"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
[Pov Dean]
Di sebuah universitas informatika ternama, di dalam ruang administrasi, seorang staff universitas sedang mengajak bicara seorang pemuda tampan dan bertubuh proposional di depannya,
“Dean, mohon maaf sekali, kalau sampai minggu depan uang sks anda belum di bayar juga, maka untuk sementara anda harus cuti sampai bisa membayar,” ujar seorang pria paruh baya.
“Apa ga bisa dapat dispensasi pak, nilai nilai saya setahun terakhir kan bagus pak,” balas Dean.
“Saya sih tidak keberatan, tapi perintah yayasan seperti itu dan kalau saya beri kamu dispensasi, yang lainnya akan menuntut dispensasi juga kepada saya, (memegang pundak Dean) saya mengerti kesulitan kamu, hidup sendiri memang berat, tapi kamu kan masih punya orang tua, coba bicarakan sama orang tua kamu, kamu sudah semester tiga, sayang kan kalau sampai putus,” balas pria paruh baya staff universitas itu.
“Baik pak Fred, saya akan cari solusinya, tenggat waktu saya masih minggu depan kan ?” tanya Dean.
“Benar, kamu usahakan dulu saja, tapi saya tetap anjurkan supaya kamu bicara dengan orang tua kamu baik baik,” jawab Fred.
“Tidak perlu pak, saya pasti bisa usahakan, makasih atas waktunya pak,” balas Dean.
“Baiklah kalau begitu, saya serahkan semua keputusan sama kamu, semoga sukses ya,” balas Fred.
“Terima kasih pak, saya permisi,” balas Dean.
Dengan langkah gontai, Dean keluar dari dalam ruangan dan keluar dari kantor admistrasi. Begitu menutup pintu, Dean langsung bergeser dan bersandar ke dinding, tubuhnya merosot dan dia jongko di depan dinding,
“Sekarang bagaimana ? ga mungkin kan gue ngontak papa...kalau kasih tahu Hans, sama aja, ntar malah dia heboh dan di suruh jemput gue di sini ama papa,” guma Dean sambil mengusap rambutnya yang berantakan.
“Duk,” tiba tiba sepatunya di tendang seseorang, Dean menoleh dia melihat seorang pemuda tampan bertubuh tegap dan berambut panjang di ikat satu sambil membawa tas punggungnya, pemuda itu memakai kemeja kotak kotak yang tidak di kancing dengan dalaman kaus hitam rock n roll,
“Oi, bengong aja lo Dean, kenapa ?” tanya pemuda itu sambil bersandar di sebelah Dean.
Dean berdiri dia langsung berbalik dan memeluk pemuda itu sampai pemuda itu merasa risih dan terlihat jijik,
“John...tolong gue John,” ujar Dean.
“Apaan sih lo, lepasin ga, ogah banget gue di pelok lo,” balas John sambil berusaha melepaskan pelukan Dean.
“Gue terancam berenti kuliah nih, belom bayar sks,” balas Dean.
“Loh lo bukannya kerja di mini market ama restoran ya ? emang kurang ?” tanya John.
“Kurang lah, buat hidup hari hari, bayar kos, di tambah bayar sks, kurang banget,” jawab Dean.
“Ada ada aja lo, dah lah yu, keluar dulu, kita ngopi dulu, kali aja ada ide cemerlang di sono,” balas John sambil merangkul Dean.
“Iya deh yu, di pikirin ampe mampus juga keadaan ga berubah,” balas Dean.
Keduanya berjalan menelusuri koridor kampus untuk keluar gedung kemudian menuju ke kantin yang menyediakan kopi. Keduanya langsung memesan kopi dan membawanya ke meja, kemudian keduanya duduk dengan santai sambil merokok,
“Oi lo tahu ga Dean, gue baru kenalan ama cewe cakep nih, ntar malem gue janjian ama dia mau ke karaoke, lo mau ikut ga ?” tanya John.
“Setan lo, udah tau gue lagi krisis duit, lo malah ngajak seneng seneng, mana bisa gue ikut, emang lo mau bayarin ?” tanya Dean.
“Ya gue bayarin khusus cewe, Lo kaga, tapi dia bawa temen temen juga, kita jadi kayak mixer gitu, si Bruce ama Steve udah siap berangkat,” jawab John.
“Ogah ah, gue lagi ngirit lagian udah cukup kan orangnya ?” tanya Dean.
