Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keahlian Xeiyin
Xi Yifei dengan ragu berusaha melihat kebawah, dan begitu dia melihatnya, Xi Yifei menghela nafas lega dengan terduduk sembari menangis yang bercampur dengan perasaan lega.
Ternyata Lie Hua berhasil diselamatkan oleh Panglima Lian Bai, saat Lie Hua terjun, Panglima Lian Bai yang kebetulan berada disana segera melompat dan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya menangkap tubuh Lie Hua sehingga Lie Hua selamat, hanya saja Lie Hua sudah tidak sadarkan diri karena dia sangat syok.
Mengetahui putrinya selamat, Raja Song segera turun untuk melihat putrinya, karena takut Lie Hua akan kembali melakukannya lagi, Raja Song tidak lagi memasukkan Lie Hua ke kamarnya sendiri, dia membaringkan di kamar pribadi milik Raja Song.
"Terima kasih karena telah menyelamatkan Putriku Panglima, jika tidak ada kamu, mungkin aku akan benar-benar kehilangan dia," kata Raja Song sembari memperhatikan wajah Putrinya yang tidak sadarkan diri dengan ditemani oleh Xi Yifei.
"Ini sudah menjadi tugas hamba untuk melindungi Tuan Putri Yang Mulia!" jawab Panglima Lian Bai lalu dia segera pamit undur diri karena tidak seharusnya dia berada di dalam kamar pribadi milik Raja.
Raja Song segera menghampiri Putrinya dan dengan rasa penuh penyesalan, dia membelai rambut putrinya lalu mencium keningnya setelah itu dia menggenggam tangan Putrinya seraya berkata, "Maafkan ayah! Mungkin kamu memang benar, selama ini ayah memanjakan kalian dengan menggunakan materi tanpa pernah menanyakan dan memperhatikan perasaan mu, ayah memang salah!" kata Raja Song.
"Ayah! Jiejie dan aku tidak pernah menyalahkan ayah, kami tahu jika ayah sangat menyayangi kami bertiga, jika Xihua berada disini, dia pasti akan memiliki perasaan yang sama, hanya saja kami ingin ayah lebih mengerti akan perasaan kami," kata Xi Yifei.
Raja Song menatap Putri keduanya dan kemudian dia memeluknya dengan penuh kasih sayang. "Ayah akan berusaha untuk lebih mengerti akan perasaan kalian! Ayah lupa jika kalian sudah dewasa dan bukan lagi gadis kecil," ucap Raja Song lalu dia teringat sesuatu.
"Apakah kamu tahu rumah Han Gou itu?" tanya Raja Song.
Xi Yifei terkejut mendengar pertanyaan Ayah nya, dia buru-buru melepaskan pelukannya seraya bertanya kepada ayahnya, "Kenapa ayah menanyakan rumah Han gege? Jangan bilang ayah ingin menangkapnya?" tanya Xi Yifei.
Raja Song tersenyum seraya menjawab, "Ayah tidak akan melakukan hal itu, bagaimanapun juga dia adalah kekasih kakak mu! Aku tidak ingin Hua'er melakukan itu lagi, karena itu aku ingin memanggilnya dan menemani kakak mu agar kakakmu bisa lebih tenang," jawab Raja Song.
Xi Yifei masih ragu, walau dia tahu akan sifat ayahnya yang tidak memiliki sifat jahat seperti yang dia pikirkan saat ini, namun dia masih takut, karena ini menyangkut kehormatan keluarga Kerajaan.
"Aku mengerti akan keraguanmu! Kali ini percayalah, ayah tidak akan melakukan hal sekeji itu. Apapun akan ayah lakukan, jika memang pemuda itu adalah kebahagiaan putri ayah, maka ayah akan merestui hubungan mereka berdua," kata Raja Song.
"Lalu bagaimana dengan Pangeran Ketiga dari Kekaisaran Han itu? Bukankah dia akan segera datang untuk melamar Jiejie?" tanya Xi Yifei.
Raja Song menghela nafas panjang, dia memperhatikan wajah Lie Hua lalu kemudian menjawab pertanyaan Xi Yifei. "Mau bagaimana lagi, walau ini akan berdampak buruk, ayah secara terpaksa akan menolaknya, namun di masa depan ayah tidak bisa memprediksi apakah Kekaisaran Han akan memusuhi Kerajaan kita atau tidak? Jika memang Kaisar Han tidak terima atas penolakan ini, mungkin Kerajaan Song akan menjadi musuh Kekaisaran Han, dan semua hubungan baik ini mungkin akan terputus," jawab Raja Song.
Xi Yifei merasa serba salah mendengarnya, hal ini membuatnya juga ikut bingung. Masalah ini mungkin akan bertambah rumit, di satu sisi mereka tidak ingin kehilangan Lie Hua, dan disisi lain mereka tentu tidak ingin memutuskan hubungan baik antara Kerajaan Song dengan Kekaisaran Han.
