NovelToon NovelToon
Cinta Dalam Perjodohan

Cinta Dalam Perjodohan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: fana01

Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.

Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.

Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.

Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

..."Keberuntungan itu bukan untuk dinanti, tapi untuk dicari. Semakin banyak kita mengambil peluang, semakin banyak keberuntungan datang"...

...🌹🌹🌹...

"kamu nggak kuliah hari ini?" tanya Alex mencoba mencairkan suasana yang hening di antara Meraka berdua.

"Tidak" Jawab Zalfa datar, matanya tetap pokus pada benda segi empat yang menyala di depannya menampilkan acara ragam. Jauh di lubuk hatinya, dia senang melihat Alex masih memperhatikannya. Itu tandanya Alex masih perduli, dia ingin sekali hubungannya dengan Alex sama seperti dulu, sebelum dia menyatakan perasaannya pada Alex. Dan dia sangat menyesali perbuatannya. lebih baik dia menyembunyikan rasa cintanya saja, biarlah rasa itu dia kubur dalam-dalam, meskipun semakin lama cintanya akan semakin dalam, setidaknya hubungannya dengan Alex tidak renggang seperti sekarang ini.

"Zalfa, Alex ayo makan" panggil Claudia dari belakang.

Alex masih menunggu respon Zalfa.

"Kakak duluan saja, aku mau ke kamar mandi sebentar" setelahnya Zalfa pergi.

"Zalfa mana?" tanya Claudia yang tidak melihat putrinya.

"Lagi ke kamar mandi tante" Alex mengambil tempat di samping Bram papanya Zalfa.

Bram memberikan piring nasi yang sudah di siapkan oleh istrinya pada Alex.

"Gimana perkembangan perusahaan Alex?" tanya Bram. Alex di dalam keluarga Bram sudah seperti anak kandungnya sendiri. Tidak heran lagi, dia lebih sering mengobrol dengan Alex ketimbang dengan Zalfa putrinya.

"Baik om, sampai sekarang aman-aman saja"

"Om percaya sama kemampuanmu Alex" ucapan Bram bangga.

Tidak lama kemudian Zalfa bergabung di meja makan. Melihat itu Claudia mengambilkan makanan untuk Zalfa.

"Kamu ni masih saja pilih-pilih makanan" ucap Claudia yang melihat Zalfa mengganti menu di piringnya.

Zalfa menghela napas panjang.

"Sini biar kakak yang makan" Alex mengambil udang tersebut, lalu memakannya.

"Kamu sudah besar, jangan suka pilih-pilih makanan" sewot mamanya.

"Ma Zalfa alergi udang" ucapan Zalfa membuat Claudia terdiam, bagaimana bisa dia lupa kalau Zalfa alergi udang.

"Maaf, mama nggak ingat sayang" Claudia memegang tangan putrinya.

"Tidak masalah, bukan cuman kali ini saja mama lupa, Zalfa sudah biasa" ucap Zalfa datar, hatinya terasa sakit. Meskipun mama dan papanya sibuk bekerja setidaknya mereka harus ingat kalau Zalfa alergi udang.

Trang

Suara sendok yang di letakkan ke atas meja dengan sedikit keras memenuhi ruang makan itu. Semua terdiam, tidak ada yang berani bicara.

"Itu hanya masalah sepele apa perlu di permasalahkan?" ucapan papanya seakan menghempaskan tubuh Zalfa dari atas ketinggian, membuat seluruh tulangnya serasa patah. Air mata sudah menganak sungai di pelupuk matanya, sebisa mungkin dia tahan.

"Jadi menurut papa itu tidak penting?" Zalfa menunduk mengaduk-aduk makanan yang di piringnya. Nafsunya makannya sudah hilang.

"Zalfa" Claudia mencoba membujuk Zalfa agar tidak menjawab perkataan papanya. Bram paling tidak suka kalau perkataannya di jawab.

Rahang Bram mengeras, melihat Zalfa.

"Kamu sudah berani menjawab papa sekarang? Apa kamu sudah merasa besar sekarang?" nada suara Bram semakin tinggi

"Pa sudah, kita lagi makan nggak baik bertengkar di meja makan" ucap Claudia mengelus tangan suaminya.

"Ajarin anak kamu itu untuk bersikap sopan" sentak Bram menunjuk Zalfa.

"Apa Zalfa bukan anaknya papa? kenapa harus mama yang ngajarin Zalfa? Kenapa tidak papa saja?" emosi Zalfa mulai terpancing mendengar perkataan papanya.

"Berani kamu sekarang meninggikan suaramu pada papa?" Bram semakin geram.

"Zalfa sudah, minta maaf sama om Bram sekarang" ujar Alex, dia mendekati Zalfa memeluk pundak Zalfa.

