Hi hi hayyy 👋
Selamat datang di karya pertamaku... semoga kalian suka yaaa
Marchello Arlando harus mendapat julukan pria buruk rupa setelah insiden yang membuatnya mengalami banyak luka bakar.
"Aku tak sudi bersamamu lagi Chello. Aku malu memiliki pasangan yang buruk rupa sepertimu."
Marah, benci dan juga dendam jelas sangat dirasakan Marchello. Namun keadaannya yang lemah hanya bisa membuat dirinya pasrah menerima semua ini.
Hingga 7 tahun berlalu, Marchello dipertemukan oleh fakta tentang keluarga kandungnya dan membuatnya menjadi penerus satu-satunya. Menjadi CEO sekaligus pemimpin mafia yang selalu menggunakan topeng, Marchello bukan lagi pria berhati malaikat seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hingga pada suatu hari, ia diminta menikah untuk bisa memberikan penerus bagi keluarganya. Wanita yang dijodohkan untuknya justru mengalihkan posisinya dengan adik tirinya sendiri setelah tahu keadaan Marchello yang memiliki rupa misterius. Mungkinkah perjodohan akan tetap berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hukuman untuk penjahat
Vilme dan Marchel ke markas dan disambut oleh Shena dan Victor yang dengan wajah penuh penyesalan memohon maaf padanya. Namun, Vilme tak bisa memaafkan kedua orang itu. Hatinya terluka, terutama saat mengetahui bahwa Victor tidak pernah mencintai ibunya.
“Sudah terlambat untuk minta maaf!” teriak Vilme dengan tegas. “Kalian berdua harus menerima konsekuensi dari perbuatan kalian!”
Vilme membuat Marchel dan anak buahnya terkejut dengan permintaan yang mengejutkan. Ia meminta mereka untuk menyiksa Victor dan Shena sebagai pembalasan atas apa yang mereka lakukan terhadap ibunya.
“Aku tak sanggup melihat mommy ku disiksa oleh tangan-tangan kalian! Kalian harus merasakan apa yang telah kalian lakukan!” ujar Vilme dengan air mata mengalir di pipinya.
Shena dan Victor merasa ketakutan mendengar permintaan Vilme. Mereka tahu bahwa mereka telah berbuat salah, namun tak menyangka akan mendapatkan hukuman seberat ini.
Mendengar permintaan istrinya, Marchel dan anak buahnya pun segera mengikat Victor dan Shena. Mereka mengeksekusi hukuman yang diinginkan Vilme tanpa ragu.
Vilme menatap kedua orang itu dengan penuh amarah dan kesedihan. Ia tak bisa melupakan apa yang telah mereka lakukan pada ibunya. Namun, di balik semua kebenciannya, ia tetap berharap agar ibunya, Celia, bisa segera diselamatkan dan bisa hidup bahagia bersamanya.
Vilme menggenggam sebuah cambuk dan membuat mata Shena dan Victor membulat.
“Nak, kau tak mungkin akan menyakiti kami kan?” tanya Daddy gugup.
“Anak? Apa selama ini kau pernah menganggapku sebagai anakmu?” balas Vilme dengan terus berjalan mendekati Shena dan Victor yang mulai ketakutan.
Cetas!
Shena dan Victor sontak berteriak kesakitan saat Vilme mencambuk mereka dengan penuh amarah.
Bagi Marchel, cambukan Vilme mungkin tidak terlalu keras, namun ia tahu bahwa istrinya itu tengah membalas rasa sakit yang diderita ibu kandungnya oleh ulah Shena dan pembelaan dari Victor selama ini.
“Vilme, maafkan daddy dan mommy mu ini, Nak!” ucap Victor dengan lirih, menahan sakit.
“Maaf? Kalian berdua tidak tahu betapa ibuku menderita karena ulah kalian, huh?!”
Cetas!
Vilme menatap tajam Shena dan Victor, sambil ia mengayunkan cambuknya kembali. Di saat itulah, Vilme menunjukkan betapa kuat dan tegar karakternya, serta kemampuannya untuk melindungi orang yang ia cintai.
“Kau menjalin hubungan dengan wanita ini saat mommy ku sakit. Kau juga membelanya saat dialah yang jelas-jelas meracuni dan membuat mommy seolah tiada. Dan sekarang, kau memintaku untuk memaafkannya juga?” tanya Vilme dengan suara bergetar.
