuti pun menguap. Semua menjawab serempak. "Alhamdulillah sehat, Pak."

"Bagus. Fisik yang sehat akan mendukung kinerja yang berkualitas." Kemudian Rama mulai berjalan menilik tiap kubikel. Sejenak berhenti memperhatikan kebersihan dan kerapihannya. Aroma parfum maskulin menerpa hidung setiap orang yang dilaluinya.

"Ini kenapa kosong?!" Rama berdiri di depan kubikel paling ujung. Lokasi yang paling dekat dengan ruang manajer. Semua kepala menoleh padanya. Tidak ada yang menjawab.

Hendra berjalan menghampiri Rama. Jelas terkejut. Baru menyadari jika satu orang tidak hadir. Yaitu Putri Kirana.

"Pak Hendra, siapa yang tidak hadir? Kenapa?" Rama menatap datar sang manajer. Menunggu klarifikasi alasan yang masuk akal. Sebelum ia memutuskan memberi sanksi.

Hendra berusaha tetap tenang menghadapi sorot kecewa yang tertangkap di wajah Rama. Beralih mendekati Novia.

"Novia, kenapa Putri tidak masuk?"

Pertanyaan yang sama kali ketiga yang didapat Via. Namun pertanyaan ulang yang ini membuat tubuhnya menegang. Serasa sedang disidang.

"Maaf, Pak. Saya kurang tahu. Sudah dihubungi puluhan kali tapi tidak dijawab." Via menelan saliva. Menundukkan wajah penuh penyesalan karena tidak bisa membela sahabatnya itu. Merasa bingung tidak ada ide harus memberi alasan apa.

"Apa karyawanmu biasa tidak disiplin?!" Rama menatap Hendra masih dengan wajah datar. Namun terbaca dari intonasi suara jika sang owner merasa kecewa. Mendadak atmosfer ruangan menjadi panas dan tegang.

"Tidak, Pak Rama. Semua staf bekerja dengan sangat disiplin. Dan untuk Putri, dia baru kali ini tidak masuk kerja. Saya yakin pasti ada halangan mendadak. Kemarin dia baik-baik saja malah antusias ingin bertemu Anda." Hendra berbicara sesuai fakta. Hanya kalimat terakhirnya yang dibuat-buat untuk menyanjung atasannya itu.

Hening. Semua karyawan menunduk menekuri lantai granit berwarna krem. Takut.

Tiba-tiba Damar berjalan mendekat dengan wajah serius. Menyerahkan ponsel ke tangan Rama.

"Enin. Urgent!"

Dalam suasana hening. Dua kata yang terucap pelan dari bibir sang asisten, terdengar oleh semua orang.

Rama menempelkan ponsel di telinga kanannya. "Hallo----"

"Apaa---?!"

Suara keras Rama dengan intonasi penuh keterkejutan, spontan membuat semua orang menoleh padanya. Nampak mimik wajah dan daun telinga memerah karena menahan amarah.

"Oke----"

"Iya, Enin. Aku pulang sekarang!"

Semua orang mendengar kalimat-kalimat singkat yang lolos dari bibir Rama. Kembari menunduk menekuri lantai begitu percakapan via telepon itu berakhir.

Rama menyerahkan ponsel milik Damar. Kembali ke pembahasan satu orang karyawan yang bolos. Bertanya lagi pada Hendra dengan wajah datar lagi. "Dia posisinya apa?!"

"Account officer, Pak."

Satu helaan nafas panjang dan kasar lolos dari hidung Rama. "Dia skorsing! Mulai besok posisinya jadi staf admin selama 2 bulan!" tegasnya.

"Ini menjadi pembelajaran untuk yang lainnya." Rama mengedarkan pandangan pada seluruh staf inti itu. "Siapapun yang tidak disiplin, akan mendapat skorsing!"

...***...

