Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Liam dan Zidane membawa Serena ke rumah sakit terdekat. Dokter segera memeriksa Serena setelah dia dibaringkan di brankar. Liam tampak tenang walau dia penasaran apa yang menyebabkan mantan kekasihnya itu kesakitan.
"Apa Anda suaminya?" tanya sang dokter.
"Bukan, saya dan teman saya bukan suaminya. Lagi pula, dia belum menikah, Dok," jawab Liam dengan jujur.
Pria itu mencurigai sesuatu tentang Serena. Baru saja satu bulan mereka bertemu, tetapi sudah ada kejadian yang membuatnya terlibat dengan hidup perempuan ini. Sikap Liam yang tidak tegas menjadikan perempuan itu berharap lebih.
"Apa yang terjadi pada dirinya?" tanya Zidane.
"Pasien hamil, untuk usia kandungan yang akurat bisa diperiksakan di poli kandungan. Sepertinya ada banyak yang dia pikirkan hingga perutnya kram. Akan tetapi, tidak mempengaruhi kandungannya. Setelah istirahat beberapa hari pasien dapat beraktivitas seperti biasa. Kalau begitu, saya permisi," jawab sang dokter yang harus memeriksa pasien lain.
Zidane menatap tajam Liam, pikiran negatif seketika merangsak masuk dalam otaknya. Liam yang menyadari perubahan tatapan Zidane mengerti hal yang dipikirkan sahabat sekaligus asisten pribadinya itu.
"Bukan aku yang menghamilinya. Aku tidak pernah melakukan apa pun padanya. Hari ini pun aku sudah mengatakan kalau aku ingin memberhentikannya, kan? Bianca tidak menyukainya!" ujar Liam.
"Tentu Bianca tidak menyukai kehadirannya. Sekarang, kamu sudah terlibat terlalu jauh Liam. Apa yang akan kamu lakukan?" balas Zidane.
"Aku tidak akan membiarkannya menghancurkan rumah tanggaku, Zi. Kebahagiaan Bianca adalah keinginanku saat ini." Liam menatap Serena dengan pandangan sulit diartikan.
Tak lama kemudian, Amira datang dengan terengah-engah. Serena telah dipindahkan ke dalam ruang rawat. Wanita itu belum sadar ketika dipindahkan.
"Apa yang terjadi pada, Serena?" tanya Almira pada Liam.
Liam memaksa Zidane untuk menemaninya. Tidak ingin dia sendiri menunggu Serena yang akan membuat orang lain salah paham kembali.
"Apa Tante tahu kekasih dari Serena?" Liam balas bertanya tidak menjawab pertanyaan Amira.
Amira menaikkan alis mendengar pertanyaan Liam. Wanita paruh baya itu hanya mengetahui Liam sebagai kekasih Serena. Tidak ada pria lain yang pernah dikenalkan oleh Serena sebagai kekasihnya.
"Tidak. Serena tidak pernah memberitahukan kekasihnya selain dirimu. Apa yang sebenarnya terjadi, Liam?" Amira kembali bertanya, kali ini dadanya penuh debaran menunggu jawaban dari Liam.
"Serena hamil." Dua kata itu membuat Amira terkejut, dia membelalakkan matanya.
Tidak pernah dia menyangka bila putri sulungnya hamil di luar nikah. Memang pergaulan Serena selalu luput dari perhatiannya. Namun, dia yakin kalau putrinya dapat menjaga diri dengan baik.
Kenyataan ini membuatnya terluka. Dia menatap Liam penuh selidik. Satu bulan lebih, mereka selalu bersama tentu saja membuat Amira berpikir kalau Liam dan Serena menjalin hubungan.
"Apa janin itu milik...."
"Ya, aku ingin kamu bertanggung jawab Liam! Aku hamil anakmu!" tukas Serena yang sedari tadi menyimak percakapan ibu dan Liam.
"Kau pikir aku akan terjebak dengan semua bualanmu? Aku tidak pernah melakukan apa pun padamu. Satu-satunya perempuan yang pernah kusentuh adalah istriku. Ternyata kau hanya perempuan licik, Rena," ujar Liam.
Serena terdiam karena memang itulah kenyataan yang terjadi. Beberapa kali ingin menggoda Liam, pria itu tidak menunjukkan ketertarikan padanya. Serena tidak dapat menjebak Liam agar dia menikahinya. Memang, utang yang dia miliki telah lunas karena gaji yang diberikan Liam sangat besar. Belum lagi, biaya operasi sang ibu ditanggung oleh Liam.
