NovelToon NovelToon
Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Sang Penakluk! - Semalam Bersama Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:21.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nathasya90

Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.

Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

NAMAMU MASIH TERSEMAT DI DALAM HATIKU

TOK TOK TOK

"Masuk!" sahut seseorang dari dalam.

CEKLEK

Marissa masuk ke dalam ruangan Ceo setelah mendapat persetujuan dari dalam. Dan tanpa Dimi ketahui jika yang mengetuk pintu ruangannya adalah Marissa.

"Permisi, Pak," kata wanita itu dengan menunduk hormat setelah sampai di depan meja Ceo dari WG.

"Iya, ada apa?" sahut pria itu singkat.

Nampak Dimi sibuk dengan beberapa map tanpa melihat ke arah Marissa yang tampak tersenyum melihat wajah serius pria itu. Dimi masih belum menyadari jika orang yang ada di hadapannya adalah Marissa.

"Saya dapat arahan dari kepala hrd untuk menggantikan tugas ibu Liliana sementara waktu karena beliau akan melahirkan," ujar wanita itu lagi. Saking fokus bekerja bahkan Dimi sampai tidak menyadari pemilik suara indah itu.

"Hem, baiklah. Perkenalkan siapa nama … Marissa! Apakah itu kamu?" Akhirnya pria itu sadar saat melihat orang yang ada di depannya adalah Marissa.

"Ya, ini aku," sahut wanita itu tersenyum lebar.

"Jadi kamu di tempatkan Ibu Raline di sini? Sebagai sekretaris, bagaimana bisa kebetulan begini?"

"Entahlah. Aku hanya mengikuti arahan, Bu Raline," jawab wanita itu mengedikkan bahu ke atas.

"Ayo, duduk. Silahkan," Dimi mempersilahkan Marissa duduk.

"Jam berapa ke sini?" sambungnya.

"Jam delapan pagi tadi, aku lama di hrd. Ada kontrak yang harus aku tandatangani," sahut Marissa . Dimi manggut-manggut mendengar jawaban Marissa.

"Tapi kenapa nggak kasih kabar dulu, hem?"

"Menelepon mu.. lalu kau akan menjemput ku di bawah, begitu? Oh nooo, Dimi ... kau bisa buat orang-orang di luaran sana berpikiran negatif padaku." Marissa menggelengkan kepalanya mendengar ide dari Dimi. Kemudian pria itu tertawa mendengar respon wanita itu.

"Baiklah, jadi kau akan menjadi sekertaris ku, right!" seru Dimi dan Marissa mengangguk membenarkan.

"Tapi ingat! Aku akan bekerja secara profesional dan aku harap kau pun bisa seperti itu. Aku tidak ingin mendapatkan privilege dan dibedakan dengan karyawan lainnya, okay!" tekan Marissa mengingatkan dan Dimi tersenyum mendengarnya.

Kau memang wanita yang berbeda, Isa. Jika orang lain bahkan akan meminta hal itu, berbeda denganmu yang tidak ingin di istimewakan. Tidak salah jika namamu masih tersemat di dalam hatiku.

"Baiklah baiklah. Aku akan mengingatnya." Balasnya sembari mengangkat kedua tangan ke atas sebagai tanda jika ia menerima apa yang diinginkan Marissa .

"Dan lagi pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak jadi kau bisa mempelajari pekerjaan Liliana yang belum selesai. Ada Sandy yang akan membantumu atau jika kau mau aku bisa membantu sampai kau mengerti, bagaimana?!" Dimi menawarkan bantuan.

"Terima kasih, tapi aku lebih baik ditemani Sandy saja. Aku tidak ingin nanti ada yang salah paham dengan kedekatan kita berdua," putus Marissa. Bukankah lebih baik menghindar dari pada mengklarifikasi? Begitulah pikirnya.

"Baiklah terserah kamu saja. Lakukan apapun yang membuatmu nyaman," balas pria itu mengulas senyum.

"Terima kasih. Aku akan kembali ke ruanganku sekarang," Marissa pamit undur diri lalu beranjak menuju pintu.

"Oh iya, Isa besok kita akan meeting bersama dengan salah satu perusahan raksasa. Aku yakin kau bisa menyelesaikan semua file yang diperlukan sebelum kita meeting besok," Dimi memberitahu sebelum Marissa keluar dari ruangannya.

"Siap, Bos!" seloroh wanita itu yang disambut tawa oleh keduanya lalu menutup pintu ruangan bosnya.

"Kau tahu, aku sangat bangga padamu bisa melihatmu seperti sekarang ini," sambungnya sebelum Marissa benar-benar menutup pintu ruangan Dimi.

"Saya juga," ucap pria itu mengulum senyum.

