Deskripsi: Hazel merasa dunia runtuh saat dia dipecat akibat fitnah dari rekan kerja dan baru saja mendapati kekasihnya berselingkuh. Dalam keputusasaan, dia pulang ke rumah dan menyerahkan segalanya pada orang tuanya, termasuk calon pasangan yang akan dijodohkan untuknya. Namun, saat keluarga dan calon suaminya tiba, Hazel terkejut—yang akan menjadi suaminya adalah mantan bos yang selama ini sangat dibencinya. Dihadapkan pada kenyataan yang tak terduga dan penuh rasa malu, Hazel harus menghadapi pria yang dianggapnya musuh dalam diam. Apakah ini takdir atau justru sebuah peluang baru? Temukan jawabannya dalam novel "Suamiku Mantan Bosku"😗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aping M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Masakan Lucas
“Kamu tidak bersiap untuk berangkat kerja?” tanya Hazel santai sambil menyandarkan tubuhnya ke tepi bathtub, menikmati hangatnya air berendam.
“Tidak, untuk apa? Aku kan pemilik perusahaan. Lagipula, aku sedang menikmati waktu berkualitas bersama istriku saat ini,” jawab Lucas dengan senyum tipis, matanya memandangi Hazel dengan penuh arti.
“Baiklah, Bos Lucas,” balas Hazel, sambil mencelupkan tangannya ke air, menggambar lingkaran kecil di permukaannya.
“Aku tinggal sebentar, ya? Ada yang harus aku persiapkan,” kata Lucas sambil berdiri dan mengambil handuk di dekatnya.
“Persiapkan apa memangnya? Pekerjaan? Katanya perusahaan itu punya bapak, tapi kok masih saja sibuk,” goda Hazel dengan senyum kecil, matanya masih terpejam menikmati suasana.
Lucas berhenti sejenak, lalu mendekat pelan-pelan. Dia berlutut di sisi bathtub, wajahnya mendekat hingga hanya beberapa inci dari wajah Hazel. Dengan gerakan lembut, dia menyelipkan satu helai rambut yang jatuh di wajah istrinya, membuat Hazel membuka matanya dengan kaget.
“Mau bagaimanapun, kamu tetap prioritas untukku” bisik Lucas dengan suara rendah.
Hazel yang tadinya santai kini terdiam. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya memerah, dan ia hanya bisa memandang Lucas tanpa kata-kata.
Hazel terkejut, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Wajahnya memerah, jantungnya masih berdegup kencang, dan ada rasa hangat yang mulai meresap ke dalam tubuhnya. Lucas, dengan tatapan tajam namun lembut, menatapnya sejenak sebelum menggerakkan tangannya dengan lembut ke arah dagu Hazel, menahan wajahnya agar tidak bisa menghindar.
“Jangan panggil aku 'bapak' lagi,” kata Lucas dengan suara rendah, namun penuh penekanan. “Aku bukan bapakmu. Aku ingin kamu memanggilku mas... atau sayang, jika kamu mau.”
Hazel terdiam, merasakan getaran aneh dalam dadanya. Jujur, dia tidak tahu harus berkata apa. Lucas begitu dekat, dan setiap detik terasa seperti waktu yang melambat. Senyumnya yang menggoda itu membuat Hazel sedikit gugup, namun entah kenapa, ada perasaan lain yang tumbuh, perasaan yang sulit dijelaskan.
“Aku... aku tidak tahu... tapi aku akan mencobanya mas Lucas” kata Hazel, suaranya hampir berbisik, kebingungannya bercampur dengan kecemasan.
Lucas tersenyum, meski masih menyentuh dagu Hazel dengan lembut. “Tidak perlu ragu. Kita tidak perlu terburu-buru. Tapi aku ingin mendengarnya, Hazel,” katanya, suaranya seperti menyuruhnya untuk menerima kenyataan ini.
Hazel mengangguk pelan, masih merasa canggung, namun pada saat itu Lucas semakin mendekatkan wajahnya. Hazel tidak sempat menghindar, dan dalam sekejap, bibir Lucas sudah menyentuh bibirnya dengan lembut. Ciuman itu singkat namun intens, meninggalkan rasa hangat yang membara di seluruh tubuhnya.