"Apa ucapan Zalfa salah? Apa mama sama papa tidak sayang sama Zalfa? mama sama papa selalu sibuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Sampai-sampai mama lupa kalau Zalfa punya alergi" suara Zalfa meninggi, selama ini dia selalu menuruti kedua orang tuanya. Dia tidak pernah membantah.

tapi kali ini dia merasa sudah di puncak emosinya, sehingga di tidak sadar telah meninggikan suaranya.

"Keterlaluan kamu Zalfa"

Plak

"Papa"

"Om"

Alex dan Claudia berteriak bersamaan, mereka tidak menyangka kalau Bram akan menampar Zalfa.

Zalfa memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan papanya yang lumayan keras. Air matanya sudah jatuh, tanpa sepatah katapun dia meninggalkan ruang makan. Setelah menampar putrinya, Bram menyesal, dari kecil dia tidak pernah menyakiti putrinya, dia terduduk lemas di kursinya.

Sedangkan Claudia sudah menangis melihat pertengkaran suami dan putrinya. Ini salahnya jika saja dia tidak lupa kalau Zalfa punya alergi suasana tidak akan berakhir seperti sekarang.

"Biar Alex yang melihat keadaan Zalfa" lalu pergi menuju kamar Zalfa.

Tok tok tok

"Zalfa bisa kita bicara sebentar?" tidak ada jawaban dari dalam. Alex membuka pintu kamar Zalfa yang ternyata tidak dikunci. Alex duduk menyamping di tepi ranjang Zalfa, membuka selimut yang membungkus tubuh gadis itu, tubuhnya bergetar karena Zalfa menahan suara tangisnya.

"Hei Zalfa, lama-lama menangis matamu bisa bengkak"

tetap saja Zalfa tidak menghiraukan ucapan Alex, dia masih dengan posisinya membelakangi pria itu. Sebenarnya dia malu pada Alex. Dia malu karena Alex melihat keluarganya yang seperti ini. Walaupun mereka adalah sepupu, mau bagaimana lagi tadi dia tidak bisa menahan emosinya.

"Aku pengen sendiri, kakak mending pulang aja" Zalfa mengusir Alex dari kamarnya.

"Apa kamu akan mengurung diri seharian di dalam kamar? lebih baik kamu turun kebawah habiskan waktumu bersama om dan Tante selagi mereka ada disini" ucap Alex panjang lebar.

Zalfa mebalik badannya menghadap Alex.

"Apa maksud kak Alex? apa mereka akan pergi lagi?"

"Yang kamu panggil mereka itu orang tua kamu Zalfa" Alex menyentil kening Zalfa.

"Om dan Tante besok akan berangkat lagi ke Singapura, dan kepergian kali ini mungkin cukup lama" Ya, Claudia dia tadi meminta tolong pada Alex untuk menyampaikannya pada Zalfa. Kalau Zalfa lagi marah yang bisa membujuknya hanya Alex.

"Kali ini berapa lama? Seminggu? Dua Minggu? Atau satu bulan?" Zalfa sudah biasa mereka tinggalkan, jadi baginya itu tidak masalah. Dia merasa orang tuanya lebih mementingkan pekerjaan daripada dirinya yang anak mereka sendiri. Walaupun dia sudah dewasa, tetap saja masih butuh kasih sayang dari orang tuanya. Semenjak kakak laki-lakinya meninggalnya, mama dan papanya menyibukkan diri dengan pekerjaan masing-masing.

"Om dan tante akan tinggal di sana selama enam bulan" hening, itu yang terjadi sekarang, Alex meneliti wajah Zalfa yang tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Dia mengerti keadaan Zalfa, di luar gadis itu terlihat tegar tapi di dalam gadis itu sangat rapuh. Dan itu yang membuat Alex tidak bisa berhenti peduli pada Zalfa.

Zalfa tidak mengatakan apapun melainkan air matanya yang mengalir semakin deras.

"Baiklah aku mengerti, jam berapa mama sama papa berangkat besok?" tanya Zalfa sambil menghapus air matanya.

"Jam tujuh pagi, dan aku harap kamu ikut mengantar om dan tante besok" Zalfa memalingkan wajahnya dari Alex, menatap keluar jendela.

"Tolong kasih tau mama papa, besok Zalfa harus berangkat pagi ke kampus, jadi Tidka bisa ikut"

"Zalfa aku tau itu hanya alasan kamu saja" ucap Alex gemas bercampur kesal. Zalfa ini memang keras kepala sama seperti papanya Bram, tidak ada yang mau mengalah.

Alex menghela napas berat, dia sudah kehabisan akal untuk membujuk Zalfa.

"Baiklah terserah kamu saja" ucap Alex lalu pergi meninggalkan Zalfa.

*****

1
Ainunnissa
semangat trus Kaka author 💪👍 karya mu di nanti
Apollogurl_01
Memikat
Stefhany Anhai Rivera Maco
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
fana01: bab baru sudah update KK, silahkan mampir yaa,😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!