"Pokoknya bulan depan harus cerai!”
Ben Derrick menghela nafas berat mendengar permintaan istrinya yang selalu labil dalam membuat keputusan, permintaan yang ujungnya selalu dibatalkan oleh wanita itu sendiri.
"Saya tidak pernah memaksa kamu dari dulu, asal jangan buat saya kena marah kakakmu itu"
"Ya ya ya... Ingetin aja, aku suka lupa soalnya"
Tapi meski kekeuh ingin berpisah, Keymira tak pernah bisa menolak sentuhan suaminya.
"Malem ini aku ada gaya baru, mas mau aku pakai baju dinas apa?" tanya Key usai membahas perceraian beberapa detik yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hargain Istri Lo
"Apa-apaan ini?!!"
Kehadiran Ben membuat dua wanita itu menghentikan pertikaian mereka, penampilan yang tadinya rapi seketika kacau berantakan terlebih di area kepala yang tampak seperti rambut singa.
"Mohon lapor Tuan, Nona ini memaksa ingin bertemu anda tanpa izin padahal sudah saya larang sebelumnya" ujar pak satpam mengadu.
"Emang dasar gak tau diri nih anak" cibir Jennie berlanjut.
Kemunculan Ben Derrick membuat Xaviera tak punya waktu untuk meladeni makian Jennie, dia langsung beralih fokus pada tujuan utamanya yaitu bertemu dengan Ben Derrick.
"Ben, aku cuma mau ketemu kamu! Tapi orang-orang ini malah nyakitin aku, kamu liat sendiri kan tadi kelakuan Sekretaris kamu itu" tuduhnya yang tak lain ditunjukkan kepada Jennie.
"Apa-apaan lo nuduh gue?!! Lo yang mulai ya"
"Ben aku takuttt" mulai berlagak lemah dihadapan lelaki yang dicintainya.
Namun bukannya menanggapi keluhan Xaviera Ben justru bertanya perihal apa wanita ini datang kemari.
"Ngapain kamu kesini? Seharusnya kamu turuti apa yang satpam katakan" ujar ben.
"Ppfttt...... Buahahahaha!!!" Jennie terbahak kala mendengar tanggapan Ben Derrick yang sangat sesuai dengan ekspektasinya, dan hal tersebut mampu membuat Xaviera malu setengah mati.
"Ben sejak kapan kamu berubah kayak gini?" seraya memasang wajah sedih untuk memanipulasi Ben Derrick.
"Ini jam kerja, Xaviera. Kamu tidak bisa masuk sembarangan apalagi untuk menemui saya, hanya orang penting yang bisa masuk kesini" jelas ben.
"And I'm important to you!"
"Not anymore, Xaviera" balas Ben tegas.
"Ben!!"
"Kamu bisa pergi sekarang, saya masih harus mengurus pekerjaan"
"Aku pingin ngomong serius sama kamu, ada hal penting yang harus aku omongin, berdua! Please.... Kasih aku kesempatan"
"Cih!" Jennie memutar bola matanya mendengar kata-kata menjijikan yang keluar dari mulut berbisa Xaviera, sudah dipastikan wanita ular itu sedang berakting untuk memikat perhatian Ben Derrick.
"Sudah enggak ada lagi yang perlu dibahas, saya tidak mau menimbulkan fitnah dengan adanya kamu disini, kalau memang ada hal penting kamu bisa sampaikan lewat asisten saya"
"Gak bisa, Ben! Aku pingin bicara empat mata sama kamu, masalah diantara kita belum selesai sepenuhnya"
"Heh, lo budek ya?!! Ben udah bilang dia gak mau, lagian lo mikir dong, Ben tuh udah punya istri, ya jelas dia mikirin perasaan istrinya lah" sahut Jennie memotong percakapan dua orang tersebut.
Xaviera mencoba menjaga sikap di depan Ben Derrick, walau sebenarnya dia sangat ingin mencakar habis wajah Jennie yang terus ikut-ikutan menyahut, karena itulah ia hanya melempar tatapan nyalang ke arah Jennie.
"Ben aku jauh-jauh dari Itali pulang kesini cuma demi kamu, seenggaknya tanya gimana kabar aku, aku tersiksa selama ini Ben, aku kangen sama kamu, aku gak bisa lupain kamu sedetikpun" Xaviera mulai mengeluarkan air mata, terisak penuh kepiluan tetapi tak membuat orang disekitarnya merasa iba.
"Kamu yang memilih jalan itu dan sekarang kamu harus menerimanya, tolong hargai keputusan saya"
"Pagi dan malem aku selalu inget kamu Ben, cuma kamu yang ada di otak aku, kamu selalu menghantui pikiran aku Ben, sampe aku sakit cuma nama kamu yang muncul, aku harus gimana Ben?? Hiksss"
Xaviera berjalan mendekati Ben Derrick, berniat bersandar pada lelaki itu, tapi belum sempat tubuhnya menempel Ben lebih dulu menjauhkan tubuh Xaviera.
