Genies mulai bermunculan dari dimensi lain, masing-masing mencari partner manusia mereka di seluruh dunia. Dalam pencarian mereka, genies yang beraneka ragam dengan kekuatan luar biasa mulai berpencar, setiap satu memiliki kekuatan unik. Di tengah kekacauan itu, sebuah genie dengan aura hitam pekat muncul tiba-tiba, jatuh di kamar seorang anak berkacamata yang dikenal aktif berolahraga. Pertemuan yang tak terduga ini akan mengubah hidup mereka berdua selamanya, membawa mereka ke dalam petualangan penuh misteri dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramos Mujitno Supratman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dihadang Kakek Legend
Setelah selesai makan, Raka, Beni, dan Sinta berjalan pulang melewati jalan yang sepi. Suasana tenang, tetapi Raka merasakan ada yang aneh di sekelilingnya. Zarok dan Aira, yang selalu mengikutinya, mulai bersiaga.
“Tuan, hati-hati. Aku merasakan kehadiran yang kuat di sekitar sini,” bisik Zarok, matanya melirik ke sekitar dengan waspada.
“Raka, kamu nggak apa-apa?” tanya Sinta, melihat ekspresi wajah Raka yang berubah.
“Iya, hanya… merasa ada yang mengawasi kita,” jawab Raka, mencermati lingkungan sekitar.
Tiba-tiba, dari sudut jalan, muncul seorang pria berkacamata dengan penampilan mencolok. Di sampingnya, ada seorang genie berwujud kakek samurai, lengkap dengan pakaian samurai dan katana di tangan. Pria itu tersenyum lebar, tetapi senyum itu terlihat mengintimidasi.
“Hey, kalian! Keren banget kelihatannya!” pria berkacamata itu memanggil mereka dengan nada percaya diri. “Aku ingin memperkenalkan diriku. Nama saya Rizky, dan ini partnerku, Kakek Ken.”
Kakek Ken, genie samurai itu, hanya menatap Raka dan teman-temannya dengan tatapan serius, tanpa berkata-kata.
Beni menatap Raka dengan cemas. “Rak, aku merasa tidak enak dengan ini. Kenapa dia bisa tahu nama kita?”
Raka berusaha untuk tetap tenang. “Apa yang kau inginkan?” tanya Raka, berusaha tidak menunjukkan ketakutannya.
Rizky mendekat, senyumnya semakin lebar. “Kami hanya ingin berbicara. Aku sudah mengawasi kalian, dan aku melihat bahwa kalian memiliki genie yang kuat. Sepertinya kita bisa menjadi teman.”
“Teman? Di jalan sepi seperti ini?” Sinta bertanya skeptis, mencurigai niat mereka.
Rizky tertawa kecil, mengangkat tangannya. “Oh, jangan khawatir. Kakek Ken di sini hanya untuk melindungiku. Dia tidak akan menyerang jika kita tidak melakukan hal yang bodoh.”
Kakek Ken mengangguk pelan, tetap menatap dengan tatapan tajam. “Hanya yang bodoh yang mengabaikan peringatan,” katanya dengan suara dalam yang menggema.
Zarok langsung bersuara. “Kau tidak boleh meremehkan kami. Kami tidak takut padamu atau genie-mu.”
Rizky memandang Zarok dengan rasa ingin tahu. “Genie hitam, ya? Menarik. Apakah kalian berencana untuk bertarung? Karena itu bukan tujuan kami di sini.”
Beni, yang merasa tidak nyaman, berkata, “Ya, ya, kami tidak mencari masalah. Kami hanya mau pulang.”
Raka mencoba mengambil alih. “Kami tidak ingin masalah. Tapi jika kau berani mengganggu kami, kami tidak akan ragu untuk melindungi diri.”
Rizky mengangkat bahu, seolah tidak peduli. “Relax, bro! Aku cuma mencari cara untuk bersekutu dengan kalian. Di luar sana, banyak genie yang lebih kuat dan berbahaya. Kita bisa jadi tim yang hebat!”
Aira terbang di dekat Raka dan berbisik, “Raka, jangan terburu-buru percaya. Kita tidak tahu siapa mereka yang sebenarnya.”
Raka mengangguk pelan, mencoba untuk tidak terlihat panik. “Kami perlu waktu untuk memikirkan tawaranmu.”
Rizky menatap mereka dengan senyuman penuh percaya diri. “Pikirkan saja, ya? Kita bisa bekerja sama untuk melawan musuh yang lebih besar. Dan ingat, Kakek Ken dan aku selalu siap!”
Kakek Ken mengangguk dengan serius. “Kami akan mengawasi kalian. Jangan berpikir kalian bisa mengabaikan kami.”
Raka, Beni, dan Sinta saling berpandangan, merasa canggung dengan situasi ini. “Baiklah, kami akan memikirkannya,” jawab Raka, berusaha bersikap tenang.
Rizky melambaikan tangan. “Sampai jumpa, teman-teman! Kita akan bertemu lagi.”
Setelah itu, mereka melanjutkan jalan pulang, sementara Raka dan teman-temannya merasa sedikit lega saat Rizky dan Kakek Ken menjauh. Namun, suasana di antara mereka masih tegang.
“Rak, menurutku kita harus lebih berhati-hati,” kata Beni, menatap jalan di belakang mereka.
“Iya, aku setuju,” Raka menjawab. “Tapi kita juga harus siap menghadapi apa pun yang mungkin datang. Kita tidak bisa terus bersembunyi.”
Aira mengangguk. “Kita harus tetap bersatu. Ini baru permulaan dari petualangan kita.”
Sementara itu, Zarok mengawasi sekeliling, tetap bersiaga. “Kami akan selalu ada di sampingmu, Tuan. Siap untuk menghadapi apa pun yang datang.”
Mereka melanjutkan perjalanan pulang dengan hati-hati, bersiap menghadapi tantangan baru yang mungkin akan datang di depan.