Demi kehidupan keluarganya yang layak, Vania menerima permintaan sang Ayah untuk bersedia menikah dengan putra dari bosnya.
David, pria matang berusia 32 tahun terpaksa menyetujui permintaan sang Ibunda untuk menikah kedua kalinya dengan wanita pilihan Ibunda-Larissa.
Tak ada sedikit cinta dari David untuk Vania. Hingga suatu saat Vania mengetahui fakta mengejutkan dan mengancam rumah tangga mereka berdua. Dan disaat bersamaan, David juga mengetahui kebenaran yang membuatnya sakit hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutrieRose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 KEKACAUAN
Karna Reno sedari hanya bisa meledeknya, ia pun akhirnya keluar dari ruangan. David menuju lift dan turun di lantai paling bawah.
"Tuan, Anda mau kemana?" Reno sekuat tenaga mengejar bosnya hingga tepat di lobby, ia berusaha memegangi lengannya. "Bos, Lihat!"
Keduanya langsung membelalak lebar saat melihat kedua wanita yang sama-sama cantiknya dengan penampilan berbeda masuk ke dalam kantor. Para karyawan pun dibuat shock melihat dua istri dari bosnya itu datang bersamaan.
Karina beberapa kali berusaha menatap karyawan yang ada di lantai satu, tapi mereka seperti menghindari pandangan matanya.
"Tumben banget gak ada yang nyapa aku." Karina pun berusaha tak menghiraukan dan lanjut naik lift. Dan tiba-tiba seorang wanita dengan dress berwarna putih ikut masuk ke dalam lift.
Karina memandanginya dari atas sampai bawah. Vania merasa tidak aman, dan ia baru sadar bahwa wanita berambut pendek itu belum memencet tombol lantai.
"Maaf, Anda mau ketemu siapa di lantai paling atas?" tanya Karina karna Vania tiba-tiba memencet tombol lantai paling atas.
"Suami saya," jawabnya.
Vania keluar lebih dulu dari lift dan berjalan menuju ruangan David. Perasaan Karina merasa tak nyaman, karna dilantai atas hanya ada beberapa karyawan yang bekerja. Itu pun kebanyakan seorang perempuan.
"Siapa wanita itu?" Karina membuntuti wanita asing itu. Hingga seketika jantungnya hampir mencelos saat wanita itu membuka ruangan David.
"Dia istri kedua—" Ia menutup mulutnya yang merasa tak percaya. Dengan amarah yang membara, kakinya melangkah tegas ingin menemui wanita itu.
Suara heels menggema di ruangan atas. "Sayang ....." Suara David terdengar keras, tapi tangannya sudah berhasil membuka pintu.
Sekretaris David yang baru selesai dari toilet merasa kebingungan melihat pasangan suami istri itu dengan mimik wajah yang berbeda.
"Kamu kemana saja?" tegur Reno pada Mawar.
"Dari toilet," jawabnya tanpa rasa bersalah.
Reno mengacak-acak rambutnya, ia kini hanya bisa diam tak bisa melakukan apa pun.
DEG.
Mendengar adanya teriakan dari luar, Vania penasaran dan menarik pintu itu agar terbuka lebar. Ia merasa bingung karna suaminya sedang bersama wanita yang tadi satu lift dengannya.
Terlihat tangan suaminya memegang wanita itu. "Haiii ..." Karina dengan santainya melambai menyapa Vania.
"Ini suami yang kamu maksud tadi?" tanya Karina dengan senyum miring.
"Sayang!" panggil David dengan suara lirih tapi penuh penekanan. Vania menyadari akan panggilan tersebut dan benar-benar shock.
"Mas!!! Mas!!!." Vania mengejar suaminya yang tiba-tiba pergi membawa wanita itu. "Kalian ada hubungan apa???" teriaknya tapi tak dihiraukan.
Dan Reno berusaha mencegah Vania agar tak mengejar bosnya. "Lepas!!!!" berontaknya. Tapi Reno dan Mawar menahannya dengan kuat.
Vania langsung menatap Reno dan Mawar bergantian. "Kalian tega ya??? Kalian tahu suami saya selingkuh tapi diam saja!!! Kalian malah memihak wanita kurang ajar itu!!! Kalian membiarkan suami saya malah pergi membawa wanita tidak tahu diri itu!!!!!!!!! Arrrggghhhhhh....." Emosi Vania tak terbendung. Dengan emosi yang memuncak ia menjambak rambut Reno dengan kedua tangannya.
"Dasar!!! Pria brengsek!!!!! Sudah punya istri malah selingkuh!!!!!"
"A-aduhhhh ...." Reno hanya bisa meringis kesakitan saat rambutnya ditarik berkali-kali. Mawar pun membantu melepaskan tangan Vania dari rambut Reno, tapi ia juga kesusahan.