***

Giorgio sebenarnya tipe orang yang mampu membedakan antara urusan pribadi dan pekerjaan, namun entah mengapa jika berhubungan dengan Marissa, pria itu tidak mampu mengelola perasaannya seperti pagi ini. Tanpa ada persiapan ba bi bu be bo, pria itu tiba-tiba mengatakan pada Roby akan mengadakan meeting untuk persiapan meeting penting besok pagi. Padahal sebenarnya meeting bisa dilakukan siang hari setelah makan siang.

"Are you okay?" tanya Roby, sahabat sekaligus asisten pribadinya.

"Yeah, i'm okay. Keluarlah, Rob, selesaikan pekerjaanmu," jawab pria itu singkat.

Dan mau tidak mau, Roby mengikuti apa yang dikatakan oleh bosnya mengingat jam kerja sudah dimulai. Walau sebenarnya ia ingin sekali menanyakan alasan mood swings pria itu.

Giorgio berdiri menatap ke arah luar jendela. Melihat lalu lintas pagi ini membuat pikiran pria itu sedikit teralihkan.

Pria itu lalu memijat pelipisnya karena sakit kepala yang tiba-tiba muncul saat menahan keinginannya bercinta dengan Marissa pagi tadi. Wanita itu sungguh terlihat berbeda dari sebelumnya, semakin cantik karena terlihat berbeda dengan setelan kantor yang digunakan pagi tadi.

"Huft! Harusnya tadi langsung ku seret saja ke kamar agar dia tidak jadi bekerja pagi ini," sesal menyelimuti hatinya. Karena ego dan gengsi yang tinggi, akhirnya Giorgio mengurungkan niatnya mencumbu Marissa, padahal hasratnya sudah berada di ubun-ubun.

Dia sungguh kesal melihat Marissa bekerja apalagi dengan penampilan sempurna seperti tadi, benar-benar membuat Giorgio semakin berat melepaskannya.

"Apa yang dia lakukan sekarang ya? Apa dia sedang bersama pria lain?" gumam pria itu membayangkan apa yang sedang dilakukan wanitanya.

"Aahh.. tidak tidak, dia pasti benar-benar sedang bekerja. Ya, dia pasti sedang bekerja. Tapi.. bagaimana jika para pria hidung belang meliriknya?" tanya pria itu bermonolog.

SHIT!!

"Aku malah semakin tidak tenang kalau begini," gumam Giorgio memukul kaca jendela di depannya.

Andai kaca itu memiliki mulut, tentu sudah dimaki si Giorgio itu. Enak-enak saja menyalurkan amarahnya pada dia.

***

Menit berganti jam dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Beberapa pekerja sedang bersiap pulang termasuk Marissa yang pekerjaannya memang sudah selesai.

"Huh, akhirnya finish juga." Merasa lega saat berhasil menyelesaikan laporan yang akan dibawa untuk meeting besok siang.

Marissa melihat ke arah ruangan Dimi yang memang hanya dibatasi oleh kaca tebal sebagai sekat antara ruangan bos dan sekretaris.

"Hem, sepertinya dia masih sibuk. Bahkan tadi saat makan siang pun dia makan di dalam ruangannya. Apa kerjanya selalu begini? Dari pagi sampai sore berkutat terus dengan laptop dan laporan yang ada di atas meja," gumam Marissa sesaat setelah melihat bosnya masih sibuk padahal jam sudah menunjukkan waktu pulang kerja.

"Sudah jam lima lewat, Gio pasti sudah di jalan pulang menuju mansion. Bagaimana caraku mau pamit pulang, masa iya sih anak buah yang pulang lebih dulu dibanding bosnya?" Marissa melihat jam, mengingatkannya pada Giorgio yang selalu pulang kerja di waktu yang sama.

"Apa aku kirim pesan saja," tiba-tiba tercetus ide. Kemudian wanita itu mengambil ponsel yang dia simpan di dalam sling bag miliknya.

"Honey, sepertinya aku pulang sedikit terlambat," ketik Marissa lalu mengirimnya.

Sembari menunggu Dimi keluar dari ruangannya, wanita itu memilih mencari kesibukan dengan kembali mengecek dan mempelajari file yang akan dibawa saat meeting besok.

Sesuai prediksi Marissa, Giorgio saat ini tengah berada di dalam mobil menuju pulang ke mansion saat mendengar ponselnya berdering.

Giorgio lalu merogoh saku jas dan melihat layar ponselnya. Saat dilihat ternyata yang mengirim pesan adalah Marissa .

Dahinya mengerut saat membaca isi pesan chat yang dikirimkan padanya.

"Sebenarnya dia bekerja di bagian apa di sana sampai jam segini masih dikantor?" gumam pria itu masih menatap layar ponsel miliknya.

Giorgio tidak menjawab pesan yang dikirim wanita itu padanya. Dia sudah cukup kesal karena Marissa begitu mendominasi pikirannya seharian ini hingga setiap orang yang bertemu dengannya pasti kena muntahan kekesalannya.