Puput merapihkan penampilannya. Menepuk-nepuk ujung blazer yang sedikit kotor oleh tanah kering akibat perkelahian tadi. Mengusap wajah yang berkeringat dengan selembar tisu dan menyapukan lagi bedak tipis-tipis sebagai sentuhan akhir. Semua dilakukan di samping motornya yang sudah berada di parkiran khusus karyawan.

Menarik nafas dari hidung dan menghembuskan perlahan dari mulut agar tenang sebelum masuk dan menaiki tangga lantai dua. Hampir dua jam ia terlambat masuk kantor. Sepatu kets yang dipakainya mempermudah langkah cepat menaiki tangga.

"Assalamu'alaikum---" Berucap salam Puput memasuki ruang kerja. Hampir semua melongokkan kepala dari dalam kubikel.

"Put, kenapa baru datang?"

"Put, kirain mau bolos---"

Puput tidak menjawab. Hanya menanggapi dengan senyum.

"Puuutt....kamu dari mana aja?" Via keluar dari kubikelnya dengan wajah sumringah menyambut Puput. Sahabat yang hilang kabar itu datang dalam keadaan baik-baik saja. Sempat berpikiran buruk terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Mengingat panggilannya tidak sekalipun diangkat.

"Hmm, ini kantor bokapmu ya? Seenak udel datang siang." Septi berdiri dengan kedua tangan dilipat di dada dengan wajah sinis.

"Puuutt----" Via mencengkram lengan Puput. diiringi gelengan kepala pelan. Kode agar jangan sampai terpancing marah oleh ucapan Septi.

"Via, sebentar ya! Aku mau ke ruangan Pak Hendra dulu. Nanti aku ceritain apa yang terjadi." Puput menepuk bahu Via. Ia pun beralih pamit kepada Septi yang masih menatapnya tajam. Tas disimpan di mejanya, kemudian mengetuk pintu ruangan Hendra.

Duduk berhadapan di depan meja kerja sang manajer usai dipersilakan masuk. Puput duduk tegak dengan kedua tangan saling bertaut di atas paha.

"Kenapa terlambat, Put?" Dengan bersikap bijak tanpa emosi, Hendra mulai menginterogasi salah satu karyawan unggulannya itu.

"Maafkan saya, Pak. Tadi di jalan ada kejadian tak terduga." Puput berbicara tegak menatap lawan bicara. "Saya nolongin dulu perempuan yang kena pelecehan. Hampir diper kosa oleh dua laki-laki mabuk," ujarnya mulai bercerita secara gamblang.

"Astaga! Terus gimana?" Hendra nampak tertarik ingin mendengar kelanjutannya.

"Alhamdulillah, selamat. Saya berhasil lumpuhkan dua penjahat itu. Lalu saya urus dulu dengan polisi. Dan nganter korban pulang ke rumahnya karena masih syok."

"Jadi saya minta maaf telat datang. Terlambat ikut briefing." Puput mengatupkan kedua tangan di dada.

"Bentar, Put. Gimana bisa kamu lumpuhkan penjahat itu?" Hendra mengabaikan sejenak permintaan maaf Puput. Lebih tertarik ingin mengetahui kemampuannya.

"Saya bisa silat, Pak."

"Wow, amazing." Satu hal ini tidak diketahuinya. Hendra menggeleng tidak percaya. "Sabuk apa?!" lanjutnya masih penasaran.

"Sabuk violet, Pak." Puput bisa bernafas lega. Tak ada kemarahan yang tersirat di wajah sang manajer. Malah berbicara dengan akrab seperti biasanya.

"Violet?! Bukankah itu tingkat tertinggi dalam silat?"

"Iya, Pak." Puput menganggukkan kepala diiringi senyum tipis.

"Luar biasa. Cewek langka kamu, Put." Hendra mengacungkan dua jempol penuh rasa bangga. Yang dijawab Puput dengan ucapan terima kasih.