Victor hanya menunduk dan diam mendengar ucapan putrinya.
Vilme tengah mengadu dan membutuhkan pembelaan dari daddynya. Ia juga ingin mendapatkan kasih sayang seperti layaknya sosok putri yang lain.
Sayangnya, hati daddynya tak pernah mau berpihak padanya. Bahkan sebelum munculnya Shena kembali dalam hidupnya, Victor memang selalu mengabaikan Vilme.
“Sampai kapan daddy akan membelanya? Apakah selamanya?
“Kalau iya, kenapa kau harus menikahi ibuku? Kenapa kau tidak meninggalkannya saja sejak dulu? Untuk apa aku dan ibuku menjadi bagian dari hidupmu, sementara kasih sayangmu hanya untuk mantanmu saja?
“Kau tak pernah membahagiakanku, tapi kau sangat mencintai anak dari mantanmu. Akulah putri kandungmu, daddy. Buka matamu!” teriak Vilme dengan marah, namun ia juga menangis.
Lucas yang berdiri diam pun tiba-tiba terkejut saat Vilme berjalan ke arahnya dengan membawa cambuk. Lucas mengira bahwa Vilme akan mencambuknya juga, sebab ia tak becus menjaganya dari Aaron saat itu.
Namun keterkejutan Lucas semakin bertambah saat Vilme menyerahkan cambuk ke tangannya.
“Selagi mommy ku belum sembuh, maka jangan berhenti menyiksa dua orang tak berperasaan itu” ucap tegas Vilme yang membuat Lucas langsung mengangguk.
“Baik Nona” balas Lucas.
Marchel yang mengerti keadaan istrinya yang masih lemah pun, ia segera menghampirinya.
“Ayo sayang, kita pergi dari sini!” Ajak Marchel.
Baru beberapa langkah berjalan “Tunggu dulu! Apa kau tak mau menghukum Aaron selagi kita masih disini?” tanya Marchel dengan lembut.
“Tidak. Aku percaya kalau suamiku jauh lebih baik dalam menghukumnya.” Jawab Vilme.
“Baiklah sayang. Aku akan memberinya hukuman paling terbaik dalam sejarahku.” Ucap Marchel.
Setelah Marchello dan Vilme pergi, kini tatapan Victor dan Shena mengarah pada Lucas, yang siap menyiksa mereka dengan begitu buas. Jika dicambuk Vilme, mereka sudah memekik kesakitan, apalagi jika Lucas yang melakukannya? Apalagi saat mereka teringat kala Lucas menyiksa Aaron. Victor dan Shena sama-sama tak tahu apakah nyawa mereka masih ada di tangan Lucas setelah ini nantinya?
Sore hari, Vilme berada di rumah sakit dan kembali menjenguk ibunya yang masih belum juga sadar.
“Permisi Nona, saya adalah perawat khusus untuk Nyonya Celia. Bisakah anda bergeser sebentar, karena saya akan mengganti pakaian ibu anda?” ucap wanita yang baru saja memasuki ruangan.
“Kau perawat mommy ku?” tanya Vilme ragu.
“Sayang, aku yang sengaja mendatangkannya untuk merawat Mommy Celia. Keadaanmu sedang tak memungkinkan untuk merawatnya dan aku juga tak mau kau kelelahan. Dia perawat yang sudah kupastikan aman dan dia tak akan berani berbuat macam-macam.” Jelas Marchel dengan lembut yang diangguki oleh Vilme.
“Siapa namamu?” tanya Vilme pada wanita di hadapannya.
“Nama saya Frisly, Nona.” Jawab perawat dengan menunduk sopan.
Vilme mengangguk dan melihat kesungguhan dari wanita yang sama muda seperti dirinya. Bedanya, Frisly beberapa tahun lebih tua darinya sebab ia juga lulusan terbaik pilihan Marchel.
“Baiklah, kau bisa melanjutkan tugasmu. Aku dan suamiku akan keluar dulu” ucap Vilme yang kemudian ia berlalu bersama Marchel.
Frisly pun dengan lembut dan penuh kehati-hatian dalam merawat Celia. Bagaimana pun dan siapa pun memang tak bisa melakukan tindakan buruk disini, sebab Marchello tentunya sudah menempatkan banyak alat-alat canggihnya untuk mendeteksi kejahatan tersebut.