Dan sekarang, wanita itu mengatakan akan pulang terlambat! Oh no, jangan sampai ada yang dekat-dekat dengannya jika tidak ingin merasakan amukan dari pria tampan itu.

*

*

"Loh, Isa! Kamu belum pulang?" Dimi terkejut melihat Marissa masih berkutat dengan file di tangannya saat ia keluar dari ruangannya.

"Eh, Pak Dimi.. iya, Pak belum pulang," jawab Marissa .

"Kenapa? Apa kamu kesulitan mengerjakan pekerjaanmu? Atau.. ada yang kamu tidak ketahui? Bilang saja, biar aku yang bantu!" Dimi menatap Marissa dengan dahi yang berkerut.

"Enggak kok, Pak semuanya sudah selesai sejak tadi," sahut wanita cantik itu dengan menampakkan gigi putihnya.

Dimi mengurutkan kening. Bingung dengan apa yang dikatakan wanita di depannya itu.

Marissa mengulas senyum saat tahu jika lawan bicaranya tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan.

"Saya menunggu, Bapak pulang terlebih dulu dan setelah itu baru saya akan pulang," jelas Marissa.

"Oh astaga, Isa! Isa, kau bisa langsung menelepon dan pamit pulang lebih dulu tanpa harus menungguku selama ini," jawab Dimi menoleh ke arah jam rolex green submariner keluaran terbaru miliknya. "Lain kali kau bisa langsung pulang kalau pekerjaanmu sudah selesai, oke! Tidak perlu menungguku karena terkadang aku memang sedikit lama pulang jika ada pekerjaan mendesak seperti tadi."

"Baiklah, Pak."

"Dan satu lagi, stop memanggilku dengan sebutan Bapak atau Pak. Panggil aku seperti kau biasa memanggilku, hem!" titahnya.

"Tidak bisa, begitu, Pak. Itu akan terdengar kurang ajar dan tidak sopan jika aku memanggil namamu secara gamblang tanpa ada embel-embel Pak atau Bapak," tolak Marissa. Gila saja Marissa harus memanggil atasannya dengan nama langsung.

"Okay, tapi itu berlaku hanya pada saat jam kantor, right? Dan setelah jam kerja selesai, kau harus kembali memanggil ku seperti biasanya. Bagaimana?" tawar Giorgio .

"Baiklah, aku setuju," Marissa mengangguk setuju dengan penawaran pria itu.

"Ya sudah, kamu pulang sekarang. Masih ada hal yang harus aku urus dulu sebelum meeting besok siang. Jangan lupa besok pagi serahkan semua file yang sudah kamu kerjakan di atas mejaku. Dan besok kemungkinan aku akan sedikit terlambat karena ada beberapa hal yang akan aku urus di luar kantor," terang pria itu menjelaskan.

Sejujurnya Dimi merasa aneh dan tidak nyaman bersikap seolah-olah mereka adalah dua orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya. Namun entah mengapa pria itu tidak bisa menolak permintaan Marissa yang menurutnya aneh dan konyol.

15 menit berlalu, Marissa akhirnya berjalan keluar menuju sisi jalan raya karena sampai detik ini ia tidak kunjung mendapat taksi. Padahal biasanya banyak taksi yang stand by di sekitar gedung pencakar langit itu, namun entah mengapa semua taksi yang biasa berada di sekitar sana mendadak hilang bak ditelan bumi. Hingga akhirnya Marissa memutuskan mencari taksi atau kendaraan umum lainnya di luar kantor, tepatnya di sisi kiri jalan raya.

*

*

TIN TIN TIN

Marissa yang sedang berjalan menuju halte terdekat mendengar suara klakson dari arah belakang, ia pun berbalik karena merasa tidak nyaman dengan suara bising yang dikeluarkan kendaraan itu. Dan ketika berbalik, ternyata sebuah mobil mewah yang berwarna hitam kini berhenti di depannya.

"Mau apa dia berhenti?" tanyanya bermonolog saat melihat mobil hitam itu berhenti tepat di depannya.

TIN TIN TIN

Terdengar kembali suara klakson yang dibunyikan sebanyak tiga kali oleh seseorang yang entah siapa dan berhasil membuat wanita cantik itu menghembuskan napas dengan kasar.

"Astaga kenapa siapa sih itu orang? Apa mau pamer mobil baru?!" Kesal Marissa seraya menatap ke arah mobil Ferrari GTC Lusso itu dengan tajam.

Di detik berikutnya barulah kaca jendela mobil hitam itu terbuka.

"Dimi!" seru Marissa saat melihat mobil yang sejak tadi meneriakinya dengan klakson adalah orang yang sangat dikenalnya.

"Ayo, masuk!" seru pria itu.

