Kesalah pahaman dua sahabat lama membuat putri salah satu di antara mereka harus menanggung derita. Ratia, putri dari keluarga Atmojo yang trus di kejar dan harus di habisi oleh keluarga Baskoro.
Ratia kecil terpaksa di sembunyikan di sebuah negara, di mana hanya kakeknya saja yang tau. Bertahun-tahun di cari, keberadaan Ratia tercium. Namun dengan cepat kakeknya menikahkan Ratia pada keluarga yang kaya dan berkuasa. Ternyata hal itu membuat Ratia semakin menderita, Aksara memiliki banyak wanita di hidupnya. Perlakuan tidak menyenangkan trus Ratia dapatkan dari suaminya itu. Dengan kecantikan dan kecerdasan yang dimiliki Ratia dia berhasil meluluhkan hati sang suami, namun Ratia terlanjur membenci suaminya Aksara. Rasa benci Ratia pada sang suami dan keluarganya membuat dia ingin mengakhiri hidup. Namun dengan segala cara Aksara mencegah hal itu, dan membuat Ratia luluh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rickaarsakha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luka Ratia
Teriakan seorang pria di dalam sebuah kamar, menandakan aktifitas dua orang di dalam sana telah usai. Namun, suara tangisan seorang gadis masih terdengar.
Aksara menarik selimut, menutupi tubuh polos sang istri. Melempar sprei yang terkena noda d*rah ke pojok kamar. Memeluk erat tubuh yang sudah tak berdaya itu. Ada suatu rasa yang tak dapat di jelaskan, olehnya. Bagaimana pun, dia tidak ingin kehilangan sang istri.
Maaf jika menyakiti mu, aku sungguh tidak ingin kehilangan mu Ratia.Aksara
Menjelang sore, Ratia masih memejamkan mata. Lelah menangis dan lelah atas apa yang telah suaminya lakukan. Aksara beranjak keluar, menemui Herry yang masih setia menunggu di luar kamar.
"Her selesaikan keluarga itu, aku tidak akan keluar malam ini.''
Apa anda ingin melakukannya lagi Tuan? Cih terlambat sekali kalian baru melakukannya sekarang. Herry
"Baik Tuan.'' Herry pun berlalu, namun ada sedikit senyum yang melengkung di bibirnya. Jika Nona Ratianya itu, dapat ditaklukkan Tuannya maka pekerjaan akan jauh lebih ringan.
Setelah kepergian Herry, Aksara hanya turun mengambil beberapa barang di ruang kerja. Karena takut meninggalkan sang istri terlalu lama, pria itu pun secepat mungkin kembali ke kamar. Sesampainya di kamar, pandangannya langsung tertuju pada Ratia.
Ratia berdiri di depan jendela kaca, memandang kedepan. Hanya menutup tubuhkan dengan selembar handuk kecil. Meski tak terdengar suara tangisan, entah mengapa Aksara merasah sangat bersalah. Apakah keputusanya terlalu gegabah, hingga membuat sang istri semakin menderita. Ingin rasanya memeluk tubuh lemah itu, meminta dan memohon untuk tidak meninggalkannya. Tapi bukan Tuan Aksara namanya, jika tidak sok jual mahal.
"Apa yang kau lakukan? Cepat bersihkan tubuh mu!" Ratia tak menjawab, dia hanya memutar badan dan mengalihkan pandangan pada suaminya itu. Memandang dengan dalam mata pria itu, seolah mencari sesuatu di sana.
"Tuan, kapan kita akan m*ti bersama?" Aksara bak tersambar petir, Ratia benar-benar tidak menerima semuanya.
"Ratia," sudah tidak ada lagi kata yang terucap di bibir Aksara, hanya mampu merengkuh tubuh istrinya. Berusaha menenangkan dalam dekapan panjang di sore itu.
Di lantai bawah Herry baru saja pulang, tiba di rumah setelah hari sudah gelap.Suasana rumah sangat sepi, hanya ada beberapa pelayan yang masih terjaga. Sementara Jagad Suseno, entah pergi ke mana. Melihat aroma pertengkaran, dia langsung tancap gas melarikan diri.
"Apa Tuan Aksara sudah turun dari kamar?" tanya Herry pada seorang pelayan.
"Belum ada, bahkan Nona Ratia juga belum turun sejak siang tadi." Herry pun mengernyitkan dahi, heran. Apa saja yang mereka lakukan, dan pikirannya pun mulai nakal.
