Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
"Ayo, makan siang. Ada kantin disini, makanannya lumayan enak dan bersih. Kamu pasti belum makan, kan?”
Kelihatan sekali Reyvan berusaha mengatasi kecanggungan diantara kami karena kejadian tadi malam. Dia bertindak seolah tidak terjadi apa-apa. Aku jengah sebenarnya, tapi aku tidak punya teman selain dia. Dengan wajah sedikit ditekuk, aku mengiyakan dan mengikuti langkahnya. Sepanjang jalan menuju kantin, ada mata-mata asing yang memandang kami. Hmm.. mungkin sudah tersiar kabar di kantor ini, kalau ada perawan tua yang jadi pegawai baru disini. Aku pura-pura saja tidak merasa sedang menjadi fokus pandangan beberapa orang.
Kami mencari meja kosong dan memesan makanan. Sembari menunggu makanan datang, aku sibuk memainkan ponselku dan menghindari tatapan Reyvan. Tiba-tiba saja seorang perempuan muda dengan penampilan yang sangat modis duduk disebelahku dan mengulurkan tangannya.
“Halo Ibu, saya Rachel, pacarnya Reyvan dan saya auditor junior di tim tiga,”sapanya sambil mengulurkan tangannya untuk menjabatku.
Kusambut tangannya dengan senyum, ternyata ini yang namanya Rachel.
“Hai Rachel, saya Janetta, saya ada tim satu sebagai ketua tim,”jawabku dengan formal juga. Namun aku bingung harus menanyakan apa untuk menyambung percakapan ini agar tidak dikira sombong olehnya.
“Saya tahu Bu Janetta dari foto yang ada di meja Reyvan, ternyata Ibu orangnya yang sudah lama merebut hati Reyvan,”ucapnya dengan enteng dan lugas seolah hal itu bukan masalah buat dia, meski dia mengaku masih menjadi kekasih Reyvan. Reyvan kemudian memandangnya dengan tatapan menusuk. Rachel balas menatapnya dengan sinis dan senyum getir. Aku merasa berada ditengah-tengah pertengkaran suami istri. Waduh ..
“Maksudnya apa ya? Saya memang pernah bekerja sama dengan Reyvan saat bertugas di Surabaya dulu. Mungkin foto yang kamu lihat adalah foto kita saat merayakan tahun baru bersama rekan-rekan lainnya, karena saya tidak pernah berfoto berdua dengan Reyvan,”jawabku.
“Yah, benar sih itu foto ramai-ramai, tapi saya tahu persis, kekasih saya, Reyvan pernah menaruh hati pada Ibu, dan mungkin sampai sekarang, maka dia ingin meninggalkan saya, karena Ibu hadir lagi dalam kehidupannya,” ucap Rachel tanpa melepaskan tatapannya dari Reyvan yang juga balas menatapnya dalam diam.
Adu tatapan itu akhirnya terhenti karena makanan yang kami pesan telah datang. Aku menawari Rachel untuk makan, namun dia menolak lalu meninggalkan tempat itu. Ternyata dia masih punya etika untuk membiarkan kami makan siang dengan tenang. Kami makan tanpa bicara, entah karena perut yang sudah kelaparan atau karena kami sibuk dengan pikiran kami masing-masing.
Selesai makan kami kembali ke ruangan masing-masing, namun belum juga aku duduk di kursiku, Reyvan sudah kembali dengan kopi di tangannya.
“Lho, kapan kamu pesan ini?”tanyaku.
“Tadi sewaktu makan sudah aku pesan, dan ternyata sudah sampai. Ini caramel macchiato, kesukaanmu. Selamat bekerja, ya”katanya sambil berlalu diiringi tatapan dari rekan kerjaku. Ada yang senyum-senyum dikulum, ada yang keheranan.
“Oh oke, makasih ya, Rey. Besok gantian lho, aku yang beli”kataku yang dibalas dengan lambaian tangan tanpa menoleh kepadaku.
Aku mengabaikan tatapan rekan satu ruanganku dan kembali bekerja dengan tenang sampai jam menunjukkan waktu untuk pulang.
Rekan-rekan lain sudah pulang, namun aku masih asyik berkutat dengan komputerku.
“Lha, belum pulang, Jane?”tanya Pak Pranda begitu keluar dari ruangannya.
“Sebentar lagi nih, Pak. Nanggung, tinggal dua sheet lagi.”jawabku.
“Semangat benar yang baru masuk, hehehe. Kalau gitu, aku duluan ya,” ucap Pak Pranda menuju pintu keluar ruangan tim kami.
“Oke, Pak. Hati-hati di jalan” sahutku mengiringi langkah Pak Pranda.
Pukul tujuh lewat lima belas menit aku telah mematikan computer dan melangkah menuju lobby kantor. Perutku keroncongan dan kuputuskan untuk melipir ke mall terdekat mencari makan malam dan mencari kebutuhan skincare-ku yang kebetulan sudah habis. Di lobby kantor, aku membuka aplikasi transportasi online untuk melakukan pemesanan. Belum selesai, tiba-tiba mobil Reyvan berhenti di depanku, dia turun dan membukan pintu mobil untukku.
“Ayo, kuantar pulang. Kita ‘kan searah,”ujarnya.
“Enggak usah, Rey. Aku masih ada urusan ke mall SP.” jawabku menolak.
“Ya sudah, aku anterin kamu ke mall SP,” katanya.
Sebelum memutuskan, tiba-tiba terdengar klakson mobil dari belakang mobil Reyvan. Takut membuat susah orang lain, akhirnya tanpa pikir panjang, aku masuk ke mobil Reyvan. Ketika sudah di dalam, tiba-tiba Rachel masuk dan duduk di kursi penumpang. Aku dan Reyvan terkejut dan berpandangan. Namun klakson mobil di belakang membuat Reyvan memajukan mobilnya dengan cepat dan mengambil posisi parkir, lalu memandang Rachel yang duduk di kursi belakang dengan marah.