"Tidak usah.. aku naik taksi atau bus saja," tolak Marissa dengan halus dari tempatnya berdiri dengan hanya sedikit menunduk ke arah pria itu.

"Ayo! Sebentar lagi sudah mulai gelap," balas pria itu. "Taksi kadang jarang lewat sini kalau sudah lewat jam kantor, terlebih bus!" tambah Dimi pantang menyerah.

Nampak Marissa berpikir dan melihat sekeliling. Memang jalanan tampak sepi dan tidak terlihat satu pun taksi sejauh memandang.

"Hem.. okay deh. Tapi bener 'kan tidak ngerepotin?"

Sebenarnya Marissa tidak ingin di antar, tapi sepertinya Dimi tidak akan menyerah sampai ia mengamini permintaannya. Ya sudahlah, lagipula ia juga sudah ingin cepat-cepat sampai di Mansion. Ia sudah sangat merindukan prianya.

"Yaelah, Isa kayak sama orang lain saja!" Dimi menggeleng kepala melihat kecanggungan Marissa padanya

"Oh iya bagaimana hari pertamamu?" tanya Dimi mencairkan suasana.

"So far so good," Marissa menjawab tanpa mengalihkan pandangannya keluar jendela.

Wanita itu sedang memikirkan apa yang akan ia lakukan untuk membuat Giorgio tidak lagi marah padanya.

"Jadi besok kamu sudah, siap?!" tanya Dimi lagi.

"Hem …." jawab wanita itu singkat.

"Kamu enjoy bekerja denganku?" tanya Dimi untuk ketiga kalinya dan kini Marissa menoleh ke arahnya.

"Maksudku bekerja di perusahaan ku," ralat pria itu mengulum senyum.

"Hem.. aku betah, semua pegawaimu orangnya nice," jawab wanita itu. Tampak pria itu tersenyum mendengar jawaban Marissa yang terkesan datar dan singkat sejak tadi.

Dimi santai menanggapi sikap Marissa yang terkesan dingin itu dan tidak berpikir macam-macam dan beranggapan itu hal yang wajar jika wanita itu masih merasa kagok padanya karena pertemuan tiba-tiba mereka setelah beberapa tahun terpisah.

Dan setelahnya tidak ada lagi obrolan apapun, mereka berdua kini menikmati suasana jalanan yang mulai sedikit macet karena sudah berada di pusat kota.

1
Dinda Putri
🤣🤣🤣 rasakan Gio mau enak"nya aja sih giliran dijambak prortes
Dinda Putri
marrisa jadi Cassandra😩
Nathasya90: 🤦🏼‍♂️Sudah aku edit ya KK.

Terima kasih atas koreksiannya🙏🏼
total 1 replies
🍁𝐌𝐈❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
wkwkwk bayangin duo Gio punya sifat yang sama2 posesif keras kepala menjaga princess klo debat seruu tuh🤣
🍁𝐌𝐈❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
Welcome baby Girls astogeh Gio setelah jadi Papa kok rada lemot ya saking syock bahagia terharu jadi satu sampai pingsan tuh 🤣bangun2 linglung deh
🍁𝐌𝐈❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
rasanya pengen getok kepala mu Gio lelaki macam apa kamu ini usia kandungan Marissa aja gak tau harusnya bisa dihitung dari pertama kali kalian pertama kali berhubungan dari situ bisa dikira2 berapa usia kandungan Marissa dasar maunya enak aja awas siap2 dihukum klo anakmu sudah lahir nnti 🤣
Nathasya90
BANTU OTHOR DENGAN MEMBERI 5🌟 SEBAGAI BENTUK APRESIASINYA.

TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼
🍁𝐌𝐈❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
Nah semoga Marissa pas melahirkan Gio bisa menemani karena selama ini udah dibuat salah paham biar nyadar tuh gimana perjuangan Marissa hamil dan melahirkan anakmu dengan bertaruh nyawa
yeyi
up terus thor
Nathasya90: siap kk
total 1 replies
🍁𝐌𝐈❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
seiring berjalan nya waktu Gio akan berterima kasih pada Oma karena telah menggagalkan rencana strelir coba klo jadi steril seumur hidup tidak akan pernah punya keturunan
🍁𝐌𝐈❣️💋🅷🅰🆁🅸🅶🆄🆁🆄👻ᴸᴷ
Nikmati penyesalan mu Gio
Susilo Brama Yumbara Esbeye
maaf q unsubcribe,makin aneh cerita nya
Susilo Brama Yumbara Esbeye
taik,tinggal ngomong ja malah bkin kinflik trus
Nathasya90: Namanya juga cerita. Kalau langsung ke intinya end dong ceritanya. Tapi terima kasih sudah dibaca walau tidak sampai tamat🙏🏼

sukses terus kk
total 1 replies
Dewi @@@♥️♥️
coba mampir baca,,semoga bagus,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!