"Berarti mereka belum makan?" pelayan itu hanya menggeleng.
Wah, bahkan mereka belum makan. Apa masih kuat? Hahaha. Herry
"Siapkan makan malam, aku yang akan mengantar ke atas." bisa merepotkan pikirnya, jika majikannya itu sampai sakit.
Ketukan di pintu membuat, dua insan itu tersentak.
"Tuan, saya mengantar makan malam." Aksara pun turun dari tempat tidur, menutup tubuh istrinya.
Belum memakai baju juga rupanya.Herry
Tanpa di persilahkan, Herry langsung masuk meletakkan makan malam di meja kamar. Sedikit dia melirik Gadis itu, memastikan dia masih hidup.
"apa, kenapa kau melirik istri ku?" Herry hanya sedikit tersenyum. "dia masih hidup."
"Syukurlah Tuan." Herry pun menganggukan kepala dan kembali keluar, dengan pikirannya yang sudah ke mana-mana.
"Ayo makan sini," meski tidak membantah apa yang di katakan suaminya, namun raut muka Ratia belum nampak bersahabat.
Malam ini dia putuskan untuk menemani sang istri di rumah saja dan belajar menjadi suami yang baik. Namun telepon dari seseorang membuatnya tetap harus keluar rumah di malam hari.
Bahkan setelah kau merenggut kesucian ku, kau masih saja pergi dan tidak peduli pada ku dasar bajingan.Ratia
Ada pedih yang begitu terasa di relung hati Ratia, bagaimana mungkin suaminya tetap memperlakukannya dengan buruk meski telah merampas dengan paksa apa yang selama ini dia jaga.
Melihat Ratia yang mulai melirik dengan tatapan tidak suka membuat Aksara sedikit bingung.
"Kenapa belum pergi, pergilah aku tidak akan melakukan apa pun. Tenang saja aku akan tetap hidup." ucap Ratia dengan ketus. Meski lebih suka jika Aksara tidak di rumah seperti biasa, namun kejadadian tadi harusnya Aksara sedikit lebih peka.
"Ayo cepat ganti baju mu."
"Apa, kenapa?"
"Ikut aku pergi malam ini." Pada akhirnya memutuskan untuk membawa serta istrinya, dari pada sang istri semakin marah.
Mendengar bahwa dirinya mau di bawa malam-malam begini, Ratia pun seketika panik. Pikiran buruknya bermunculan begitu saja.
"Cepat!" melihat sorot mata Aksara, nyali Ratia menciut, entah apapun yang terjadi nanti. Mau tidak mau, pasrah ketika Aksara memilihkan baju untuknya, dan langsung menarik tangan Ratia menuruni tangga dengan cepat.
Melihat Tuannya sudah Rapi dan menarik tangan istrinya, Herry langsung berdiri. Apa lagi, tatapan mengiba dari gadis itu membuat kernyit di dahinya entah berapa sudah lapis.
"Kami akan pergi sebentar, kau tidak perlu ikut!"
Apa, mau ke mana lagi. Mau makan malam di luar? Tapi ini sudah hampir tengah malam.Herry
Malam itu, akhirnya Aksara tetap pergi keluar di temani sang istri. Namun wajah murung Ratia trus terlihat. Memalingkan wajahnya, ke luar kaca. Ternyata masih banyak umat manusia yang beraktifitas di malam hari begini. Suatu hal yang baru di ketahui Ratia.
Hampir setengah jam mereka menyusuri jalanan, yang masih cukup ramai. Aksara memberhentikan mobil di sebuah tempat. Tempat yang nampak gelap dari pandangan orang luar.
"Sebenarnya kita mau ke mana mas?" sekali lagi memastikan tujuan mereka.
"Ini klub milik ku, ada suatu hal yang harus di selesaikan." Aksara masih menjawab santai, tidak peduli pada istrinya yang mulai panik.
Klub malam, kenapa dia membawaku ke sini. Apa dia akan menjual ku. Ratia
Saat mereka sampai, seseorang langsung menyambut dan membukakan pintu mobil. Mereka berdua langsung berbincang Entah hal apa yang mereka bicarakan, terlihat begitu serius. Melihat hal itu, Ratia ikut keluar dari dalam mobil. Menyelinap, di balik beberapa kendaraan yang terparkir di sana. Dan dia mulai melangkah secepat mungkin, berusaha membelah jalanan malam ini. Entah ke mana dia akan melangkah, membawa luka yang begitu perih.
double up