IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 26 (Nyamuk berambut hitam)
Saat bibi hendak menghilangkan jejak alias membuang pecahan kaca yang ia ambil dari kamar tuan mudanya, tanpa sengaja ia berpapasan dengan Anes yang sedang berjalan menuju ke dapur.
"Apa itu bi?" tanya Anes. Tatapan matanya fokus ke serok sampah berisi banyak pecahan kaca.
"Ini pecahan kaca nyonya," jawan bibi.
"Saya tahu kalau itu pecahan kaca bi, tapi pecahan kaca apa? Kaca mana yang pecah? Jendela? Jendela sebelah mana yang pecah," selidik Anes.
"Aduh nyonya, jangan buat bibi serba salah atuh. Kalau bibi jawab jujur nanti bibi berdosa sama tuan muda. Tapi kalau bohong, bibi berdosa sama nyonya," ucap bibi dengan polosnya yang tanpa sadar jika ucapannya merupakan kunci jawaban dari pertanyaan Anes.
"Ada apa dengan El?"
"Itu nyonya, anu..."
"Katakan, serpihan kaca itu dari kamarnya?"
Dan bibi pun mengangguk sebagai jawabannya.
"Apa yang terjadi bi?" Anes masih menjaga image tenang di depan bibi.
"Saya tidak tahu nyonya, hanya saja tadi tuan muda menyuruh bibi membersihkan kaca, tai ini kaca meja rias bukan jendela," jawab bibi.
"Ya sudah, bibi lanjutkan pekerjaan!"
Anes langsung kembali ke kamarnya.
"Mas, mas bangun anak kita mas anak kita!" heboh Anes menggoyang-goyang tubuh Alex yang masih terlelap.
"Sayang kenapa sih subuh-subuh udah teriak-teriak?" tanya Alex yang masih enggan membuka matanya.
"Ayo kita lihat mereka mas, aku takut terjadi sesuatu yabg buruk semalam. Aku takut mereka bertengkar sampai kaca cermin meja rias di kamar itu pecah. Ayo mas kita harus pastikan!" Anes menarik tangan suaminya supaya bangun.
"Apa sih sayang, semalam aja marah-marah aku ajak jadi detektif. Sekarang kok malah kamu yang heboh pengen grebek mereka," ucap Alex dengan malas.
"Aku nggak kepoin gituan mas, aku takut menantu kita diapa-apain sama El, ayo cepat melek dan bangun!"
"Iya iya, biar nyawa mas kumpul dulu, sini sambil peluk," Alex malah menarik pinggang Anes dan memeluknya.
"Mas Alex...!"
"Sebentar saja," ucap Alex cuek.
🌼🌼🌼
Sekitar lima belas menit Senja berada di dalam kamar mandi. Ia keluar dengan handuk kimononya. Di lihatnya Elang sedang bermain dengan ponselnya duduk di sofa.
Senja melirik sprei yang sudah di ganti oleh Elang.
Senja tampak bingung, ia ingin memakai baju, akan tetapi di almari tidak ada baju yang pantas untuk di pakai.
"Ada apa?" tanya Elang yang melihat Senja kebingungan.
"Itu, aku mau pakai baju tapi di sini tidak ada," jawab Senja.
"Kenapa tidak ambil saja di kamarmu yang kemarin?" Elang memberi saran.
"Ah iya, aku lupa! Kenapa kau tak mengingatkanku dari semalam? Dengan begitu mungkin semalam tidak akan terjadi," ucap Senja. Jika semalam ia tak memakai pakaian seksi mungkin hal itu tidak akan terjadi. Lagi-lagi wajahnya memerah, malu dengan ucapannya sendiri.
"Kau menyesal?"
"Sudahlah tidak usah di bahas. Aku ke kamar sebelah dulu," ucap Senja. Menyesal atau tidak, sekarang sudah tidak penting lagi. Semuanya sudah terjadi. Dan sekali lagi, itu bukanlah sebuah dosa. Justru akan berdosa jika ia menolaknya, pikir Senja. Meskipun tetap saja ia merasakan sakit di dadanya.
Senja keluar menuju ke kamarnya sebelum resmi menjadi nona muda Parvis.
Ditengah jalan, Senja berpapasan dengan Alex dan Anes yang berjalan terburu-buru.
"Mom, dad?"
Alex dan Anes langsung menghentikan langkahnya begitu melihat Senja tepat di hadapan mereka.
"Senja sayang kau baik-baik saja? Apa kau terluka? mana yang sakit?" heboh Anes.
"Iya, Senja baik-baik saja. Kenapa mom, dad?"Senja merasa bingung dengan tingkah mertuanya.
"Oh syukurlah kalau kau baik-baik saja. El bagaimana? Apa dia baik-baik saja?"
"Iya, dia sedang mandi sepertinya," jawab Senja.
Anes pun bernapas lega mendengarnya.
"Kamu aja yang over thinking sayang," ucap Alex.
Senja semakin tak mengerti, namun ia juga segan jika terlalu banyak bertanya.
"Eh kamu mau kemana?"
"Mau ambil baju mom ke kamar sebelah. Baju Senja di sana semua," jawab Senja.
"Oh, jam segini udah mandi?" selidik Anes.
"Dia udah pakai handuk kimono sayang, perlu di tanya lagi?"
"Aku tanya Senja, bukan mas Alex,"
" Oh, iya mom, semalam terlalu capek jadi enggak mandi, tadi bangun tidur langsung mandi biar segeran,"
"Oh begitu, ya sudah. Kalau udah Sholat subuh tidur lagi aja. Pasti kelelahan kan semalam?"
"Apa El terlalu kasar mainnya?" tanya Alex tanpa filter.
"Eh? Tidak bukan begitu mom, dad," wajah Senja kembali memerah.
"Iya iya kami paham, ya sudah kami ke kamar dulu ya," pamit Anes tersenyum penuh arti.
"Mas lihat nggak di lehernya?" bisik Anes sambil berjalan.
Alex otomatis langsung menoleh ke arah Senja yang masih mematung di tempatnya.
"Apa yang mereka pikirkan? Semoga mereka tak berharap terlalu jauh atas pernikahan ini," batin Senja, menatap kedua mertuanya yang tampak berbisik-bisik. Ia takut akan mengecewakan mereka nantinya.
"Jangan melihatnya, nanti menantu kita semakin malu," ucap Anes menarik tangan Alex.
"Iya iya, tadi mas lihat sayang,"
"Sepertinya El bergerak cepat ya, hihi,"
"Ho oh, dulu kamu mau mas gercepin nggak mau, mas malah di suruh beli pembalut di malam pertama kita," sahut Alex yang membuat Anes tersenyum teringat cerita malam pertama mereka dulu.
"Tapi kenapa cerminnya bisa pecah?"
"Jangan berpikir kalau El terlalu semangat sampai melempar Senja ke cermin," ucap Alex.
"Itu pikiran kamu mas, bukan aku! astaga udah tua juga imajinasinya ada-ada aja," cebik Anes.
Alex pun terkekeh, karena berhasil membuat istrinya kesal.
Anes pun merasa sedikit lega, setidaknya Elang memperlakukan Senja dengan baik meskipun tak mencintainya.
🌼🌼🌼
Semuanya sudah berkumpul untuk sarapan kecuali Sepasang pengantin baru dan juga Rega.
"Ma, abang mana? kenapa tidak ikut sarapan?" tanya Gisell.
"Abang sudah pulang subuh tadi sayang, banyak kerjaan di jakarta, jadi dia pulang duluan," jawab Amel. Gisell membuang napas kecewanya begitu mendengar jawaban Amel.
"Kakak sama kakak ipar belum turun?" tanya Gavin.
Namun, sebelum ada yang menjawab Elang dan Senja sudah terlihat menuruni anak tangga.
"Tuh mereka!"
"Bagaimana tidur kalian semalam? Nyenyak?" tanya Amel, seringai tipis ia layangkan.
"Iya ma, kami terlalu capek jadi langsung tidur awal," jawab Senja sedangkan Elang hanya diam dan duduk.
"Bagaimana lukamu El?" tanya Alex.
"Mendingan dad," sahut Elang singkat.
"Kakak ipar, lehernya kenapa?" tanya Gisell yang melihat leher Senja ada tanda merah.
"Ya ampun, aku lupa memakai foundation
"Oh ini..." Senja bingung mau menjawab apa.
"Digigit nyamuk," Sela Elang dengan cepat.
"Oh begitu, maklum kak di sini banyak nyamuk, namanya juga pegunungan," timpal Gisell dengan lugunya. Ia tak paham sama sekali tanda apa di leher kakak iparnya tersebut. Pun dengan Gavin, Hah apalagi dia yang masih alergi terhadap wanita. Kecuali mereka yang sudah tua dan berpengalaman.
"Iya nyamuknya ganas-ganas. Sekali gigit bikin klepek-klepek," sindir David
"Ya ampun, mengerikan! nyamuk apa itu pa?" tanya Gisell, yang ia pikirkan klepek-klepek yaitu kejang-kejang, sakit karena di gigit nyamuk.
"Nyamuk berambut hitam!" celetuk Alex.
"Emang kepala nyamuk ada rambutnya?" Gisell tampak kebingungan. Sementara mereka yang paham jika artinya berambut hitam adalah manusia pada terkekeh mendengarnya. Gavin, Gisel dan Kendra hanya melihat dengan tatapan Aneh.
Sementara pasangan pengantin baru tersebut hanya mampu terdiam menahan malu.
"Terus nyamuknya ketahuan nggak kak? Atau kabur setelah gigit? Harusnya di deat-in tuh nyamuk, berani-beraninya gigit kakak ipar sampai merah begitu," ucap Gisell.
"Uhuk uhuk!" Elang langsung tersedak mendengar ucapan polos dari adiknya tersebut. Membuat Alex, Anes, Amel dan David semakin terkekeh.
"Sial!" umpat Elang dalam hati ia merasa terjebak dengan omongannya sendiri.
"Maaf," bisik Senja, ia merasa bersalah karena lupa menutupinya.
"Sudahlah, bukan salahmu," balas Elang.
Dua generasi dari dua keluarga dan di tambah Kendra tersebut melanjutkan sarapan dengan canda tawa.
🌼🌼🌼