Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Jangan lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih
_
Malam itu, Lara kembali ke apartemen Firman karena mereka memutuskan untuk tinggal bersama. Ketika Firman membukakan pintu, Lara tersenyum hangat, dan Firman tahu bahwa Lara telah melalui sesuatu yang besar.
“Bagaimana pertemuannya?” tanya Firman sambil merangkul bahunya.
“Baik,” jawab Lara dengan tenang. “Aku sudah menyelesaikan semuanya dengan David. Kini aku benar-benar siap untuk melangkah ke depan, bersamamu.”
Firman tersenyum lebar, lalu memeluk Lara erat-erat. “Aku senang mendengarnya, Lara. Kita akan melalui ini bersama.”
Lara merasakan kedamaian yang luar biasa dalam pelukan Firman. Semua rasa sakit, ketakutan, dan ketidakpastian yang pernah membebani hatinya kini telah hilang. Ia tahu bahwa hidup tidak akan selalu mudah, tetapi ia yakin bahwa bersama Firman, ia bisa menghadapi apa pun yang datang.
Mereka berdua berdiri di sana dalam keheningan, menikmati momen penuh cinta dan harapan untuk masa depan mereka.
Lara menghadapi David untuk terakhir kalinya, sebuah pertemuan yang akan menentukan arah hidupnya selanjutnya.
Lara dan Firman yang melangkah menuju masa depan mereka bersama, penuh cinta dan kepercayaan. Meskipun perjalanan mereka penuh dengan tantangan, mereka tahu bahwa selama mereka saling mendukung, mereka bisa melalui semuanya. Lara telah menemukan cintanya yang baru—cinta yang sejati, yang siap untuk membawanya menuju kehidupan yang lebih bahagia.
Beberapa minggu setelah pertemuannya dengan David, Lara dan Firman sedang menikmati malam yang tenang di apartemen Firman. Mereka sedang berbicara tentang rencana masa depan mereka—tentang perjalanan yang ingin mereka lakukan, dan bagaimana Firman berencana untuk membuka klinik kesehatan barunya. Suasana terasa hangat dan penuh harapan, seperti biasa.
Namun, tiba-tiba Lara merasakan pusing yang intens. Tanpa peringatan, ia kehilangan keseimbangan, dan tubuhnya ambruk ke lantai.
“Lara!” Firman berteriak panik, segera berlutut di sampingnya. Ia mencoba membangunkan Lara, tetapi Lara tidak merespons. Detak jantungnya berdegup kencang saat ia dengan cepat memeriksa denyut nadi Lara—untungnya masih ada, meskipun lemah.
Tanpa membuang waktu, Firman segera menghubungi ambulans. Meskipun ia seorang dokter, saat ini pikirannya terfokus sepenuhnya pada Lara sebagai orang yang dicintainya, bukan sebagai pasien.
***
Di rumah sakit, Lara langsung dibawa ke ruang gawat darurat. Firman menunggu di luar, cemas dan merasa tak berdaya. Setelah beberapa waktu yang terasa seperti seumur hidup, seorang dokter akhirnya keluar dengan ekspresi tenang.
"Dokter Firman?" panggil dokter itu.
Firman berdiri dengan cepat, menatap penuh harap. "Bagaimana keadaan Lara? Apa yang terjadi?"
Dokter itu tersenyum kecil. "Dia baik-baik saja, Firman. Jangan khawatir. Kondisi Lara sedikit lemah, tetapi kabar baiknya... dia hamil."
Firman terkejut, tak bisa berkata-kata untuk sesaat. "Hamil?" gumamnya, berusaha memahami kata-kata itu.
Dokter itu mengangguk. "Ya, usia kehamilannya masih sangat awal, mungkin sekitar 6-8 minggu. Mungkin kelelahan dan perubahan hormon yang menyebabkan pingsannya tadi. Kami sudah memeriksanya, dan sejauh ini semuanya terlihat normal."
Perasaan campur aduk menyelimuti Firma—kebahagiaan luar biasa bercampur dengan kekhawatiran. Ini adalah berita yang tak terduga, tetapi Firman tahu bahwa ini adalah hal besar yang akan mengubah segalanya.
***
Setelah beberapa jam, Lara akhirnya sadar di kamar rumah sakit. Saat membuka matanya, ia melihat Firman duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya dengan penuh perhatian. Mata Firman terlihat lembut, namun ada kilatan kekhawatiran di dalamnya.
“mas… Apa yang terjadi?” tanya Lara, suaranya lemah.
Firman tersenyum lembut, meskipun ada sedikit air mata di matanya. “Kamu pingsan, Lara. Tapi… ada kabar yang lebih besar dari itu.”
Lara menatapnya bingung. “Apa maksudmu?”
Firman mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Kamu hamil, sayang. Kamu sedang mengandung.”
Lara terdiam, matanya melebar seketika. "Apa? Aku hamil?" katanya pelan, hampir tidak percaya.
Firman mengangguk, menggenggam tangannya lebih erat. "Ya, dokter mengatakan kamu hamil sekitar 6-8 minggu. Itu sebabnya kamu merasa lemah dan pingsan tadi. Tubuhmu sedang menyesuaikan diri dengan kehamilan."
Lara merasa hatinya berdebar, berbagai emosi muncul bersamaan—kaget, bahagia, takut, semuanya berkumpul menjadi satu. "Aku... aku tidak pernah membayangkan ini."
Firman tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Aku juga terkejut. Tapi ini adalah berita indah, Lara. Kita akan melalui ini bersama. Kamu tidak perlu khawatir."
Lara menatap Firman dengan tatapan penuh kepercayaan. Meski segala sesuatu terasa begitu tiba-tiba dan mengejutkan, ia merasa lebih tenang karena Firman ada di sisinya. "Aku tahu, Mas. Aku hanya… perlu waktu untuk mencerna semuanya."
Firman mengangguk, memahami betapa berat dan besar perubahan ini bagi Lara. “Kita tidak perlu terburu-buru, sayang. Ambil waktu yang kamu butuhkan. Yang penting, kamu tahu aku ada di sini untukmu. Untuk kita.”
Lara tersenyum kecil, merasakan kehangatan dari kata-kata Firman. Meskipun situasi ini tidak direncanakan, ada ketenangan yang mulai muncul di dalam dirinya. Mereka akan menghadapi ini bersama, apa pun yang terjadi.
***
Hari-hari berikutnya, Lara mulai menerima kenyataan barunya. Ia dan Firman berbicara lebih banyak tentang kehamilan dan masa depan mereka sebagai orang tua. Meski kehamilan ini tidak direncanakan, mereka berdua mulai merasa antusias dengan kehidupan baru yang akan segera hadir di dunia mereka.
Namun, tantangan tetap ada. Perasaan campur aduk kadang masih muncul di benak Lara, terutama karena ini adalah perjalanan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Tapi setiap kali ia merasa cemas, Firman selalu ada di sampingnya, memberikan dukungan penuh tanpa syarat.
Hubungan mereka semakin kuat, dan kehadiran bayi di dalam rahim Lara menjadi simbol harapan dan cinta yang baru bagi mereka berdua.
"Nah susu nya udah jadi nih Bu" kata Firman sambil meletakan gelas susu khusus untuk ibu hamil di meja samping kursi yang Lara duduki. Setelah mendengar bahwa Lara hamil Firman menjadi lebih sensitif dari mulai nutrisi dan kesehatan Lara ia selalu pantau.
"Makasih ayah"ucapnya sambil tersenyum manis seolah bayi yang ada di perutnya lah yang mengucapkan kata itu
Firman tersenyum bahagia mendengar Lara menyebutnya 'Ayah' untuk pertama kalinya sebelum kemudian ia duduk bersama Lara di balkon apartemen mereka, menikmati langit malam yang tenang. Di dalam hati mereka, ada rasa harapan yang tumbuh—harapan untuk masa depan mereka yang kini penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan keluarga baru yang akan segera hadir.
~
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