"Nyonya, ini Reno bukan tuan David." Mawar bahkan kena pukulan sikunya berkali-kali, tapi Mawar bertahan untuk menyelamatkan Reno. "Nyonya, hentikan," pinta Mawar dengan wajah memelas.
Akhirnya perlahan tangannya mengendur, ia terduduk lemas di atas kursi. Tiba-tiba tangisnya pecah, Mawar berusaha menenangkan.
"Nyonya, maafkan kami. Bukan maksud kami membela tuan David dan nyonya Karina—"
"Karina? Namanya Karina?" Ia mengepalkan tangannya begitu geram saat mendengar nama wanita itu. "Jadi, kalian sudah kenal? Sudah tahu selama ini? Hah???"
Mawar keceplosan, ia menatap Reno dengan tatapan frustasi.
"Begini, Nyonya. Kami—"
"Kamu juga, Reno!!! Kenapa kamu tega sama saya?" Ia menatap Reno dengan tajam, dan ia mendadak kepikiran akan satu hal. "Oh jadi, accecories yang aku temuin di kamar pribadi di dalam sini, itu milik perempuan itu??? Yang kamu katakan pada saat itu milik mama Rissa??? Ahh, aku baru sadar. Di sini banyak kebohongan dan rahasia yang menjijikkan!!!" Vania lantas berdiri, bersikap tegak dan berjalan dengan amarah yang masih membara.
Reno tak mampu menjawab semuanya, ia hanya bisa mengikuti langkah kaki istri dari bosnya pergi. Seluruh karyawan sepertinya tahu akan apa yang telah terjadi. Mereka curi-curi pandang saat Vania berjalan melintasi mereka.
"Kenapa lihat-lihat saya??? Kalian sama saja!!!" tunjuknya satu persatu wajah tanpa dosa yang ia lihat. Vania benar-benar marah dan dengan beraninya ia membentak para karyawan tersebut.
Mereka terkejut bersamaan karna mereka pikir Vania adalah wanita yang lembut. Ternyata ia bisa meledak-ledak juga.
"Untuk apa kamu mengikuti saya??? Kamu tak ada bedanya dengan mereka. Membohongi saya, menyembunyikan semuanya dari saya, dan mungkin saja menertawakan saya di belakang," cerocosnya panjang lebar.
"*Aduh, Nyonya. Kalau Nyonya tahu bahwa Anda menjadi istri kedua, apa mungkin Anda akan membakar tuan David*?" Reno hampir saja tertawa dengan apa yang ada di pikirannya. Karna ia benar-benar tak menyangka bahwa Vania akan semarah ini saat taunya diselingkuhi. Apalagi tahu kalau wanita tadi adalah istri pertama bosnya. Bisa-bisa marahnya dua kali lipat, karna ia dibohongi sejak sebelum menikah.
Hatinya begitu sakit karna David malah memilih pergi dengan selingkuhnya. Ia meninggalkan Vania begitu saja tanpa sepatah kata pun.
"Dia benar-benar br\*ngs\*k!!!" geramnya dengan mata menyala.
"Nyonya, masuk lah." Reno membuka pintu dan menyuruh Vania masuk. Awalnya ia ingin menolak, tapi tenaganya seakan terkuras. Ia lelah dan ingin segera pulang.
Sisa-sisa air matanya ia hapus dengan kasar. Ia tak boleh menangisi seseorang yang tak pernah menganggapnya.
"Benar, ia tak pernah menganggap mu sejak awal menikah. Seharusnya kamu sadar dari dulu, Vania!"
Ia merasa bodoh sekali, kenapa bisa-bisanya dia mau diperistri dengan pria yang belum ia kenal lebih dalam.
.
.
Tas mewah yang berharga ratusan juta rupiah, ia lemparkan begitu saja.
"Jadi, itu wajah istri kedua kamu?" Karina tertawa, ia menyalakan AC ruangan ditingkat paling tinggi. Rasanya gerah sekali entah mungkin karna suasana hatinya sedang panas.
"Kenapa kamu tiba-tiba ke kantor, Sayang? Kenapa gak hubungin aku dulu?"
"Oh jadi istri kedua kamu sudah hubungin kamu dulu tadi? Terus kamu terkejut saat melihat aku juga ada di sana?"
David menggeleng. "Aku juga gak tahu, Sayang."
"Oh, udah gak punya urat malu ya itu wanita. Udah beraninya dan percaya diri datang ke kantor kamu. Udah berusaha sangat berkuasa???"
Karina menghela napasnya dan menatap David lagi. "Kenapa tadi kamu membawa aku pergi? Kamu takut aku akan menghajar wanita tidak malu itu? Hah? Kamu ingin melindunginya dia?"