Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GIO YANG MENYEBALKAN
Gio menarik pinggang Marissa lebih mendekat lagi lalu mencium bibir wanita itu dengan penuh gairah. Ya, hasrat tadi pagi kini ia lampiaskan dengan menciumi seluruh tubuh wanita itu tanpa celah sedikitpun. Mulai dari wajah turun ke leher dan beralih ke daerah gunung kembar wanita itu. Giorgio bahkan kini sudah bermain-bermain di pucuk dada wanita itu, menghisap, mengulum tanpa henti, bak bayi yang sedang kehausan.
"Aaahhhh," desah Marissa akhirnya.
Tangannya pun tidak tinggal diam. Disaat mulutnya sibuk menghisap, tangannya yang bebas bergerilya di pangkal paha wanita itu.
Pria itu meraba dan bermain di daerah paling sensitif wanita itu. Dan hal itu membuat Marissa terpekik saat Giorgio mulai memainkan jarinya dengan lihai ke dalam intinya.
Tubuh wanita itu meliuk-liuk bak cacing kepanasan saat merasakan inti tubuh bagian bawahnya di obrak abrik oleh jari tangan Giorgio. Bahkan kini tangan Marissa sudah berada di rambut pria itu. Ia semakin menarik kuat rambut pria itu saat rasa nikmat semakin membawanya terbang tinggi karena permainan jari Giorgio.
"Gio, aku tidak tahan lagi," ucap Marissa dengan suara parau.
"With pleasure," sahut Giorgio dengan senyum tersungging.
Giorgio langsung membaringkan Marissa di atas ranjang kemudian mengangkat kedua tangannya ke atas dan langsung masuk ke bagian inti permainan karena wanitanya itu sudah sangat basah. Giorgio langsung memasukkan miliknya ke dalam inti wanita itu dengan cepat.
"AAAAHHHHH …." desah Giorgio merasa nikmat saat miliknya sudah masuk ke dalam goa wanita itu.
Giorgio langsung bergerak dengan liar dan cepat sesuai dengan permintaan Marissa yang sudah tidak tahan ingin merasakan miliknya yang besar dan panjang.
"Ah … ah … ah …." desah mereka bersamaan saat tubuh mereka bergerak seirama dengan gerakan pinggul mereka.
Kedua insan yang sedang dalam kabut nafsu itu pun tak hanya melakukan dengan satu gaya saja. Setelah melihat wanitanya sudah mendapatkan pelepasan yang pertama. Giorgio lalu membalik tubuh langsing wanita itu hingga dalam posisi menungging.
Kembali Giorgio melesakkan miliknya yang panjang, keras dan besar ke dalam inti wanitanya. Tidak ada kata lembut dalam percintaan mereka malam ini karena keduanya sudah sama-sama dalam mode bergairah tingkat tinggi.
"Oh yeah.. lanjutkan, Baby. Ini sangat nikmat," desah Marissa dengan lirih hingga terdengar seksi di telinga pria itu.
"Ya, tentu saja. Kamu juga sangat nikmat. Bercinta denganmu membuatku ketagihan." Giorgio masih bergerak dengan gerakan cepat hingga membuat deru napasnya semakin memburu. "Bergeraklah, Baby. Kita selesaikan bersama-sama," ucap Giorgio dengan jari tangan yang saling bertautan.
Giorgio kembali menghentakkan miliknya agar masuk lebih dalam lagi. Mereka bergerak bersama-sama hingga beberapa saat kemudian mereka mencapai puncak kenikmatan dari kegiatan bercintanya.
Giorgio lalu membalikkan tubuh Marissa dan mencium wajah wanita itu bertubi-tubi.
"I love you, Baby. Aku sungguh sangat mencintaimu," ucap pria itu kembali lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh polos wanitanya dan ikut masuk ke dalam selimut sama dan menarik tubuh Marissa masuk ke dalam dekapannya. Sedang Marissa tidak banyak bergerak karena benar-benar sudah sangat lelah karena mendapatkan pelepasan berkali-kali.
"Selamat malam, Sayang," Giorgio mengecup bibir wanita itu singkat lalu menutup matanya.
"Selamat malam," balas Marissa dengan pelan.
*
*
Pagi harinya di mansion...
"Good Morning, Baby," bisik Marissa di telinga pria itu.
Giorgio yang mendengar suara wanitanya seketika membuka mata. Pria itu melihat ke arah Marissa .
"Jam berapa ini? Kau sudah mau berangkat?" tanya pria itu saat melihat wanita di depannya sudah terlihat rapi.
