Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.24
Dengan perasaan terluka seorang pria melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, hati kini kian berkecamuk mengingat istrinya diakui oleh seseorang sebagai calon menantu. Tak terasa air menetes di pipi dengan hati yang tak menentu. Baru saja ia ingin berdamai dengan hatinya, tapi apa yang dilihatnya hari ini benar-benar membuatnya terkejut. Perih yang dirasakan tak terkira.
"Pelan-pelan, Dirga, aku takut dong," ucapan Bianca tak digubrisnya.
Melihat Dirga mengabaikannya, Bianca semakin tidak menyukai Kinara. Dalam hati ia akan memb4l4s apa yang dilakukan Kinara hari ini.
" Kamu menyukai Kinara, Dir?" tanya Bianca hati-hati, ada rasa sesak dalam dada menanyakan hal itu.
Dirga hanya menoleh padanya sebentar tanpa berniat menjawab pertanyaan Bianca.
" Apa istimewanya perempuan itu ?" suara Bianca menahan getaran demi menyembunyikan perasaannya.
" Kinara adalah istriku, Bianca. " batin Dirga, dia masih membungkam, tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.
Bianca tersenyum penuh kekecewaan melihat kebungkaman sahabatnya sekaligus cintanya. Ternyata selama ini Dirga menaruh hati pada wanita itu.
" Kenapa harus dia ?Kenapa bukan aku yang dicintainya? "batinnya bergelut.
" Apa kurangnya aku sehingga Dirga a tidak ingin melirik diriku walau sekali saja, "batin Bianca dengan menghapus air mata yang sempat menetes.
Hening dalam mobil, Bima malas berbicara, terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
" Mau langsung ke kantor ?" Bianca berusaha mengajak Dirga agar melupakan wanita itu, namun tidak mudah baginya.
" Aku ingin langsung pulang ke rumah, aku lelah hari ini, " ujarnya, dan Bianca mengerti maksud Dirga.
" Dirga pasti lelah memikirkan hatinya yang sedang terluka," batin Bianca.
" Aku harus bisa mendapatkan cinta Dirga, bukan wanita pengg0da itu,"tekadnya.
Tidak lama kemudian mobil Dirg sudah sampai di kediaman Bianca. Ingin menawarkan diri untuk menemaninya, namun melihat guratan wajah lelah Dirga hari ini, dia urungkan niatnya.
" Makasih, Dir, "ucapnya dan hanya mendapat anggukan kecil dari Dirga.
Dirga melajukan mobil ke arah rumah yang ditinggali bersama Kinara. Berharap wanita yang berhasil membuat hatinya bergetar sudah ada di sana menunggunya.
" Kenapa Kinara berani keluar tanpa izinku ? Dan dia pergi bersama laki-laki lain, apa maksud semua ini?" kesal Dirga, dia meng3ncangkan laju mobil dengan hati yang kalut.
" Kamu sudah menghianati pernikahan kita, Kinara. Aku tidak yangka kamu melakukan hal ini. Tapi, jangan harap aku menceraikanmu.
"ujarnya dengan ber4pi-4pi.
Dari beberapa kejauhan Dirga menghentikan mobilnya memperhatikan wanitanya sedang melamun. Di bawah pohon rindang dekat rumah, Kinara menikmati angin segar menerpa tubuhnya.
Dirga memutar balik mobilnya ingin kembali ke kediaman Mahendra, rasa kesal dalam hati sehingga tidak ingin bertemu dengan wanita itu.
" Mas Dirga, " panggil Kinara membuat Dirga menghentikan laju mobilnya.
Kinara menghampiri suaminya seketika. Dia tahu kalau Dirga saat ini pasti sangat marah padanya, karena itu dia harus menjelaskan semuanya agar tidak terjadi salah paham lagi diantara mereka.
Dirga kemudian melajukan mobilnya ke rumah sederhana itu, tanpa menoleh pada Kinara.
Kinara mengerti dengan sikap dingin Dirga padanya, dia harus menjelaskan saat ini juga.
***
" Ayo makan, Mas !" ajak Suci dengan lembut pada suaminya dengan wajah lelah.
Dirga menurut, mengikuti istrinya ke arah dapur namun tetap bungkam.
Suasa di meja makan menjadi hening, hanya terdengar suara dentingan sendok dan piring yang saling bertubrukan. Tak ada yang ingin memulai percakapan, keduanya hanya diam menikmati makanan yang ada dipiring masing-masing.
" Hoek ."
Tiba-tiba Kinara merasa mual, dengan terburu-buru ia masuk ke kamar mandi.
" Hoek Hoek Hoek."
Keringat dingin pada tubuh Kinara tidak bisa menahan tubuhnya.
Dirga dengan perasaan was-was segera menyusul Kinara ke kamar mandi, mendengar Kinara muntah-muntah membuatnya khawatir.