Setelah ciuman itu, Lucas melepaskan diri dengan tenang, meski senyumannya masih mengembang. "Aku harus pergi, ada yang perlu aku urus. Jika kamu sudah selesai, kamu boleh memanggilku, biar aku akan menggendongmu lagi. Oke?”
Hazel hanya bisa menatapnya, masih dengan wajah yang memerah. Lucas melangkah keluar dari kamar mandi, meninggalkan Hazel sendirian di sana, sedangkan Hazel memejamnkan matanya agar tubuhnya semakin rileks.
...****************...
Di Supermarket - Leo
Dua jam sebelumnya, di sebuah pusat perbelanjaan bahan makanan, Leo berjalan sendirian dengan wajah bingung. Lucas, bosnya, memintanya untuk membeli bahan makanan, sesuatu yang sama sekali tidak masuk dalam daftar keahlian Leo. Bagaimana mungkin seorang pria yang bahkan tidak pernah memasak harus bertanggung jawab membeli bahan-bahan masakan? Tambah lagi, dia tinggal sendirian di apartemen tanpa dapur yang sering digunakan.
Leo mendorong troli pelan, matanya bolak-balik antara deretan rak dan layar ponselnya. Setiap bahan yang dicari harus cocok dengan foto yang diberikan Lucas. Dari tepung khusus hingga sayuran organik tertentu, semuanya membuat Leo frustrasi. Butuh waktu hampir 45 menit hingga dia selesai, tetapi satu bahan masih belum ditemukan: jamur pelawan.
Leo berdiri di depan rak berisi berbagai jenis jamur, wajahnya semakin kusut. "Mana yang ini?" gumamnya sambil membandingkan foto di ponselnya dengan produk yang ada di rak.
Tanpa disadari, seorang wanita yang berdiri tidak jauh memperhatikannya. Melihat Leo tampak seperti seseorang yang terjebak di ujung labirin, wanita itu mendekatinya dengan senyum ramah.
“Maaf, sepertinya kamu kesulitan mencari sesuatu? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya lembut.
Leo, yang terlalu fokus dengan ponselnya, sedikit terkejut. “Eh, ya... Saya sedang cari ini,” jawabnya sambil menunjukkan foto jamur pelawan di ponselnya. “Tapi ada banyak macam jamur di sini, dan saya tidak mau salah. Kalau sampai salah beli, bos saya bisa ngamuk.”
Wanita itu tertawa kecil. “Oh, ini jamur pelawan. Biasanya ada di rak organik dekat sudut sana. Saya sering beli, jadi saya tahu,” ujarnya sambil menunjuk arah yang dimaksud.
Mereka berjalan bersama ke rak yang dimaksud, dan wanita itu dengan mudah menemukan jamur yang dimaksud. “Ini dia. Semoga bos kamu puas dengan ini,” katanya sambil menyerahkan bungkus jamur itu pada Leo.
Leo menghela napas lega. “Wah, terima kasih banget! Saya nggak tahu apa jadinya kalau harus keliling lebih lama. Eh, ngomong-ngomong, nama kamu siapa?” tanyanya, tapi wanita itu sudah berjalan menjauh sambil melambai.
“Semoga sukses ya!” jawab wanita itu sebelum menghilang di keramaian. Leo hanya bisa menggaruk kepalanya. “Lupa nanya namanya, lagi. Aduh...”
Tanpa disadari wanita itu adalah Rara ART baru Lucas dan Hazel alias orang kepercayaan Lucas untuk Hazel, memang Leo tidak mengenalinya, karena Lucas dan Rara memang sudah sejak lama kenal dan mereka pernah satu sekolah bahkan teman dekat tanpa sepengetahuan Leo.
......................
Di Hotel - Lucas dan Hazel
Hazel masih tenggelam dalam kenyamanan bathtub, tubuhnya rileks sambil memejamkan mata. Wangi sabun yang lembut memenuhi udara, membuat suasana terasa damai. Sementara itu, di dapur kecil suite hotel, Lucas sibuk mempersiapkan sarapan spesial untuk istrinya.