"Baru setengah tujuh tapi aku ikut meeting pagi ini jadi aku harus datang lebih awal untuk mempersiapkan semuanya," jawab Marissa .
"Meeting?" beo pria itu.
"Memang jabatanmu di sana dibagian apa? Kenapa sampai ikut meeting segala, heum?" tanya pria itu lagi.
"Aku sebagai—" ucapan wanita itu terhenti saat mendengar suara ketukan pintu dari arah luar.
"Gio, lepas dulu. Aku mau buka pintu," pintanya saat Giorgio tak melepas dekapannya.
"Biarkan saja, nanti juga dia pergi sendiri," jawab pria itu acuh.
Dan tidak lama suara ketukan pintu itu benar-benar tidak terdengar lagi.
"See … biarkan seperti ini dulu. Aku merindukanmu," ujar pria itu yang semakin mengeratkan pelukannya.
"Kita baru berpisah saat aku ke kamar mandi, bahkan kita masih dalam satu ruangan dan kau bilang merindukanku?! Are you crazy?" kata wanita itu menimpali ucapan Giorgio.
"Yah, dan aku sudah tergila-gila padamu, Baby," balas pria itu.
"Gio.. aku sudah rapi, pakaianku akan kusut karena mu," protes Marissa saat sudah berada di atas tubuh pria itu.
"Kau tinggal menggantinya. Bila perlu aku yang akan menggantikan pakaianmu," balas Giorgio random.
"Ck' bukannya berpakaian, kau pasti akan membuatku bertelanjang lagi," balas wanita itu mendecak yang seakan tahu isi otak mesum pria tampan itu.
Pria itu terkekeh melihat wanita itu mendecak kesal karena kelakuannya.
"Lima menit, oke! Tidak lebih, aku benar-benar harus sampai sebelum bosku sampai," timpal wanita.
"Aku justru berharap semoga kamu dipecat secepatnya," sahut pria itu asal.
"Ya Tuhan, kamu benar-benar menyebalkan, Gio!" dengus wanita itu.
Dan terjadilah pagi panas keduanya dan lagi lagi membuat wanita itu mendengus kesal karena Giorgio melakukannya hampir setengah jam yang perjanjian awal hanya lima menit saja.
Marissa berangkat lebih dulu karena tidak ingin terlambat. Bahkan wanita itu melewatkan sarapan paginya karena meeting kali ini adalah pengalaman pertama Marissa di hari kedua wanita itu bekerja.
Giorgio baru membuka mata setengah jam kemudian karena pria itu kembali tertidur setelah percintaan singkat mereka pagi tadi.
"Ke mana dia?" gumam pria itu saat tempat tidur di sebelahnya terasa dingin dan kosong tentu saja.
"Ck' wanita itu benar-benar tidak ingin terlambat. Aku jadi ingin tahu siapa bosnya. Ah iya ... biar nanti Roby yang mencari tahu di mana dia bekerja," gumam pria itu dengan satu sudut bibir yang terangkat ke atas.
*
*
"Selamat pagi, Pak," sapa Marissa saat melihat Dimi berjalan ke arahnya.
"Pagi, Isa. Kau datang terlalu awal hari ini." Dimi menengok arloji mahal miliknya.
"Tidak apa, aku hanya tidak ingin membuat kesalahan. Ini pengalaman pertamaku ikut meeting seperti ini," jawab Marissa .
Terlihat jelas antusias wanita itu hanya dengan melihat kedua mata indah wanita itu yang tampak melebar saat menjelaskan.
Dan Dimi tersenyum melihat hal itu.
"Meeting kita nanti sekitar jam sepuluh, masih banyak waktu untuk bersiap," ujar pria itu.
"Ya, aku tahu semuanya sudah siap," sahut wanita cantik itu menganggukkan kepala.
"Baiklah, aku ke dalam ruanganku dulu. Lima belas menit sebelum kita berangkat datanglah ke ruanganku dan bawakan semua dokumen yang akan kita presentasikan nanti," perintah Dimi.
"Baik, Pak," sahut Marissa cepat.
Sementara Marissa kembali mengecek beberapa dokumen yang nantinya akan diberikan pada Dimi sebelum diserahkan pada Ceo Adam Group sebagai investor utama dari proyek yang sedang Dimi garap.
Ditempat berbeda tampak Giorgio menuruni tangga dan menuju meja makan di mana beberapa jenis makanan sudah tersedia diatas meja makan.