" Kamu baik-baik saja, Kinan?" tanyanya dengan mengelusi lembut punggung istrinya.
Kinara hanya mengangguk tak sanggup lagi berucap, rasanya ingin roboh seketika.
"Hap,"
Dirga a menggendong istrinya yang terlihat lemah keluar dari kamar mandi tersebut, kemudian membaringkannya ke kasur dengan pelan.
" Aku ambil minyak angin ya, sebentar kita ke rumah sakit.
" Tidak usah, Mas ! Aku baik-baik saja kok, "ujar Kinara cepat mencegah Dirga membawanya ke rumah sakit.
" Kenapa tidak ingin ? Kamu lagi sakit, badan kamu belum fit," tegas Dirga.
Dirga menyelimuti tubuh istrinya dengan hati-hati kemudian kembali ke dapur mengambil makanan untuk mereka berdua.
"Aku sudah kenyang, Mas !" ucapnya sedikit manja.
" Makan sedikit lagi, perut kamu kosong makanya kamu selalu ingin muntah.
Dirga menyuapi istrinya dengan lembut, keduanya makan dengan sepiring berdua, terasa nikmat yang dirasakan oleh kedua pasangan yang lagi kasmaran.
" Panggil saja dokter ke sini, Mas. "pinta Kinara.
Dirga berdecak kesal mendengar ucapan istrinya.
" Istirahat yang yang benar, sebentar aku antar kamu ke rumah sakit," ucap Dirga tanpa ingin dibantah.
Dirga a ikut merebahkan tubuh atletisnya di samping istrinya dan langsung memejamkan mata.
Dirga berbalik menghadap suaminya, melihat Dirga memejamkan mata membuat dirinya menahan unek-unek yang bersarang di kepalanya.
" Ada apa?" sahut Dirga yang sedang memejamkan mata.
" Aku lihat foto mesra kamu mas bersama perempuan lain." Suci mengatakan dengan suara bergetar tak sanggup lagi menyembunyikan kegundahannya.
Dirga langsung membuka mata berbalik menatap istrinya bingung tak mengerti.
" Jangan sembarangan nuduh sesuatu yang tidak kulakukan." ujarnya tidak suka mendengar tuduhan Kinara.
" Aku tidak sembarangan menuduh, Mas. Ada beberapa bukti yang kuperlihatkan jika mas tidak percaya, " ujar Kinan tidak ingin kalah.
" Bukankah kamu yang akan bertunangan dengan pria tadi siang." sahut Dirga mengeluarkan enak-enakan yang sejak tadi ditahan.
" Jelaskan padaku Kinara, apa maksud semua itu? Aku adalah suami mu, lalu kenapa putra rekanku menganggap mu sebagai calonnya ? Kamu anggap aku sebagai apa, Kinara?" ucap Dirga dengan suara sedikit meninggi.
Dirga sangat sakit hati mendengar ucapan rekannya jika istrinya akan dipersunting dengan laki-laki lain.
" Kenapa kamu tidak katakan pada mereka jika aku adalah suami mu ?" Em0si Bima hampir saja meledak-ledak di depan istrinya.
" Ma-maaf, Mas! Kinara pun sebenarnya tidak tahu rencana Fazha, karena dia pun tidak mengatakan apapun sama aku." Sesal Kinara hampir menetes air mata.
" Bagaimana kamu tidak tahu, kalian selalu bersama, mana mungkin Fazha tidak mengatakan apa-apa sama kamu.
"Pak Bram menganggap dirimu sebagai calon menantunya, kamu tidak menjaga perasaan ku Kinara. " datar Bima.
" Mas, Kinara mengatakan yang sebenarnya, aku tidak bohong."
Kinara berusaha untuk menjelaskannya namun percuma, Dirga sudah terlanjur m4rah.
" Sangat sulit untuk dipercaya, bukankah aku sudah melarangmu keluar bersama seorang pria, lalu kenapa kamu masih melakukannya?"Dirga semakin kesal.
" Mas, aku sudah memberitahukanmu bahkan aku menelpon tapi kamu tidak menjawab sekali pun. "
Kinara masih membela diri karena itu yang terjadi sebenarnya.
" Bukan berarti kamu harus pergi kan ? Kenapa kamu tidak menjelaskan pada mereka kalau kamu adalah istriku ? Kamu sengaja kamu saja tidak mengatakan apa pun.
" Mas,..!
Dirga bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar, Kinan hanya Bisa menatap punggung suaminya dengan mengusap air mata.
" Bagaimana mommy mengatakan pada ayahmu, Nak ? Selalu saja ada masalah kecil yang diperdebatkan. " Ujarnya sembari mengelus lembut perut yang masih rata.
"Momy sayang kamu, Nak. Mommy selalu ada untukmu sayang.