Meski jarang memasak, Lucas kali ini memutuskan untuk berusaha. Dengan bantuan bahan makanan yang baru saja dikirim Leo dan video tutorial dari Yucube, dia mulai memasak. Wajan berbunyi pelan saat Lucas menuang adonan omelet, diiringi bunyi lembut pisau saat dia memotong roti panggang menjadi dua. Meski ada beberapa insiden kecil, seperti telur yang tumpah di meja dan roti yang sedikit gosong di satu sisi, Lucas tetap melanjutkan dengan penuh semangat.
Setelah hampir satu jam, akhirnya semuanya selesai. Di atas meja kini tersaji sepiring omelet sayur, roti panggang, dan segelas jus jeruk segar. Lucas memandang hasil kerjanya dengan puas.
Dia berjalan ke pintu kamar mandi dan mengetuk pelan. “Hazel, sudah selesai berendam?” tanyanya lembut.
“Sudah, aku hampir selesai,” jawab Hazel dari dalam.
Lucas membuka pintu perlahan, melangkah masuk. Hazel menoleh dan tersenyum kecil melihat Lucas yang sudah berdiri di sana. “Ada apa?” tanyanya sambil mengusap wajah dengan handuk kecil.
“Kalau sudah selesai, biar aku yang gendong,” kata Lucas dengan nada ringan namun penuh perhatian.
Hazel tertawa kecil. “Kamu serius mau menggendongku lagi? Bukannya kamu sedang sibuk?”
Lucas melangkah mendekat, lalu tanpa menunggu jawaban, ia membungkuk dan mengangkat Hazel dari bathtub dengan hati-hati. Hazel, yang sudah terbiasa dengan caranya, hanya tersenyum kecil sambil melingkarkan lengannya di leher Lucas.
“Pekerjaan selesai, sekarang waktunya istriku menikmati hasilnya,” ujar Lucas sambil membawanya keluar dari kamar mandi.
Lucas tersenyum lembut sambil menatap Hazel. Dengan langkah hati-hati, ia membawa Hazel menuju kamar dan menurunkannya perlahan di tepi tempat tidur. Di sana, pakaian sudah tertata rapi, dipilih langsung oleh Lucas untuk Hazel.
“Aku siapkan ini untukmu. Pakailah, agar kamu nyaman sebelum sarapan,” kata Lucas, suaranya tenang namun penuh perhatian.
Hazel melihat pakaian itu, lalu menatap Lucas dengan pipi yang mulai memerah. “Kamu bahkan menyiapkan baju untukku? Sejak kapan kamu jadi seromantis ini?” tanyanya dengan nada menggoda, meski dalam hatinya ia merasa malu.
Lucas hanya tersenyum kecil. “Hari ini spesial, jadi aku ingin melakukan segalanya untukmu,” balasnya santai.
Ia kemudian membantu Hazel memakai pakaian itu. Dengan tangan yang lembut, Lucas menyelipkan lengannya ke dalam lengan baju yang disiapkan. Hazel hanya bisa diam, pipinya semakin merona. Momen itu begitu intim, membuatnya merasa dihargai dan dicintai.
Setelah Hazel siap, Lucas kembali menggendongnya dengan mudah. Hazel tertawa kecil, mencoba menyembunyikan rasa malunya. “Hmm aku bisa jalan sendiri, kamu tahu?”
“Tapi aku suka menggendongmu,” jawab Lucas dengan nada jahil sambil berjalan menuju meja makan.
Sesampainya di sana, Lucas menurunkan Hazel di kursi yang sudah ia siapkan. Hazel melihat meja makan yang tertata rapi dengan masakan sederhana namun penuh usaha. Ia tersenyum lebar, matanya berbinar.
“Kamu... masak semua ini untukku?” tanyanya, kali ini suaranya terdengar lebih lembut, hampir berbisik.
Lucas mengangguk bangga. “Ya, dan kamu akan jadi orang pertama yang mencicipi masakan pertamaku.”