Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebencian Sang Adik
Bola billiard yang menggelinding memasuki lubang. Senyuman menyungging di wajah Jerrel membawa stik.
"Kenapa murung begitu? Tidak main basket?" Tanya Dio yang tengah bermain billiard bersama Jerrel.
"Sekarang hujan." Keluh Derio berbaring di atas sofa matanya menatap ke arah langit-langit ruangan.
Gretel yang tengah mengerjakan beberapa tugas, membuka kacamata bacanya."Hujan, bukan halangan. Biasanya kamu bermain basket di dalam ruangan."
"Tidak seru." Derio bangkit dari tempatnya berbaring, menuangkan sedikit makanan ikan ke akuarium."Donat, jangan seperti ibumu yang tidak tahu diri ya," ucapnya pada sang ikan.
"I...ibu?" Dio menipiskan bibir menahan tawanya."Kalian menikah dan punya anak seekor ikan?"
"Kalian? Derio punya pacar?" Tanya Jerrel mulai tertarik.
"Siapa yang punya pacar! Donat adalah pinguin peliharaanku." Jawaban datar dari Derio.
"Cih! Peliharaan katanya." Dio menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Dulu dengan Almira begitu mudah bagi Derio untuk menyadari perasaannya. Tapi mengapa kini begitu lambat?
"Pinguin yang itu kan?" Gretel menahan tawanya. Setidaknya dirinya pernah melihat sekali atau dua kali Derio dijemput oleh seorang wanita, kala bermain basket.
"Pinguin yang mana!?" Teriak Jerrel penasaran setengah mati. Pasalnya tidak ada yang menjawab pertanyaannya.
"Katakan kamu menyukainya. Jika ditolak, kejar dia sampai dapat. Aku akan membantumu." Saran dari Dio penuh semangat.
"Donat (Fiona) adalah fans beratku. Dia tidak bisa mengalihkan pandangan dariku. Bagaimana mungkin aku menyukainya." Jawaban dari Derio kembali berbaring, tersenyum-senyum sendiri resah gelisah.
"Omong kosong!" Gretel mengangkat salah satu alisnya.
"Tapi itu tidak menjawab kenapa kamu belakangan ini jarang bermain basket?" Sebuah pertanyaan dari Dio, seakan menanyakan, mengapa adiknya jarang berkencan.
"Hanya bermain basket saja. Membantu ayah memasuki perusahaan lebih penting. Walaupun, itu juga karena Donat mengikuti Fast-track, jadi dia jarang membuka aplikasi. Tapi Donat bukan inti masalahnya. Aku hanya terlalu lelah." Ucap Derio, masih menyimpan beberapa foto tempat yang mereka kunjungi beberapa bulan ini.
Hingga dirinya kembali mengirim pesan, pada Fiona. Dengan dalih memesan ojek online.
"Kalian mau apa? Biar aku pesankan!" Ucap Derio mengetahui Fiona dapat mengantarkan order makanan.
"Aku tidak tertarik---" Kalimat Jerrel yang memang tidak menyukai makanan kelas menengah ke bawah disela.
"Empat martabak spesial! Biar aku yang bayar." Sambar Dio, benar-benar mendukung hubungan adiknya.
"Ok! Berarti 4 martabak spesial. Minumannya soda saja." Derio tersenyum seenak jidatnya saja memutuskan.
Pria yang biasanya makan di cafe atau restauran berkelas itu terlihat mengatur suaranya menghubungi seseorang.
"Halo Donat!" Ucapnya berpura-pura ketus.
"Mau pesan apa? Sebaiknya cepat, aku harus pulang. Kamu tau kan ayahku bagaimana, jika anaknya yang paling cantik pulang lebih dari jam 10 malam?" Jawaban seseorang dari seberang sana.
Sukses membuat teman-teman Derio menahan tawanya. Benar-benar terdengar jutek, tapi juga bersahabat dan manis.
"Iya! Iya! Aku sedang malas keluar. Jadi aku pesan 5 porsi martabak spesial dan lima kaleng soda low sugar. Harus sampai dengan cepat, lebih dari 1 jam." Tegas Derio sedikit melirik ke arah cermin merapikan penampilannya sendiri.
"Astaga..." Jerrel menggelengkan kepalanya heran. Berbeda dengan kala dengan Almira, sahabatnya ini begitu dingin, masih menjaga etika. Tapi kini? Derio seperti remaja normal yang jatuh cinta.
"Satu jam!? Kamu gila! Aku sedang ada di kampus sekarang! Belum menunggu pesanan, belum lagi membeli sodanya!?" Ucap seseorang di seberang sana dengan nada tinggi.
"Akan ada tip---" Kalimat Derio disela.
"Siap boss!" Dengan secepat kilat panggilan dimatikan. Bagaikan seseorang di seberang sana sudah mencium bau kemerdekaan. Atau lebih tepatnya gambar dari seseorang yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Derio melangkah meninggalkan teman-temannya yang berada di gazebo. Tujuannya? Tentu saja ke kamar untuk berganti pakaian.
"Jangan pakai tuxedo! Nanti kamu dikira ingin melamarnya!" Teriak Gretel.
Sedangkan Dio menutup mulut Gretel menggunakan tangannya."Jagan dengarkan Gretel! Pakai tuxedo!" Teriak Dio pada adiknya.
Tapi siapa yang peduli, karena Derio tidak peduli sama sekali. Sudah seminggu dirinya hanya berpapasan sesekali dengan Donat di kampus. Gadis yang begitu konsentrasi belajar hingga tidak bisa, sering-sering menerima orderan ojek online.
Setelan tuxedo? Tidak itu terlalu mewah. Dengan cepat dilemparkannya ke atas tempat tidur. Setelan jas? Dirinya seperti pegawai kantoran yang tua. Hingga celana panjang jeans dan sweater menjadi pilihannya. Menyisir rambutnya, kemudian menyemprotkan parfum.
Cukup lama waktu yang dihabiskannya. Hingga saat dirinya menuju ruang tamu, teman-temannya yang berada di gazebo sudah pindah ke area ruang tamu.
"Ganti baju saja selama ini. Biar aku tebak, jangan-jangan pinguin yang kalian maksud artis yang baru saja naik daun." Tebakan Jerrel, menatap betapa aneh tingkah Derio.
"Dia hanya pinguin! Donat! Fans-ku, tidak lebih!" Ucap Derio penuh kebanggaan.
"Derio, kamu tidak ingat security. Aku lupa namanya..." Dio mencoba mengingat.
"Yudha?" Tanya Derio mengingat teman Fiona yang terasa begitu menjengkelkan baginya.
"Ayah Fiona seorang pensiunan tentara. Memiliki menantu seorang security? Mungkin saja Om Wira akan memasukkan menantunya ke akademi militer. Bayangkan saja Yudha menikah dengan Fiona, setelah menjadi tentara. Kemudian mereka memiliki anak-anak yang lucu. Sedangkan kamu, menangis di pojokan." Sang kakak mengingatkan adiknya. Tapi dalam hati menginginkan itu menjadi nyata. Hingga satu kata keramat,'Mampus!.' Dapat diucapkan olehnya.
"Kalian tidak akan mengerti. Aku hanya teman, tidak...artis dan fansnya dengan Fiona---" Kalimat penuh rasa percaya diri dari Derio terhenti. Kala suara handphonenya terdengar.
Dengan cepat Derio mengangkatnya."Kamu sudah didepan!?" Tanyanya antusias.
Membuka pintu depan dengan cepat.
"Bucin!"
"Bucin!
Ucap Gretel dan Dio bersamaan.
"Micin!" Kata berbeda keluar dari mulut Jerrel. Membuat Gretel dan Dio menoleh.
"Micin! Miniseri Tukar Cincin! Akan menjadi kenangan yang patut ditertawakan saat dia menikahi Pinguin nanti." Celetuk Jerrel.
Benar-benar terlihat dari sisi manapun. Kala pintu terbuka, maka sosok itu terlihat. Seketika Derio menelan ludahnya, Fiona yang kehujanan, walaupun menggunakan jaket dan jas hujan, terlihat begitu... manis... menggemaskan untuk digigit.
"Ini martabaknya. Aku terlambat 10 menit! Area depan kompleks perumahanmu banjir! Motorku mogok! Sial!" Teriak Fiona mengingat tip yang gagal didapatkan. Ditambah harus menanggung ongkos service motor nantinya.
"Kasihan." Derio menahan tawanya, bagaikan menatap seekor pinguin berteriak cip! Cip! Cip!
"Sudah! Mana uangnya? Atau mau bayar via aplikasi?" Tanya Fiona, menghela napas kasar. Ada banyak kalimat tanya dalam otaknya. Apa ada bengkel yang buka diatas jam 10 malam?
Tidak! Mungkin dirinya harus meminta tolong dijemput ayahnya.
"Masuk dulu! Di luar hujan! Kalau kamu mati kedinginan aku yang repot!" Keluh Derio sejatinya benar-benar peduli.
"Tidak mau! Ayahku sudah mengajarkanku tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Larangan pertama, jangan masuk ke rumah pria di malam hari. Terlebih ada lebih dari satu pria di dalam sana. Bagaimana jika aku menjadi korban pelecehan." Fiona memincingkan matanya, mengetahui keberadaan teman-teman Derio di dalam sana.
"Jadi ini pinguin!" Jerrel tiba-tiba menerobos keluar, memegang tangan Fiona."Perkenalkan aku Jerrel, aku kira artis agensi mana. Atau mungkin anak taipan mana yang akan dibawa Derio."
"Jangan pegang-pegang!" Geram Derio protektif, melepaskan tangan Jerrel.
"Uangnya..." Fiona tetap menadahkan tangannya.
"Makan martabaknya dulu. Satu porsi lebih untukmu. Nanti pulang Derio akan mengantarmu. Kami tidak akan macam-macam padamu. Ada ibu (Risa) dan dua pelayan wanita di dalam. Tidak usah khawatir." Ucap Dio penuh senyuman.
"Sesuai saran kak malaikat penyelamat nyawaku. Aku akan masuk!" Pada akhirnya Fiona melepaskan jas hujannya.
Sedangkan Derio komat-kamit ingin menggeplak kepala kakaknya. Bagaimana bisa saat dengannya Fiona menolak dan saat Dio menawarkan Fiona mau. Memang dasar kakak laknat. Kakak sial.
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...