"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Celine
"Arman, aku ingin pulang saja, aku sudah lebih baik." Laura menatap Arman yang duduk disofa.
Karena umur mereka tidak berbeda jauh, Arman menyuruh Laura untuk memanggilnya nama saja.
Arman mendongak, dan berdiri dari duduknya mendekati Laura.
"Tunggu diperiksa dokter dulu, kalau diijinkan kamu bisa pulang."
Laura hanya menghela napas, satu malam menginap dirumah sakit membuatnya tidak bisa tenang, entah karena memikirkan tokonya yang terbakar dan kerugian yang ia alami, atau ada sesuatu hal yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Pagi ini Laura berharap dokter mengijinkan pulang, lagi pula keadaanya baik-baik saja tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ceklek
Pintu ruangan terbuka, dokter masuk bersama perawat yang menangani Laura.
"Dokter aku ingin pulang, aku sudah baik-baik saja." Kata Laura saat dokter berjalan mendekatinya.
Arman yang melihat hanya geleng kepala, tapi memang begitu rasanya menginap dirumah sakit, tidak enak dan ingin cepat pulang.
"Saya periksa dulu nona," Balas sang dokter dengan senyum.
Laura tidak menolak, ia menunggu dokter memeriksanya sampai selesai.
"Bagaimana? Saya bisa pulang?" Laura langsung memberondong pertanyaan, padahal dokter baru melepaskan alat kedokterannya dari telinga.
"Semuanya baik-baik saja, anda hanya syok dan butuh istrirahat yang cukup, jaga kandungan dan jangan stress."
Laura mengangguk, pada akhirnya pagi itu Arman membawa Laura pulang ketempat tinggalnya. Laura yang ingin mendatangai tokonya pun Arman larang, karena Laura harus istirahat lebih dulu.
"Semua sudah ditangani polisi, kita serahkan pada yang berwajib, ingat pesan dokter." Tutur Arman seperti menasehati anak kecil.
Tidak ada pilihan lain Laura memilih pasrah saja.
"Aku tidak bisa menemani mu, Amalia akan datang. Dan aku harus pergi ada urusan pekerjaan." Arman melirik jam di tangannya.
"Terima kasih, aku banyak merepotkan kalian." Ucap Laura sendu.
"Tidak masalah, Amalia menganggap mu sahabat sekaligus kakak, jadi kami tidak keberatan sama sekali." Arman tersenyum tipis.
Arman pun pamit setelah memberikan Laura sedikit nasehat. Laura duduk termenung sendiri, pikiranya masih berkelana. Usahanya mungkin tidak seberapa tapi kerugian yang harus ia tanggung lumayan mengurangi uang yang ia miliki.
Saat melamun tiba-tiba pintu rumahnya di ketuk.
"Apa ada yang tertinggal kenapa dia balik lagi." Gumamnya yang dipikir Arman kembali karena ada yang tertinggal.
Laura berjalan menuju pintu sambil mengusap perutnya, "Iya sebentar!" Teriaknya karena orang diluar sana terus mengetuk pintu.
Ceklek
"Apa ada yang-" Suara Laura mengambang di udara saat melihat orang yang berdiri didepannya, ia pikir Arman yang kembali namun ternyata bukan.
"Kau-" Suara Laura tercekat, apalagi melihat senyum wanita didepanya yang terlihat sinis.
"Hay, aku sengaja datang untuk menemuimu." Ucap Celine dengan senyum diwajahnya.
Laura menelan ludah, tubuhnya mematung dengan kedua mata yang membulat.
"Jangan tegang seperti itu, aku bukan hantu Laura."
Laura memejamkan matanya hingga rasa terkejutnya perlahan menghilang.
"Nona Celine, ada perlu apa sampai menemui ku disini." Ucap Laura mencoba untuk tidak terlihat gugup dan takut.
Jujur saja ia takut jika Celine datang dengan maksud dan tujuan tertentu.
Celine tersenyum sinis, tatapan matanya mengarah pada perut Laura yang menonjol. Sadar akan tatapan Celine Laura sedikit mundur dan menyentuh perutnya.
"Rupanya kau begitu menikmati hasil perselingkuhan yang kalian lakukan, heh!" Sinis Celine dengan tatapan tajam.
Deg
Laura mematung, meskipun ia tahu akan seperti ini, dimana Celine istri sah Jimmy mengetahui apa yang sudah mereka lakukan dibelakangnya. Namun kedatangan Celine yang tidak Laura prediksi membuatnya cukup terkejut.
Laura menatap Celine intens, "Kau datang karena takut jika kebusukan mu terbongkar nona Celine." Balas Laura dengan tatapan mengejek.
Ia tahu jika selama ini Celine sudah melakukan pembohongan dikeluarga Jimmy, tidak mungkin Jimmy yang mandul bisa membuatnya hamil, sementara dengan Celine wanita itu tidak hamil.
"Kau!" Celine mengepalkan tangannya dengan tatapan marah, matanya menyorot tajam dengan penuh kebencian.
"Nona Celine, pernikahan anda akan baik-baik jika anda tidak mengusiknya kehidupan ku, tapi aku tidak bisa pastikan jika rumah tangga anda akan baik-baik saja kalau jim-akhh!"
"Diam jal*ang!" Celine mencekram leher Laura dengan tatapan permusuhan. "Kau memang jal*ang murahan!"
"Akhh!" Laura semakin tercekik saat Celine semakin kuat mencekram lehernya hingga Laura bisa merasakan kuku tajam Celine menembus kulit lehernya.
Tubuh Laura semakin lemas seiring napasnya yang tersengal.
Celine tersenyum menyeringai, "Kebakaran yang terjadi hanya sebuah peringatan, tapi untuk sekarang kau dan bayi sialan mu akan mendapatkan pelajaran karena sudah berani menyentuh milikku."
Laura membulatkan matanya, ingin mengeluarkan suara saja tidak mampu bahkan bernapas pun Laura sudah seperti tak memiliki kesempatan.
"K-kau- akhhh!"