Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.
apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.
Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.
Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMS-23
" Heh! mau punya ponakan gak kalian! " ucap Gus Azi menoyor keduanya.
" Sialan kau! " umpat Hamdan kesal.
" Gak kebayang sih, Mbak Cia bakalan punya anak di tubuhnya yang seperti bocah. " jawab Fahmi ceplas-ceplos.
" Kalian ngapain kerumah ku? pagi-pagi lagi, gak ada kerjaan apa? seandainya aku gak pulang pasti kalian diam-diam mau apelin bini gue kan " tuding Gus Azi.
" Heh sembarangan, ini tuh gara-gara Fahmi. katanya penasaran banget sama rumah baru Gus Azi yang ditempati Mbak Cia makanya dia pagi-pagi minta dibawa kesini. " jelas Hamdan tidak sua dituduh macam-macam.
" Sekalian numpang sarapan kan kalian. " tuding Gus Azi memicingkan matanya.
" Huh! sorry ya Az, gue udah sarapan dirumah sama bini gue. kecuali disamping gue ini yang suka nya gratisan dirumah orang. " sindir Fahmi pada Hamdan.
" Sembarangan! " sanggah Hamdan ada benarnya.
" Sekarang sudah lihat kan? pulang gih, gue mau istirahat. " usir Gus Azi langsung menutup pintu rumahnya tanpa rasa bersalah.
" Sialan emang Az! " umpat Hamdan.
" Sudahlah, dia mau lanjutin adegan ah-ah-ah nya kali. makanya gak mau diganggu, jadi pengen goyangin Risma dirumah. " jawab Fahmi Asal mengingat wajah istrinya.
" Heh! istigfar ente!!! bisa-bisanya pikiran kalian sangat mesum dipagi hari. " dengus Hamdan bergidik ngeri.
" Makanya situ nikah, jangan kelamaan sendiri. giliran gue sama Az punya buntut lo baru punya anak. telat jauh nanti maen nya. " toyor Fahmi.
" Namanya hilal nya belum datang begimana dong? ya masa gue maksa Tuhan suruh turunkan cepat kasihan malaikat nya nanti ngejar Dedline. " balas Hamdan.
" Emang otak ente mereng-mereng. " kesal Fahmi.
...✿ ✿ ✿ ✿...
SATU BULAN BERLALU.
Penyakit yang di derita Daliya semakin parah, wanita itu tidak dapat bangkit lagi dari kasur kalau tidak dibantu. Sekarang Daliya mengalami masa kritis entah kapan wanita itu akan sadar dokter saja tidak bisa memperkirakan.
Cia dan Gus Azi saling bergantian menjaga Daliya, sampai wanita itu belum juga kembali membuka matanya tidak ada tanda-tanda sama sekali walaupun sudah lebih dari 3 minggu Daliya memejamkan matanya dibantu alat pernapasan.
DIDALAM RUANGAN ICU.
" Kapan kamu akan sadar sayang? mau sampai kapan kamu akan menutup mata indah mu ? " ucap Gus Azi sendiri menggenggam tangan Daliya yang masih memejamkan matanya.
" Kamu gak rindu Mas disini Mas kangen senyuman kamu sayang, cepatlah buka matamu sayang. Mas janji aka membahagiakan kamu jika kau berhasil melewati masa kritis mu. " sambung Gus Azi mengecup punggung tangan dingin dan lemah Daliya.
Sedangkan di dalam toilet rumah sakit, terdengar suara seorang wanita yang mencoba mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya yang semakin mual.
HUEK...
HUEK...
HUEK...
HUEK...
Wanita itu mendudukkan dirinya di depan toilet duduk. sudah lebih dari 15 menit ia berada disana mencoba mengeluarkan semua isi perutnya namun hanya cairan bening saja yang keluar.
" Akhir-akhir ini perutku, rasanya gak enak banget. sering mual pusing badan gampang banget capek. apa karena masuk angin ya? tidur dirumah sakit terus. " pikir Cia dalam hati.
Cia membasuh wajahnya didepan wastafel dan membenarkan pakaian nya yang sedikit berantakan dan makeup nya yang sudah tidak kentara lagi.
Cia melangkah menuju ruangan ICU dimana tempat Cia dirawat.
" Dari mana kamu? " tanya Gus Azi melihat kedatangan Cia.
" Dari toilet, lama ya? " tanya Cia mendudukkan dirinya disamping lelaki itu.
" Lumayan. " balas Gus Azi.
" Bagaimana keadaan Daliya? apa kata dokternya? " tanya Cia lagi.
Saat wanita itu pergi ke toilet bertepatan dengan dokter Aidan yang masuk memonitoring keadaan Daliya.