Giorgio tampak gagah dan menawan dengan setelan jas berwarna biru dongker dipadukan dengan kemeja berwarna putih serta dasi yang berwarna senada dengan jas yang semakin membuat pria bermata coklat itu itu gagah dan berwibawa.
*
*
"Masuk!" sahut Giorgio saat mendengar ketukan pintu ruangannya. Dan saat dibuka, ternyata Roby sang sahabat sekaligus asisten pribadinya yang datang.
"Katakan, apa ini soal wanita di klub itu? Eitss, tunggu! Jangan dijawab dulu. Sekarang kita masih di jam kantor, apakah kau ingin membicarakan wanita itu denganku dalam konteks bro to bro atau antara atasan dan bawahan?!" kata Roby menahan Giorgio saat akan menjawab.
"Bro to bro!" jawab Giorgio singkat seraya mengangkat bahu.
"Oke, sekarang katakan padaku. Apa yang kau ingin aku lakukan? Mencari tahu latar belakang keluarganya atau mencari tahu masa lalunya atau—"
"Atau mencari informasi mengenai kantornya, maybe!" seru Giorgio memotong perkataan Roby.
"Wow, jadi wanita itu bekerja kantoran? Amazing woman. Kau tahu, Gio ... Marissa benar-benar berbeda dan aku akui jika aku jadi dirimu, aku pun pasti akan berlaku sama dengan menggilai wanita itu. Seperti dirimu sekarang!" kata Roby, entah ini sebuah pujian atau sindiran untuk sahabatnya itu karena terlihat bucin pada seorang wanita.
"Yah, dan kau pasti akan semakin kagum pada wanita itu saat aku mengatakan jika wanita itu bersikeras menolak semua privilege yang aku berikan padanya. Dan kau tahu, dia lebih memilih bersusah payah bekerja pada orang lain dibandingkan bekerja denganku yang tentu tidak akan membuatnya kelelahan," papar pria itu dengan kesal.
Roby berdecak kagum dengan bertepuk tangan ke arah sang sahabat lalu tertawa.
"Apakah, Marissa memiliki kakak atau adik dengan kepribadian yang sama dengannya? Jika iya, aku mau!" Seru Roby dengan tangan yang diletakkan di dada.
"Berhentilah bercanda, Rob. Aku serius!" Giorgio menatap sahabatnya kesal.
"Oke. Aku serius sekarang. Jadi kau ingin aku mencari tahu dimana Marissa bekerja?" kata Roby dan diangguki Giorgio.
"Dan kau ingin aku melobi perusahaan itu agar mau memecat wanita itu dari sana, benar begitu?" sambung lagi menimpali ucapannya tadii.
"Yup, kamu benar. Dan kau selalu tahu apa yang kupikirkan tanpa harus kukatakan," kata pria itu pada Roby, sang sahabat.
"Tentu saja karena kita pria dari satu golongan yang sama dan jika aku jadi kau, aku pun akan melakukan hal itu. Namun mungkin tidak sampai melobi Ceo perusahaan di mana dia bekerja hanya demi bisa mengurung wanita itu di penthouse ku," kata Roby menimpali perkataan Aldrich.
"Lakukan saja, oke!" titah pria itu tanpa ingin mendengar pendapat sahabatnya.
"Baiklah, Yang Mulia." Balas Roby seraya menundukkan kepala dan membungkuk setengah badan seperti sedang memberi hormat pada Raja.
"Keluarlah sekarang, aku harus memeriksa beberapa dokumen lagi sebelum kita meeting bersama perusahaan RG," pungkas Giorgio.
"Siap, Bos!" seru Roby dengan semangat lalu keluar dari ruangan sahabat sekaligus bosnya di kantor.
Pria itu lalu masuk ke dalam ruangannya dan meraih ponsel yang dia letakkan di atas meja kerjanya tadi kemudian menelepon seseorang .
"Kena batunya juga tuh anak," kekeh Roby setelah mematikan sambungan teleponnya. Namun ia bersyukur dengan perubahan besar yang terjadi pada sahabatnya itu.
Kini Giorgio yang terkenal dengan ke-arogannya dan sifat dua 'D' (dingin dan datar) dan jangan lupakan dengan sikap cuek sahabatnya itu pada seorang wanita sudah berubah. Ya walau hanya berubah pada satu wanita saja. Tapi paling tidak bisa membuat dunia seorang Giorgio Adam berwarna. Pria tampan yang bertransformasi menjadi pria bucin yang posesif pada wanita.
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