“Udah cukup sih, tapi kalo ada lo kan laen, aura ganteng lo nular ke kita kita hehe,” jawab John.
“Dasar lo yeh, udah ah, gue ga ikut,” balas Dean kesal.
“Trus lo abis ini kemana ?” tanya John.
“Pulang, meratap,” jawab Dean.
“Dih parah amat sih lo, udah tau di ujung maut ya seneng seneng kale,” balas John.
“Ogah ah, dah lah, gue pulang,” balas Dean berdiri.
“Jeee kopi lo belom abis kali,” balas John sambil menunjuk cangkir kopi di meja.
“Oh iye (langsung menenggak habis kopinya) huaah....mantap, dah gue jalan,” ujar Dean sambil menaruh cangkirnya.
“Dasar ogah rugi, kacau lo bro,” balas John menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
******
[Pov Layla]
Malamnya, di distrik hiburan, di sebuah ruko gandeng tempat karaoke, tiga orang gadis berdiri di depan,
“Ini kan ya tempat janjiannya ?” tanya seorang gadis berambut pirang.
“Iya, mereka anak informatika, tampangnya sih keren keren kali aja ada yang nyangkut,” jawab seoang gadis berpakaian serba terbuka.
“Um...kak Rose....kak Tania, aku emangnya boleh ikut nih ? aku kan anak baru di kampus kita ?” tanya seorang gadis berambut hitam lurus dan berkacamata.
“Tenang aja Layla, daripada kamu di kosan, kita senang senang aja, toh di bayarin ini,” ujar Rose sambil merangkul Layla.
“Emang beneran di bayarin ?” tanya Tania yang berambut pirang.
“Dia sih bilangnya gitu, katanya ada anak informatika yang ganteng abis, tapi anaknya susah kalo di ajak beginian,” jawab Rose.
“Wah boleh tuh, pas kebeneran gue juga lagi kosong, emang mereka berapa orang ?” tanya Tania.
“Tiga orang, makanya kita bertiga, sekalian mixer, bener ga,” jawab Rose sambil menoleh melihat Layla.
“I..iya bener kak haha,” balas Layla.
“Aduh lo jangan kaku kaku gitu kek, lo cakep tau, lepas ajalah kacamata lo,” ujar Rose sambil mengambil kacamata Layla dan mengantonginya.
“Nah bener juga lo Rose, dia keren ga pake kacamata,” tambah Tania.
“Aduh kakak kakak ini, jadi malu kan aku,” balas Layla tersenyum.
“Akhirnya ketawa, yuk masuk,” ajak Tania.
“Ntar, tunggu satu orang lagi, Sharon katanya mau ikut juga,” balas Rose.
“Oh nunggu dia dulu ?” tanya Layla.
“Iya, emang dia ga bilang ama lo ya ? lo berdua kan sekelas,” jawab Rose.
“Enggak tuh, dia ga ngomong apa apa,” balas Layla.
Akhirnya ketiganya menunggu di depan gedung karaoke, tapi tiba tiba, “tap,” pundak Rose di tepuk seseorang, Rose langsung berbalik dan wajahnya langsung nampak ceria,
“Eh udah dateng John,” ujar Rose.
“Sori ya telat Rose, oh ya kenalin, ini Bruce dan sebelahnya Steve,” ujar John memperkenalkan dua pria tampan di sebelahnya.
“Wah salam kenal, gue anak informatika, nama gue Bruce,” ujar Bruce menjulurkan tangannya kepada Layla.
“Um...gue anak fashion, nama gue Layla,” balas Layla.
“Gue Tania, salam kenal ya,” balas Tania.
“Sama sama, salam kenal juga, gue Steve,” tambah Steve.
“Trus nunggu apa nih ? ayo masuk,” ajak John.
“Ada satu orang lagi sih, tapi ntar aja deh, kita kirimin pesan aja,” balas Rose.
Tiba tiba seorang pria muda berpakaian jas dan memakai topi bundar mendekati mereka berenam dan berdiri di tengah mereka.
“Halo apa kabar semuanya, wah kalian ber enam cantik dan ganteng ya, bagaimana kalau kalian merambah ke dunia artis, ini kartu nama saya,” ujar sang pria.
Dia langsung membagikan kartu nama nya kepada ke enamnya, Layla melihat kartu namanya, ternyata laki laki itu bernama Jeffrey, dia salah satu manager di sebuah production house yang bernama Clover dengan logo berbentuk daun semanggi yang namanya cukup terkenal di kota.