Jika ayahnya lebih mementingkan hubungan Diplomatik dan bersedia menjodohkan Lie Hua dengan Pangeran Ketiga dari Kekaisaran Han, pastinya Lie Hua akan bunuh diri dan itu akan membuat ayahnya hancur. Namun jika ayahnya menolak lamaran itu, maka Kerajaan Song yang akan hancur, sebab kekuatan militer Pasukan Kekaisaran Han sangat besar dan juga kuat.
"Sudahlah, kita serahkan saja semua ini kepada takdir! Lebih baik kamu berikan alamat rumah Han Gou agar para prajurit bisa menjemputnya," kata Raja Song.
Xi Yifei pun akhirnya menurut, dia memberikan alamat rumah kekasih kakaknya itu kepada ayahnya dan kemudian Raja Song segera mengirim beberapa pasukan untuk segera menjemput Han Gou.
***
"Jurus Tendangan Naga Terbang."
Qian melatih jurus-jurus yang sudah dibaca saat malam hari ketika dia masih berada di penginapan. Saat ini Qian dan Fa Lio Bai dan kedua anaknya sedang beristirahat di perjalanan, sedangkan Qian menyempatkan diri untuk melatih jurus nya di tempat yang agak jauh agar tidak mengganggu peristirahatan Fa Lio Bai dan kedua anaknya.
Qian melompat dan melepaskan tendangan beruntun dengan tubuh berputar di udara, dan dia mengulanginya berkali-kali lalu segera mencobanya terhadap sebatang pohon.
Tendangan Qian membuat kulit tebal pohon itu terkelupas terkena tendangan beruntun, namun Qian masih belum cukup puas dengan hasil latihannya, dia akan baru merasa puas jika mampu menendang pohon tanggung itu sampai tumbang.
Saat sedang sibuk melatih kemampuannya, Qian merasakan jika ada orang yang sedang memperhatikannya, dia segera berhenti berlatih lalu menoleh ke arah yang diyakini ada orang di tempat itu.
"Siapa disana?" tanya Qian dan setelah itu Xeiyin muncul dari balik pepohonan dengan membawa busur serta beberapa anak panahnya.
"Maaf! Aku tidak bermaksud untuk mengintip latihan mu, tadi saat aku terbangun, aku ingin berburu untuk persiapan makan malam nanti di perjalanan, tapi saat melewati tempat ini aku tidak sengaja melihatmu sedang berlatih," kata Xeiyin.
"Owh, tidak apa-apa! Tapi kamu ingin berburu apa di tempat seperti ini?" tanya Qian.
"Apa saja yang penting bisa dimakan," jawab Xeiyin.
"Kalau begitu aku akan menemanimu," ucap Qian yang membuat Xeiyin sedikit salah tingkah.
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri, kamu lanjutkan saja latihanmu!" kata Xeiyin.
"Latihanku sudah selesai! Lagipula aku tidak mungkin membiarkanmu pergi sendirian di tempat sepi seperti ini," ucap Qian.
Xeiyin yang terlihat malu-malu menganggukkan kepalanya, dan keduanya mulai mencari binatang yang bisa mereka tangkap. Diam-diam Xeiyin memandangi Qian yang berjalan di sampingnya, namun saat Qian menatapnya, dia dengan cepat mengalihkan pandangannya.
"Apa yang bisa kita temukan di tempat ini? Jika ini hutan mungkin kita bisa menemukan kelinci atau ayah hutan, tapi ini tanah lapang, jangankan ayam hutan, bahkan tupai pun tidak mungkin ada!" kata Qian.
"Lalu bagaimana dengan itu?" kata Xeiyin seraya menunjuk ke arah sekumpulan burung yang terbang.
Qian melihat burung-burung itu dengan keheranan seraya menjawabnya, "Bisa juga, tapi burung itu tidak sebesar ayam hutan, jika untuk dimakan untuk kita berempat maka dibutuhkan empat ekor burung atau lebih! Tapi bagaimana caranya memanah burung yang masih terbang di udara seperti itu?"
Xeiyin hanya tersenyum kemudian dia mengambil anak panahnya lalu segera menarik busurnya seraya membidik kawanan burung di udara. Melihat itu Qian merasa jika Xeiyin tidak mungkin berhasil, karena memanah burung yang masih terbang di udara itu adalah hal yang mustahil.
Xeiyin dengan menutup sebelah matanya tersenyum lalu segera melepaskan anak panahnya yang melesat ke arah kawanan burung itu. Qian tertegun saat melihat dua ekor burung jatuh dengan tubuh mereka berdua yang masih menancap di anak panah, sedangkan Xeiyin kembali memanah kawanan burung yang lainnya.