"Sebaiknya kamu pulang, tidak sewajarnya kita membicarakan ini di kantor"
"Oke, tapi aku pingin kita ketemu lagi diluar"
"Saya tidak bisa, Xaviera"
"Kalau gitu kamu harus mau kalau aku kesini setiap hari, aku gak akan nyerah sebelum kita bisa bicara empat mata"
"Seperti yang dikatakan Jennie, saya tidak bisa berbicara dengan sembarangan wanita, saya sudah punya istri sekarang, dan apapun yang terjadi di masa lalu saya sudah anggap semuanya impas. Kamu tidak perlu lagi memperpanjang masalah itu"
"Gak mau! Aku tetap pingin ngomong sama kamu"
"Dasar badut kolot, maksa banget lakinya gak mau"
"Please Ben!" tak menghiraukan sahutan Jennie.
"Silahkan pergi, saya sibuk" akhirnya Ben memilih menghindar, dia mengisyaratkan satpam untuk membawa Xaviera keluar meskipun wanita itu memohon-mohon padanya.
"Ben Derrick!!"
"Kamu harus tau Ben aku cinta sama kamu!!'
"Aku gak akan ngelepasin kamu!!"
"Catet itu, Ben Derrick!"
Teriak Xaviera dengan tubuh yang diseret menjauh, Jennie sampai menggeleng-geleng tapi ujungnya dia menjulurkan lidah mengejek.
"Wleee.... Syuhh syuhh jangan balik lagi lo"
"Awas lo!" balasnya.
Usai memastikan hama kota menghilang Jennie pun masuk ke dalam ruangan Ben, pria itu tampak memijit batang hidungnya, pening menghadapi aksi nekat sang mantan.
"Nyebelin banget sih mantan lo, kok bisa lo pernah suka sama dia?!" begitu duduk di depan meja Ben Derrick.
"Gue juga gak ngerti, kemarin dia nelpon gue dan minta ketemuan padahal udah gue tolak tapi dia malah dateng sendiri kesini" keluh Ben.
"Whattt??? Dia sempet nelpon lo kemarin?!! Gila gila, ini sih udah keliatan banget kalau dia mau nyoba ngerebut lo lagi, lo harus jaga jarak atau kalau bisa lo jangan kasih dia celah sedikitpun"
"Gue tau, gue juga ngerasa kayak gitu"
"Gue yakin besok dia bakal kesini lagi, dia gak berhenti ngejar lo sampe kemauan nya terpenuhi, lo harus jelasin kejadian ini sama Keymira, jangan sampe istri lo tau dari orang lain dan berakibat salah paham" ujar Jennie berkobar-kobar, padahal dia tak ada sangkut-pautnya dalam urusan ini.
"Gue bakal cari cara dengan pikiran dingin, lo tenang aja gue gak akan biarin masalah ini jadi nyangkut ke istri gue"
Jennie menyandarkan punggungnya di kursi sambil menghela nafas panjang, seolah baru ditimpa kesulitan yang teramat berat.
Ben memperhatikan gelagat sang rekan yang tampak berlebihan, dia heran kenapa Jennie seperti frustasi karena biasanya Jennie tipe orang yang tidak peduli dengan urusan orang lain.
"Lo kenapa? Kayaknya masalah yang terjadi sama gue membebani lo banget" pikir Ben.
"Hufttt..... Lo pasti paham gue gak bisa banget sama yang namanya orang ketiga, kebahagiaan gue direnggut habis sama orang ketiga, dan gue gak mau orang lain ngerasain apa yang menimpa gue, karena rasanya sakit banget!"
"Gue emang gak tau banyak masalah kalian selama ini, tapi mau apapun itu Xaviera udah jadi orang lain bagi lo, gak ada yang namanya mantan jadi temen, itu cuma embel-embel biar dia bisa deket sama lo"
"Gue belajar dari pengalaman pribadi, gue gak asal ceplos ngomong kayak gini. Kesalahan terbesar gue adalah gue biarin suami gue berteman sama mantannya yang ujungnya cinta mereka tumbuh kembali, dan menganggap kalau menikah sama gue adalah suatu kesalahan"
"Jadi gue mohon, jangan kasih kesempatan Xaviera untuk deket sama lo. Hargain istri lo yang sekarang, karena seorang istri cuma menganggap dunianya ada pada suami"
Salahmu sendiri 'melepas' Ben saat itu. Jangan nyesal dong, too late
Ben sudah punya istri ingat itu