Namun, Serena tidak pernah puas. Dia ingin memiliki Liam untuk dirinya sendiri. Pria itu harus menjadi tambang emasnya. Tidak ingin dia kembali bersusah payah untuk menikmati indahnya hidup dengan bekerja. Serena pikir akan mudah memisahkan Liam dan Bianca setelah dia mengangkat panggilan ponsel dari istri Liam. Tidak sesuai dengan ekspektasinya, yang terjadi adalah Liam memecatnya dari Perusahaan.
"Tolong aku, Liam. Jadilah Ayah dari anakku. Aku rela menjadi yang kedua. Tolong aku sekali ini saja. Anggap anak ini adalah anakmu."
"Apa yang kau katakan wanita mur*han!" Suara seorang wanita yang sangat dikenal oleh Liam membuat semua orang menoleh.
Bianca berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. Wanita cantik itu mengenakan dress berwarna peach yang semakin menambah kecantikannya. Aura cantiknya terpancar hingga membuat Serena terpana.
"Jaga mulutmu, Nona!" tukas Amira tidak terima anaknya dikatakan mur*Han.
"Kamu yang harusnya tutup mulut. Kau pasti Ibu dari wanita j*Lang ini 'kan? Sebaiknya, ajari anakmu ini agar jangan menjadi perebut suami orang. Tindakannya benar-benar memalukan, apa tadi yang dia katakan? Menganggap anak dalam kandungannya adalah anak Liam?"
"Bi, tenanglah. Janin dalam kandungannya bukanlah anakku!" balas Liam mendekati Bianca.
Entah bagaimana caranya, Bianca bisa datang di ruang rawat Serena. Wanita itu tampaknya mencari tahu tentang Serena setelah pembicaran mereka semalam. Liam bisa menduga Bianca melakukan sesuatu hingga dia bisa mengetahui keberadaan Serena saat ini.
Serena meneguk ludahnya sendiri. Dia telah mengetahui kecantikan Bianca dari rekan kerjanya. Namun, tidak menyangka kalau wanita itu sangatlah cantik. Pantas saja, Liam tidak tergoda sedikit pun padanya. Padahal, banyak sekali kesempatan bagi mereka berdua untuk kembali memadu kasih.
"Jadi, kamu adalah istri dari Liam? Istri yang tidak dicintai oleh suami sendiri. Bisa dilihat mengapa Liam tidak mencintai perempuan sepertimu!" balas Serena yang membuat hati Bianca mencelos.
Bianca menoleh pada Liam, dia menduga kalau pria itu memberitahukan tentang pernikahan mereka yang tidak didasari dengan cinta. Lebih tepatnya, hanya Bianca yang mencintainya.
"Aku bersumpah tidak mengatakan apa pun padanya. Ayo kita pulang saja. Aku tidak ingin..."
Bianca menepis tangan Liam. Dia menatap Serena bagaikan singa betina yang ingin menerkam buruannya. Bianca tidak dapat menahan emosi yang bergejolak dalam dirinya.
"Jaga perkataanmu, wanita j*Lang. Kau tidak ada kapasitas untuk mengomentari pernikahan kami. Dan kamu, Liam. Hentikan menyokong dana untuk wanita tidak tahu diri ini. Atau aku sendiri yang akan menghancurkannya!" Bianca kemudian meninggalkan ruangan.
Tentu saja, Liam langsung menyusul Bianca tanpa mempedulikan teriakan dari Serena. "Liam, jangan pergi! Kau harus menikahiku!" teriak Serena.
Zidane menghela napas melihat kejadian langsung di hadapannya. Pria itu menatap tajam Serena yang menyumpahi pernikahan Bianca dan Liam. Dia tidak habis pikir dengan wanita tidak tahu diri seperti Serena. Diberikan hati, dia menginginkan jantung.
"Aku sudah membayar deposit untuk biaya rumah sakit, kau harus melunasinya sendiri. Perhatikan ucapanmu, Rena. Mintalah tanggung jawab pada pria yang merupakan ayah dari anak yang ada dalam kandunganmu!" ucap Zidane kemudian meninggalkan Serena dan Amira.
Amira memandang iba pada putrinya. "Siapa Ayah dari anak yang kamu kandung?"
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️❣️