"Apa ini keahliannya? Dia bisa memanah burung yang masih terbang di udara dengan sangat mudah? Benar-benar hebat," batin Qian yang mengagumi keahlian Xeiyin.
Kini sudah ada delapan ekor burung yang berhasil Xeiyin panah, dia segera berlari untuk mengambil hasil buruannya tersebut kemudian dia kembali kepada Qian yang masih tertegun.
"Kakak kenapa melihatku seperti itu?" tanya Xeiyin.
"Ha? Owh iya maaf, aku hanya terkejut saja! Tidak kuduga kamu begitu hebat memanah," kata Qian.
"Terima kasih!" jawab Xeiyin seraya mencabut anak panahnya yang masih menancap di tubuh burung-burung tersebut.
"Ayo kita kembali!" ajak Xeiyin.
Mereka berdua pun kembali dengan membawa hasil buruan Xeiyin, dan di dalam perjalanan kembali, Qian yang berjalan di belakang Xeiyin akhirnya menanyakan akan bakat yang Xeiyin miliki.
"Apakah kamu memang terbiasa berburu atau kamu memang memiliki kemampuan memanah sebelum berburu?" tanya Qian.
"Aku belajar memanah sejak usia enam tahun, dan di usia 10 tahun aku mulai berburu serta melatih kemampuan memanah ku," jawab Xeiyin.
"Siapa yang melatih mu?" tanya Qian.
"Ibuku," jawab Xeiyin.
"Tapi kenapa ibumu tidak ikut bersama kalian?" tanya Qian.
"Ibuku sudah meninggal saat aku berusia 8 tahun," jawab Xeiyin dengan sedih.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuatmu bersedih!" kata Qian yang merasa bersalah.
"Tidak apa-apa!" jawab Xeiyin dengan wajah yang masih terlihat murung.
Qian menggaruk kepalanya karena benar-benar merasa bersalah, dia bingung bagaimana caranya agar Xeiyin bisa kembali ceria seperti saat berburu tadi.
Dia melihat ke kiri dan ke kanan, namun tidak ada binatang apapun yang bisa ditemukan, yang dia lihat hanyalah rerumputan dengan bunga-bunga liar serta rumput-rumput berduri.
Qian teringat saat dulu Yuwen pernah berdebat dengan Feng Feng, saat itu Yuwen terlihat kesal dan tidak mau bicara kepada Feng Feng, namun saat itu Feng Feng memetik dua bunga dan memberikannya kepada Yuwen lalu Feng Feng memasang bunga itu di telinga Yuwen seraya memuji Yuwen, hal itu membuat Yuwen kembali tersenyum dan keduanya kembali akur.
Mengingat hal itu Qian pun berinisiatif untuk melakukannya, dia segera mengambil dua bunga liar lalu segera memanggil Xeiyin. "Tunggu sebentar!" kata Qian.
Xeiyin segera menoleh lalu dia melihat Qian yang datang dengan membawa dua bunga liar, setelah Qian berada di hadapannya, Qian pun memberikan dua bunga itu kepada Xeiyin seraya berkata, "Aku minta maaf atas pertanyaanku yang membuatmu bersedih, sebagai permintaan maafku, aku ingin memberikan bunga ini padamu!" kata Qian yang membuat Xeiyin terkejut.
"Apakah kamu tidak mau menerimanya?" tanya Qian yang melihat Xeiyin terdiam.
Xeiyin tersadar dan dengan wajah sedikit memerah dia mengangguk dengan tersenyum malu, sedangkan Qian yang tidak memahami akan apa yang telah dia lakukan itu dengan polosnya kembali berbicara, "Terima kasih, sekarang izinkan aku meletakan Bunga ini di kedua daun telingamu," kata Qian yang membuat wajah Xeiyin semakin memerah dengan perasaannya yang juga terasa ikut berbunga-bunga.
Qian memasangkan kedua bunga itu di kedua daun telinga Xeiyin, dan setelah itu dia melihat wajah Xeiyin yang semakin terlihat cantik setelah mengenakan dua bunga tersebut, setelah itu dia mengikuti akan pujian yang pernah Feng Feng katakan kepada Yuwen.
"Kamu terlihat sangat cantik sekali!" kata Qian.
Mendengar pujian itu, kedua pipi Xeiyin semakin memerah setelah di puji oleh Qian, dia tersenyum lalu berbalik dan berjalan dengan sangat cepat, hal itu membuat Qian merasa senang karena telah mengembalikan senyuman Xeiyin, namun dia tidak sadar jika perbuatannya itu telah membuat perasaan gadis itu mulai melayang bersama dengan bunga-bunga yang terbang ke udara.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