" Belum ada perkembangan, denyut nadi Daliya semakin melemah. " jawab Gus Azi tampak sendu.
" Kita perlu banyak berdoa saja Gus. " balas Cia mengelus pundak Gus Azi yang tampak rapuh.
" Saya tidak pernah berhenti mendoakan nya, tapi tuhan belum mengabulkan doa saya. " jawab Gus Azi menatap wajah Cia.
" Ada apa dengan mu? " tanya Gus Azi melihat wajah Cia tampak pucat.
" Ada apa? aku tidak apa-apa. " jawab Cia berbohong nyatanya kepala wanita itu pusing.
" Wajahmu pucat, kamu sakit demam? kenapa tidak bilang saya. " tanya Gus Azi beruntung memegang kening istrinya menyamakan dengan suhu tubuhnya.
" A-aku tidak sakit sama sekali Gus. " bantah Cia.
" Wajahmu sangat pucat Cia, lebih baik kamu pulang saja. atau mau saya temani berobat disini? " tanya Gus Azi menawarkan diri.
" Tidak perlu, aku tidak apa-apa hanya kelelahan saja. " jawab Cia.
" Kalau gitu, kamu pulang saja. biar saya yang berjaga disini. " ucap Gus Azi.
" Tapi- "
" Jangan memaksakan dirimu Cia, pulanglah. sejak beberapa minggu ini kau selalu menemani saya disini. " ucap Gus Azi.
" Baiklah, aku pulang dulu. " ucap Cia.
" Apa perlu saya antar? atau suruh sopir menjemputmu? " tanya Gus Azi mengingat wanita itu membawa kendaraan sendiri.
" Tidak perlu, aku tidak begitu kelelahan dan bisa pulang sendiri. Gus disini saja. " ucap Cia menolak halus.
Sesampainya dirumah, bukan Cia namanya jika dirinya tidak penasaran setengah mati apa yang terjadi pada tubuhnya akhir-akhir ini sepertinya bukan hanya karena kelelahan semata pasti ada faktor lainnya.
Cia memang yang sudah menikah dan melakukan' itu' terutama jadwal bulanan nya yang tidak stabil bulan ini. pikiran nya hanya tertuju pada satu titik.
Cia mendudukkan dirinya diatas kloset yang tertutup harap-harap cemas melingkupi pikiran nya tiga benda kecil berbentuk panjang yang digunakan nya masih dalam genggaman tangan nya tanpa mau melihat nya.
Setelah beberapa menit berlalu, Cia baru memberanikan diri melihat nya dibalik tangan nya.
DEG....
Getaran di hatinya tidak mampu wanita itu kuasai lagi, tangis haru lantaran takut dan senang menjadi satu yang bergemuruh dalam dadanya.
" Tidak mungkin, apa ini benar Tuhan? secepat ini kau mengirimkan seorang malaikat kecil kedalam rahimku ditengah cobaan ini? " pikir Cia sedih.
Bagaimana dirinya tidak sedih, sekarang dia sudah berhasil hamil dan kondisi Daliya saat ini mengalami fase Koma entah sampai kapan wanita itu akan mampu bertahan.
Kalau Daliya tidak berhasil terselamatkan, bagaimana nasibnya kelak dan anaknya? apa Gus Azi akan tetap menceraikan nya seperti perjanjian awal mereka? kalau itu yang terjadi Cia rela dia masih sanggup menafkahi anaknya kelak walau harus menyandang status Single Mother, Cia akan tetap mempertahankan anak ini sampai akhir kisahnya.
KE ESOKKAN HARINYA.
Cia sudah bersiap diri dengan kaos panjang dan celana katun bermotif polos, Cia akan melakukan pemeriksaan sekalian menjenguk keadaan Daliya dan membawakan bekal makan siang untuk Gus Azi.
Setelah sampai dirumah sakit Medika Natura, Cia tidak langsung menuju ruangan ICU ia pergi keruangan Obigyn kurang lebih 15 menit nama Cia dipanggil.
" Halo, Nyonya Ciara Tamara betul? " tanya dokter bername tag Darma.
" Iya Buk dokter. " jawab Cia tampak gugup.
" Ini periksa kandungan pertama kali ya? " tanya dokter Darma melihat kegugupan dan kegelisahan wanita muda dihadapannya.
" I-iya dok, saya mau cek saya hamil apa tidak. " tanya Cia cukup gugup.
" Tidak perlu gugup, Bu Cia. kita langsung pemeriksaan saja ya. " ucap dokter Darma menuntun Cia berbaring di kasur pasien.
bahagia selalu buat gua Azi, mba CIA dan keluarga 🤲🤲🤲🥰
udh qu kasih kopi nih,,,/Rose/
makin penasaran kan aku sama ceritanya,,,