Lucas tiba di rumah sakit tempat ibu Vilme dirawat, setelah ia menghabiskan tenaganya untuk menyiksa Victor, Shena dan Aaron.
Lucas diminta untuk menjaga keamanan di luar ruangan bersama beberapa pengawal lainnya. Sementara Marchello dan Vilme harus kembali pulang karena kondisi Vilme yang juga masih belum pulih.
Lucas merasa amat lelah hari ini. Namun, begitu ia melihat perawat khusus yang menjaga di dalam ruangan ibu Vilme, seketika itu pula rasa lelahnya hilang.
“Siapa perawat itu? Kenapa dia terus menunggu di dalam ruangan Nyonya Celia?” tanya Lucas pada salah satu pengawal disini.
“Dia adalah perawat khusus untuk Nyonya Celia, Tuan Lucas. Namanya Frisly dan Tuan Marchello sendiri yang memilihnya langsung sebagai perawat untuk ibu mertuanya.” Jelas pengawal.
Lucas mengangguk dan mengamatinya dari luar ruangan.
Mata Lucas tak bisa berpaling dari wajah cantik wanita muda yang mulai berjalan keluar dari ruangan dengan anggun.
“Apa anda butuh sesuatu, Nona Frisly?” tanya salah satu pengawal di luar ruangan.
“Begini, air minumku habis. Bisakah kalian membawakannya untukku? Aku tak mungkin meninggalkan keadaan Nyonya Celia .” Jelas Frisly dengan nada halus.
“Akan aku bawakan. Kau kembalilah ke dalam” ucap Lucas yang diangguki oleh Frisly.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam yang begitu dingin, Marchel berada di dalam kamar bersama istrinya. Dengan penuh perhatian, ia mengganti perban yang membalut pergelangan tangan dan kaki Vilme yang terluka.
Vilme tersipu dan tak menyangka bahwa suaminya yang tampan ini akan begitu perhatian dan peduli padanya. Awalnya, ia mengira bahwa Marchel masih mencintai Jessica. Ternyata setelah mendengar penjelasan Marchel, ia pun paham kalau ia melakukan hal tersebut karena suatu alasan. Dan alasan itu adalah untuk melindungi dan menyelamatkan ibunya yang ternyata masih hidup.
“Maafkan aku, sayang. Aku terlambat datang saat Aaron berlaku jahat padamu” ucap Marchel penuh penyesalan.
Ia merasa bersalah karena tak bisa melindungi istrinya.
Vilme menatap suaminya, tersenyum lemah. “Tak apa, Marchel. Aku tak masalah dengan luka ini. Aku melindungi kehormatanku demi dirimu, suamiku tercinta.” Jelasnya dengan lembut.
Marchel menatap wajah Vilme seraya mengusap wajahnya, kini ia kembali mengecup bibir Vilme tanpa adanya penghalang yang menutupi wajahnya lagi.
“Aku mencintaimu” ucap Marchel sembari tersenyum.
“Aku juga mencintaimu Marchello Arlando.” Balas Vilme.
Marchel terus memandang wajah istrinya yang sangat jauh lebih muda darinya.
“Kau membuatku gugup.” Ucap Vilme tanpa berani menatap Marchel.
“Aku tahu dan aku juga mendengar suara degup jantungmu.” Balas Marchel dengan santai.
Vilme mendongak dan mengusap wajah Marchel sembari tersenyum. Namun tiba-tiba, Marchel mencekal tangannya sembari menatapnya.
Vilme mengira bahwa Marchel tak suka akan tindakannya. Sampai ia terkejut kala salah satu tangan Marchel mencengkram pinggangnya dan menahannya agar tidak pergi.
“Apa kau sedang menggodaku?” pertanyaan Marchel sontak membuat pipi Vilme makin bersemu merah.
“A... a-aku...” gagap Vilme.
Ia merasa gugup, sampai-sampai kesulitan menelan ludahnya. Apalagi, kini Marchel perlahan mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibirnya dengan Vilme.
Vilme memejamkan mata, mengimbangi lumatan yang Marchel lakukan di bibirnya, sementara tangannya mencengkram kuat jas Marchel sebagai pegangan.