"Pak, apakah Pak Rama jadi datang?!" Sepanjang jalan menuju kantor, ia merasakan tegang jika harus bertemu langsung dengan sang owner RPA untuk meminta maaf. Maka memutuskan untuk menemui Hendra terlebih dahulu.

Hendra menghela nafas berat. "Put, maaf ya. Pak Rama sedikit marah karena kamu tidak ada. Mengira kamu tidak disiplin. Andai saya tahu alasan ini tadi, pasti saya akan membela kamu."

"Hape saya di dalam jok, Pak. Tadi.saya tidak ada waktu untuk memberi kabar karena nerurusan dulu dengan keluarga korban. Maaf---" Puput nampak menyesal.

"Boleh saya ke ruangan beliau, Pak? Mau minta maaf."

Hendra menggelengkan kepala. "Pak Rama hanya sebentar datang, sudah pulang lagi. Sepertinya ada masalah keluarga. Dan kamu, Put....." ujarnya menggantung. Menatap Puput dengan sorot kasihan.

"Kamu diskors, Put. Mulai besok turun posisi jadi staf admin selama 2 bulan. Tapi tenang. Besok kalau Pak Rama datang, saya akan melobi lagi. Saya akan ceritain alasan keterlambatan kamu." Hendra berusaha menghibur Puput yang nampak terkejut.

Puput mengatupkan bibir dan menundukkan wajah sejenak. "Tak apa, Pak. Saya terima sanksi ini. Memang saya salah kok," ia berbesar hati menerima hukuman. Meski keukeuh sang manajer akan memperjuangkan agar skorsing itu dibatalkan.

"Lalu hari ini saya kerja apa?!"

"Kamu boleh pulang, istirahat. Karena tugas baru mulai berlaku besok."

Hendra menatap punggung Putri Kirana yang berjalan menuju pintu setelah percakapan berakhir. Respect dengan sikap lapang dada yang ditunjukkan gadis tangguh itu. Dalam hati berjanji akan membantu membatalkan hukuman yang menurutnya berlebihan itu. Tadi, tidak ada waktu untuk berbicara empat mata. Karena Rama dan Damar tergesa-gesa kembali pulang.

1
Elsi 🌻
bimoli dong, Mi.. bibir monyong lima senti..
Elsi 🌻
cinta di ujung senja..
jadi keinget Papi Mark en hunny bunny-nya..
Elsi 🌻
pasti bau jigong.. 🤮
Elsi 🌻
emang cocok ama Ami.. sama² lawak..
Elsi 🌻
Amii.. calon bojomu, Mii..
Elsi 🌻
potekan hatinya kedenger ampe sini, koh.. 😅
Elsi 🌻
ko, kamu seperti hantu, terus menghantui Neng Puput.. /Joyful/
Elsi 🌻
serba salah emang ngerekomendasiin keluarga or teman.. takutnya kalo mereka gak amanah..
Elsi 🌻
wah, keknya Aul lebih klik ke Pak Pol ya..
Elsi 🌻
video apatu, a'? mohon diperjelas..
Elsi 🌻
Ami mah timsesnya Aul-Panji, soalnya Pak Pol ngedeketin Aul gak lewat Ami dulu, maen slonong boy aje..
Elsi 🌻
kalo udah blasteran² gini mah tak lain dan tak bukan si papa buye atu papa nda juja-nya Dika..
Elsi 🌻
Om Ande udah ketemu jodoh blom? 🤭
Elsi 🌻
indahnya dunia halu..
Prilya Mcvee
ternyata dari sini toh gombal blasterannya😄
Elsi 🌻
totalitas banget ini yah nikahannya, padahal dadakan..
Elsi 🌻
kelakuan.. abis itu kang foto misuh² di sosmed gegara emak² hebring..
Elsi 🌻
nah, gitu dong.. langsung aja diurus secara negara, kagak perlu nunggu A' Rama pulang dr nuyok dulu..
Nsy Dhiya
jadi baper 😭
Elsi 🌻
bukan angka yg ramah bagi kaum mendang-mending..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!