Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Empat
Dara sedang menyusui bayinya saat terdengar dering dari gawai miliknya. Tadi sebelum pergi, Bastian mencharger gawainya. Pria itu masih tetap sama. Dengan hal kecil saja dia selalu ingat. Katanya takut nanti ada yang menghubungi tapi tak bisa karena kehabisan baterai.
Di layar tertera nama suaminya. Dara yakin pria itu pasti kelabakan setelah melihat rumah terkunci. Rasa sakit hatinya belum hilang, sehingga dia memilih mendiamkan saja dering gawainya. Beberapa kali suaminya itu mencoba menghubungi lagi.
Beberapa saat kemudian, ada pesan masuk ke gawai miliknya. Dara yakin itu dari sang suami. Dari layar dia bisa membaca isi pesannya.
"Kamu dimana? Kenapa rumah terkunci? Aku sudah tiga kali bolak-balik, tapi kamu belum juga pulang. Katakan kamu dimana?"
Dara mengabaikan pesan dari suaminya itu. Dia melihat sang bayi telah terlelap walau ASI nya belum lancar. Saat akan mencoba berdiri, dia dikejutkan dengan kedatangan Bastian.
"Kamu mau apa?" tanya Bastian melihat Dara mencoba berdiri.
"Mau meletakan bayiku, Tian," jawab Dara.
"Sini aku bantu. Kamu pasti merasa sakit," balas Bastian.
Bastian lalu meraih bayi dari gendongan Dara. Dengan hati-hati dia menggendong dan meletakan ke dalam box bayi.
"Bayinya cantik banget. Kayak bundanya," ucap Bastian sambil tersenyum.
"Berarti kamu mengakui kalau aku cantik?" tanya Dara sambil tersenyum juga.
"Kalau kamu tak cantik mana mungkin aku jatuh cinta denganmu. Aku bahkan tak bisa melupakan kamu hingga detik ini," ucap Bastian.
Ucapan Bastian membuat Dara cukup terkejut. Dia tak menyangka jika pria itu akan mengatakannya pada saat ini. Lagi pula dia juga tak mengira jika Bastian masih menyimpan rasa cinta untuknya setelah melihat kemarahan laki-laki itu saat mereka terakhir bertemu.
Bastian melihat wajah Dara yang terkejut. Dia lalu mendekati wanita itu. Duduk di tepi tempat tidurnya.
"Kenapa wajahnya seperti tak percaya begitu?" tanya Bastian.
"Bukankah kamu pernah mengatakan jika kamu sangat membenciku dan tak mau memaafkan salahku?" tanya Dara dengan suara lirih.
"Antara cinta dan benci itu beda tipis, Ra. Dan kamu percaya jika aku membencimu? Bagaimana mungkin aku bisa membencimu jika kau adalah cintaku dan sumber kebahagiaanku. Aku membencimu hanya karena kita tak bisa bersama saja."
Saat jatuh cinta, otak merangsang pelepasan hormon oksitosin dan vasopressin yang menyebabkan kita bahagia.
Sedangkan saat benci, otak akan merangsang dilepaskannya hormon serotonin sehingga bisa memicu stress.
Cinta yang berlebihan membuat manusia menjadi irasional, kurang memperhitungkan. Cinta itu tak memberdayakan tetapi malah merugikan. Begitu pula benci.
Bedanya, cinta akan membuat kita susah melihat sisi buruk seseorang. Sedangkan saat benci, lebih banyak keburukannya yang menjadi fokus perhatian kita. Makanya benci dan cinta itu dikatakan beda tipis.
"Tapi seharusnya rasa itu tak boleh ada, Tian. Aku dan kamu sudah memiliki pasangan," ucap Dara dengan suara lirih.
"Rasa cinta itu datang dari hati. Tak bisa kita tau kapan dia hadir dan kapan dia pergi. Dan cinta itu anugerah dari Tuhan, tak ada yang bisa menghapusnya jika Tuhan memang menghendaki dia hadir di dalam hati ini," ucap Bastian.
"Tapi itu tak adil bagi pasanganmu jika kamu masih menyimpan rasa itu untukku," balas Dara lagi.
"Aku dan Fanny tak saling cinta. Kamu juga begitu'kan?" tanya Bastian.
Dara hanya tersenyum menanggapi ucapan Tian. Dia tak akan membuka aib suaminya, jika masih bisa dia pendam akan di simpan saja semuanya. Namun, jika semua sudah penuh, dia baru akan mengutarakan.
"Maaf, Tian. Rasanya tak pantas aku membuka aib suamiku. Kamu mau tau alasannya, karena saat ini aku masih menjadi istri sahnya. Berbeda nanti saat kami telah pisah. Itu juga tak mungkin aku katakan dengan orang lain kecuali keluarga besar!" seru Dara.
Mendengar ucapan Dara, Bastian menjadi tersenyum miris. Dia jadi teringat kembali apa yang mamanya dan Fanny omongkan. Jika mamanya sengaja menjodohkan Dara dengan pria lain.
"Beruntung banget Rico mendapatkan istri seperti kamu, yang masih tetap menyimpan aib suaminya walau telah disakiti," ucap Bastian dengan lirih.
"Tian, kita ngobrol yang lain saja. Nggak etis rasanya bicara kejelekan pasangan. Apa lagi kita belum pisah!" seru Dara.
Bastian mengangguk tanda setuju. Mereka lalu mengobrol tentang banyak hal.
Sementara itu, di rumah kediaman mertuanya, Fanny tampak telah rapi. Dia mau menemui Dara dan mencari tau kehidupan rumah tangganya.
Fanny lalu pamit dengan mertuanya. Dia meminjam salah satu mobil dan mengendarai menuju rumah Dara. Sepanjang perjalanan pikirannya entah kemana-kemana. Dia teringat semuanya pertengkaran dengan suaminya..
Setengah jam perjalanan akhirnya Fanny sampai di tujuan. Dia melihat ada seorang pria sedang mengetuk pintu rumah. Dia lalu keluar dari mobil dan ingin mendekati pria itu.
Sampai dihadapan Rico, dia lalu menyapa dan memperkenalkan dirinya. Mengetahui siapa Fanny, wajah pria itu serius menatapnya.
"Bisa kita bicara?" tanya Fanny.
"Mau bicara apa? Kita baru kenalan. Tak ada rasanya yang perlu kita bahas," ucap Rico.
Fanny tertawa sumbang mendengar ucapan Rico. Dia mengajak pria itu duduk dekat bangku yang ada di bawah sebuah pohon rindang.
Orang tua egois...
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak